35. Berbicara dari Hati ke Hati

654 25 5
                                    

Menghirup udara malam adalah favorit Elisya sejak dulu, yang sudah jarang dilakukannya belakangan ini karena iya sibuk bersama Army. Cuma dimalam hari iya bisa merasakan angin yang sedang menerpanya seperti saat ini. Iya memejamkan mata menikmatinya.

Saat sedang menikmati kesendiriannya tak sengaja iya memikirkan seniornya Panji. Iya merasa prihatin dengan keadaan seniornya itu yang tak terlalu dihiraukan oleh orang tuanya sendiri padahal kondisinya saat ini sedang sakit. Jika dipikir - pikir orang tua Panji begitu tega dengan anaknya sendiri. Memilih menumpuk dollar dibanding menjaga anak kandungnya sendiri.

"Mikirin apa hm?" Elisya tersentak saat tiba tiba ada tangan kekar sedang melingkari pinggangnya.

"Ngagetin aja tau, mana datang tiba tiba lagi. Kayak hantu aja.."

"Kamunya aja yang ngelamun sampai tidak menyadari aku datang"

Lalu kemudian terjadi keheningan yang cukup panjang, sibuk dengan pikiran masing- masing.

"Sya..."

"Kak..." Army menyuruh Elisya untuk berbicara lebih dulu saat keduanya memanggil bersamaan.

"Gak pergi nememin sahabat kak Army?" pertanyaan Elisya dibalas gelengan dari Army yang masih setia diposisi semula. Memeluk Elisya dari belakang yang dimana itu adalah sebuah posisi intim mereka yang menjadi favoritnya dimana iya bisa mencium aroma Elisya yang keluar dari tubuhnya.

"Memang kakak gak kasihan. Disana dia cuma sendiri loh" beritahu Elisya. Siapa tau Army lupa fakta itu bahwa sahabatnya tengah sendiri. Kembali Army menggeleng dibelakang Elisya.

"Dia gak sendiri Sya"

"Maksudnya?"

"Aku udah hubungi Haikal dan Randy beritahu mereka bahwa Panji saat ini ada dirumah sakit dan sedang sendiri. yang entah apa penyebabnya Panji bisa masuk kerumah sakit dan juga kenapa kamu yang ada disana." Jelas Panji. Dan kembali melanjutkan didalam hati. Aku juga takut Panji merebutmu dariku Sya. Karena jelas aku melihat ada cinta yang diberikan panji untukmu "

"Beneran?" Elisya yang mendengar penjelasan kakaknya segera membalik tubuhnya untuk melihat apakah benar apa yang baru saja kakaknya itu ucapkan. Ternyata dibalik sikap cuek yang ditunjukkan Army, justru peduli dibelakang pada sahabatnya itu.

Mendengar pertanyaan Elisya yang begitu antusias saat membicarakan Panji membuatnya mendengus. Ingat, rasa cemburunya begitu tinggi. Jadi, saat mendengar gadisnya mengkhawatirkan pria lain membuat rasa cemburunya menyeruak dipermukaan.

"Kamu suka sama Panji?" Bukan menjawab pertanyaan Elisya tapi iya balik bertanya dengan nada datar, tak lupa wajahnya yang sudah merajuk.

"Hah?!"

"Kenapa kamu sangat mengkhawatirkannya? Kapan kamu kenal sama dia? Ada hubungan apa dia sama kamu? Awas jangan coba coba bohongin aku"

"Apaan sih kak. Nanyanya bisa satu satu gak sih?, dan apa tadi, kak Army ngancam aku"

"Udah cepetan. Gak usah banyak ngeles. Jawab aja pertanyaan aku" Elisya menghela nafas. Lalu kemudian menarik Army untuk duduk dikursi untuk mendengarkan ceritanya secara detail dari awal hingga akhir.

Setelahnya mengalirlah cerita Elisya dimulai dari iya terburu buru kekampus dan harus saat berada dilampu merah iya melihat Panji, lalu kemudian mengikutinya dan melihat Panji dibuang oleh orang yang tak tau Elisya itu siapa. Dan juga memberitahukan Army bahwa ponsel nya kembali iya lupa membawanya. Juga mengikuti keinginan Panji yang meminta untuk dipeluk oleh dirinya. Dan berakhir dipergoki oleh orang yang saat ini sedang membaringkan kepalanya diatas pangkuannya.

Rasa Yang Tak Wajar (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang