46. Pertunangan

613 24 14
                                    


6 bulan kemudian...

Acara pertunangan yang sudah dirancang harus tertunda karena insiden kecelakaan itu, tetapi permasalahan yang terjadi belakangan ini mampu diatasi oleh kedua orang tua belah pihak, walau begitu banyak drama yang harus terlewati. Banyak lika liku yang menguras emosi dan energi.

Elisya menatap wajahnya yang telah selesai di make up oleh yang profesional. Iya masih tidak percaya pertunangan ini benar benar terjadi. Iya kira pertunangan itu telah dibatalkan.

"Ternyata... aku cukup cantik juga ya..." iya terkikik sendiri mendengar ucapannya barusan yang cukup percaya diri. Sambil memperbaiki tatanan rambutnya yang sebenarnya tidak berantakan. "Tapi memang sih, aku cukup cantik".

"Iya tau kamu sangat cantik hari ini" Elisya menoleh saat mendengar suara seseorang mengintrupsi dibarengi pintu kamarnya yang terbuka, menampilkan sosok laki laki tampan memasuki kamarnya sambil tersenyum. Iya juga tersenyum dengan canggung membalas senyum lelaki itu.

Kemudian lelaki itu mendekat, duduk didekat Elisya. Menatap lekat kearah Elisya yang masih setia memandangi wajahnya.

"Selamat ya dek atas pertunangan kamu... semoga kamu selalu bahagia. Semoga setelah pertunangan ini kamu tidak lagi merasa sedih" ucap lelaki itu tulus.

Elisya mengalihkan tatapannya yang tadi menatap bayangannya dicermin sekarang menatap pria yang saat ini juga tengah menatap kearah dirinya. Iya mengangguk, "makasih kak"

Pria itu merentangkan tangannya, bermaksud memeluk Elisya. yang langsung disambut oleh Elisya. Membalas pelukan pria itu.

"Semoga kakak juga bisa nyusul aku secepatnya" doa Elisya tulus.

"Amiin... doakan dek"

"Kamu cantik banget hari ini..."

Elisya mendengus mendengar pujian dari pria dihadapannya yang mengatainya cantik cuma hari ini.

Pria yang saat ini masih memeluk Elisya, tak menyangka akan seperti begini kejadiannya. Rasanya menyenangkan bisa bersama Elisya tetapi kenyataan yang baru diketahuinya rasanya belum bisa iya terima sepenuhnya.

***

Sambutan meriah menggema didalam ballroom hotel tersebut, semua tamu undangan bertepuk tangan setelah pidato panjang lebar yang dilakukan oleh pihak keluarga Elisya. Menyusul keluarga dari pria.

Pria itu, calon Elisya, tersenyum lebar, tidak menyangka setelah semua kejadian yang terjadi belakangan ini, iya akhirnya bisa bersama Elisya. Bisa memiliki Elisya seutuhnya. Ini adalah buah dari kesabarannya. Ternyata tuhan memiliki rencana lain, yang tidak pernah disangkanya.

Kurang beberapa saat lagi iya akan memasang cincin untuk Elisya. Tidak ada hari yang paling indah selain ini, ini adalah hari yang bersejarah untuknya. Seumur hidup iya baru bisa merasakan arti bahagia yang sesungguhnya menurut versinya sendiri. Menghirup oksigen sepelan mungkin sebelum kembali menghembuskannya. Menutupi rasa gugup yang tiba - tiba menyerangnya. Sambil menunggu kedatangan calon istrinya.

Calon istri? Bisakan iya menyebut Elisya sebagai calon istrinya?

Saat matanya menangkap sosok Elisya yang baru saja datang berjalan dengan anggun menuju kearahnya, iya hanya bisa menahan nafas, detak jantungnya seketika bertalu-talu, Elisya calon istrinya begitu cantik malam ini. Gaun yang berwarna putih melekat dengan elegan ditubuh gadis itu. Ya tuhan, iya tidak bisa mengendalikan diri untuk tidak menatap Elisya.

"Elisya sangat cantik ya. Pantesan kamu tergila - gila dengannya" bisikan sang mami membuatnya salah tingkah. Iya hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Gak usah malu akuin aja, kamu dengan Elisya sangat cocok, kamu tampan dia cantik." Sang mami menggoda anaknya yang semakin salah tingkah.

"Makasih m..mi" balas calon Elisya dengan gugup. Iya berusaha untuk tersenyum menutupi salah tingkah karena godaan dari mami.

Elisya yang baru saja datang, seketika merasa begitu gugup, semua orang memandang kearah dirinya termaksud calon suaminya. Tangannya berkeringat, iya kepalkan kedua tangannya dan memasang senyum palsu yang kentara dipaksakan pada semua orang yang saat ini masih menatap kearah dirinya.

Ternyata begini rasanya bertunangan. Rasanya nano-nano, Ada bahagianya sekaligus gugup yang dirasakan secara bersamaan.

Jantungnya bertalu - talu saat sudah sampai diacara puncak, yaitu pemasangan cincin. Lampu blitz menyilaukan matanya saat mengambil gambar dirinya dan tunangannya.

Saat proses pemakaian cincin dimulai iya bisa melihat calonnya juga merasakan gugup, terbukti tangan pria itu dingin saat memegang tangannya tetapi pria itu mampu menutupinya dengan baik. Pria dihadapannya menatap Elisya dengan lekat, hingga tak sadar cincin itu sudah terpasang dijari Elisya beberapa saat yang lalu. Iya tersadar saat mendengar intrupsi dari pemamdu acara yang mengatakan giliran gadis itu memasangkan cincin dijarinya.

Elisya dengan gugup yang sudah mampu ditutupinya, mengambil cincin untuk calonnya lalu kemudian memasangkannya dengan perlahan. Saat mendongak ternyata sang calon menatapnya dengan lekat. Tersenyum manis padanya yang juga dibalas olehnya.

Tepukan tangan yang meriah dari semua para tamu yang hadir menyadarkan keduanya dari acara saling tatap tatapan. Yang dirasakan keduanya yang baru beberapa saat lalu sudah saling memasang cincin, bisa merasakan bahagia yang begitu membuncah. Rasa yang tidak bisa dijabarkan. Rasa yang menghantarkan dirinya untuk tidak bisa menutupi senyum lebarnya.

Jadi begini rasanya ketika kita sudah memiliki tunangan?

Mungkin bagi tamu yang hadir semua turut berbahagia melihat pasangan yang baru saja melansungkan pertunangan tersenyum lebar dan memancarkan kebahagiaan yang begitu kentara. Tetapi, berbeda dengan seorang pria yang memilih duduk dipojokan sendiri, pria itu tidak seperti tamu yang lain yang memakai pakaian kondangan, pakaian resmi iya hanya memakai pakaian biasa yang serba hitam, pria itu memandang sedih kearah pasangan itu yang tengah bahagia.

Sedangkan dirinya? Iya tersenyum kecut, memikirkan cintanya yang harus putus ditengah jalan, kalah sebelum bertarung.

Sekali lagi tatapannya masih tertuju pada Elisya yang begitu mengagumkan dan sangat cantik malam ini, bukan berarti sebelum sebelumnya tidak cantik tetapi malam ini Elisya begitu berbeda, mungkin menurutnya sepuluh kali lipat dari hari - hari biasanya. Tapi sayang, kecantikan itu bukan miliknya, melainkan milik pria yang sedang berdiri disamping Elisya saat ini.

Gadis yang dicintainya sudah menjadi milik orang lain saat ini.

Iya meneguk minumannya hingga tandas. Matanya masih tertuju pada satu arah. Elisya. Ya, cuma Elisya.

Elisya aku mencintaimu...

Tetapi aku sudah kalah...

***

Part ini pendek ya manteman...

Yang tunangan sama Elisya siapa?

Sudah bisa tebak?

Banyak kok clue-nya.

Rasa Yang Tak Wajar (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang