1. Army dan Elisya

2K 102 5
                                    

Elisya sedari tadi memperhatikan wajah tampan Army melalui ekor matanya, iya tidak memiliki keberanian untuk menatap secara terang-terangan. Sikap dingin dan jutek yang selalu di tunjukkan padanya membuat Elisya segan pada kakaknya. Ya, walaupun sikap dingin dan jutek yang selalu Army tunjukkan padanya tidak membuat Elisya memudar sedikit pun perasaannya.

Merasa diperhatikan, Army menoleh menatap Elisya dengan mata tajamnya.

"Ada apa?" Tanyanya. Walaupun dengan intonasi rendah tetapi tetap membuat Elisya merasa takut. Elisya hanya menggeleng sebagai jawaban

"Ingat!, jika dikampus nanti berpura pura lah tidak mengenalku. Anggap saja kita tidak bersaudara"

Elisya mendongak menatap Army dengan terkejut.

"Kenapa?" Cicitnya. Merasa tidak terima Army tidak mau menganggapnya sebagai adik.

"Jangan banyak tanya. Laksanakan saja apa yang kuperintahkan"

"Tapi aku butuh penjelasan kak" balas Elisya sedikit berani.

Army berdiri dari tempat iya duduk lalu mengambil kunci mobilnya dan berlalu meninggalkan Elisya tanpa menjawab pertanyaan Elisya.

Sebelum benar benar jauh Army menghentikan langkahnya ketika mendengar suara lirih dari Elisya.

"Apa salahku kak?, apa sebegitu memalukannya aku sampai kak Army tidak mau mengakuiku sebagai adikmu?"

Army mengepalkan tangan menahan gejolak yang membuncah ditubuhnya. Ingin rasanya iya berbalik memeluk tubuh yang sudah lama iya hindari itu semenjak iya mengetahui perasaannya pada Elisya yang lebih dari sayang adik kakak melainkan seorang pria yang mencintai wanitanya.

Maafkan aku Sya!

Dengan tergesa Army segera memasuki mobil ferrari miliknya. Iya mencengkram stir mobil sesekali iya benturkan kepalanya.

Disatu sisi iya tidak ingin membuat Elisya sedih dengan berlaku kasar pada Elisya terlebih dia adalah wanita yang sangat iya cintai sejak dulu hingga sekarang dan untuk selamanya.

Dan disatu sisi lagi, Army ingin menghilangkan rasa yang tak wajar ini dengan cara memberi jarak pada Elisya.

***

Bertahun tahun seatap, tetapi komunikasi diantara Army dan Elisya bisa terhitung jari. Semenjak Army mulai menyadari perasaan terlarangnya yang tumbuh begitu saja membuat iya terpaksa pura-pura membenci adiknya sendiri.

Terkadang iya ingin menghampiri Elisya dan mengajaknya mengobrol santai seperti dulu tetapi saat iya mendekat jantungnya bertalu talu dan hal itulah memundurkan niatnya selalu tertunda.

Karena aku mencintaimu, maka aku harus mejauhimu Sya!!.

Gumam Army yang sedang berdiri dibalkon kamarnya mengamati Elisya yang sedang duduk termenung ditepi kolam dengan kedua kaki iya celupkan di dalam air kolam.

Jika saja iya bisa menghilangkan perasaannya, mungkin saat ini iya menemani adik cantiknya itu mengobrol banyak hal. Tapi, lihatlah karena perasaan bodohnya, iya harus berlaku kasar dan dingin pada adiknya semdiri.

Mengapa iya harus merasakan gejolak yang tidak seharusnya dirasakan.

Army ingin menjalani kehidupan normal seperti yang lainnya, menyayangi adiknya dengan kasih sayang tanpa embel embel cinta dibelakangnya.

Iya membenci dirinya, iya membenci perasaan gilanya. Dan iya mengutuk dirinya sendiri yang membayangkan suatu hari bisa mencumbu bibir merah adiknya itu.

Ya tuhan, mungkin sekarang dirinya sudah benar benar gila.

Hati dan pikirannya tidak berjalan dengan singkron, hingga kembali lagi iya menatap dari atas adiknya itu yang begitu menggodanya.

Makin hari, kamu makin cantik Sya!!

Army mengulas senyum melihat Elisya dengan lekat. Dan menahan diri untuk tidak menghampiri Elisya.

Sya, aku kangen dengan masa masa yang dulu.

***

Rasa Yang Tak Wajar (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang