19. Entahlah

1.1K 39 0
                                    


Selamat membaca...

Sekarang entah apa gambaran kondisi hati Elisya. Marahkah?, malukah, atau senang?.

Mungkin jika dilihat lebih detail, bisa dikatakan bahwa perasaan senanglah yang mendominasi dalam diri Elisya saat ini.

Dengan wajah yang masih merona iya membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur. Iya menggigiti bibirnya saat kembali berputar dimana Army mengambil first kissnya beberapa jam yang lalu. Adegan tersebut membuatnya malu sekaligus bahagia.

Ya. Kejadian memalukan itu sudah terjadi sekitar lima jam yang lalu, tetapi kejadian tersebut tidak bisa lepas dari ingatannya bahkan sedetik saja dan karena ciuman tersebut iya mendadak mengalami penyakit imsomnia akut.

Tubuhnya bagai cacing yang kepanasan, sebentar berbalik kekiri kemudian kenanan lagi, begitu seterusnya dan akhirnya iya menyerah untuk tidur. Iya melirik jam dinding yang ternyata sudah menunjukkan angka tiga yang artinya sudah menjelang subuh.

Elisya meraba dadanya dan kembali merasakan detak jantungnya masih berdetak seperti tadi di mana Army mencium dirinya.

Kemudian iya kembali meraba bibirnya, dan secara otomatis menggigit bibir bawahnya. Ciuman yang baru pertama kali Elisya rasakan yang ternyata efeknya sangat besar dan seperti saat ini iya tidak bisa tidur, padahal besok akan ada kuis.

Ciuman Army tadi terasa begitu lembut dan penuh cinta.

Wait cinta?

Jangan gila. Elisya merutuki pemikirannya tentang cinta barusan. Tidak mungkinkan Army juga mencintainya seperti halnya dirinya. Army tidak mungkin memiliki rasa menyimpang seperti apa yang dirasakannya selama bertahun tahun. Lagi pula Army sudah memiliki Monica bukan, kekasih hatinya?.

Tapi, apa arti dari ciuman Army tadi? Mengapa Army bisa menciumnya?. Terlepas dari semua itu ada rasa yang membuncah dari dalam tubuh Elisya.

Sekali lagi. Ini bukan mimpi. Dalam kegelisahan iya memejamkan mata berusaha untuk tidur mengingat besok pagi ada kelas dan akan diadakan kuis mau tak mau iya harus mengistrahatkan tubuhnya untuk bisa menjawab kuis tersebut.

Ditempat berbeda Army tak jauh berbeda dengan Elisya. Entah sudah berapa puluh kali bolak balik hendak keluar kamar untuk menemui Elisya tapi kembali diurungkan dan begitu seterusnya.

Capek mondar mandir, Army membenturkan kepalanya didinding kamarnya berkali kali merutuki kebodohannya yang terbawa suasana dan berakhir mencium adik sekaligus gadis yang dicintainya.

Oh good!!..

Bagaimana jika Elisya membencinya setelah ini?.

Jawaban Apa yang akan diberikan pada Elisya jika Elisya bertanya nanti. Kembali iya menjambak rambutnya frustasi tidak tau jawaban apa yang tepat untuk diberikan pada Elisya.

Tidak mungkin kan iya mengatakan yang sebenarnya.

"Arghhh.. bodoh...bodoh..." kembali iya menjambaki rambutnya sendiri.

***

Elisya saat ini telah berada dikampus, sengaja berangkat pagi pagi dan tidak sarapan bersama karena iya masih teringat ciuman Army yang secara otomatis membuatnya merona tanpa bisa dicegah. Iya belum berani berpapasan dengan Army ya walaupun Army yang menciumnya terlebih dahulu tapi, iya juga menikmatinya.

Saat mata kuliah telah dimulai karena si dosen botak dan killer itu telah memasuki ruangan. Tetapi malah Elisya yang tidak bisa konsentrasi. Mulutnya selalu menguap dan matanya ingin sekali terpejam.

"Elisya tahan...tahan...jangan..tidur ok" Elisya mensugesti dirinya sendiri untuk tetap dalam keadaan sadar. Jika sampai iya tidur dalam mata kuliah dosen botak itu bisa bisa nilainya yang kena imbasnya.

Rasa Yang Tak Wajar (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang