11. Army sedikit...cerewet

997 48 0
                                    


"Kau dari mana?!!"

Elisya tersentak saat suara bass Army memenuhi ruangan dan terkesan dingin.

Elisya tetap jalan tidak menghiraukan pertanyaan dari Army.

"Kalau aku bertanya jawab Elis!!" Desis Army, tangannya mencengkram lengan Elisya dengan kuat. Wajahnya memerah karena menahan amarah. Bagaimana tidak marah Army melihat Elisya pulang selarut ini. Karena memang Elisya sampai saat ini tidak pernah pulang malam melebihi jam 9. Sekarang sudah setengah sebelas lewat baru pulang.

"Apa pedulimu!!" Elisya membalas dengan suara naik satu oktaf.

Army sempat terkejut untuk sesaat, tetapi iya cepat merubah raut wajahnya menjadi datar.

"Aku KAKAKMU. Jadi aku peduli padamu"

"Oh ya?, sekarang setelah punya pacar baru ya mau peduli dengan adiknya sendiri" sinis Elisya kemudian berlalu begitu saja menuju kamarnya.

Saat Elisya hendak menutup pintu kamarnya, Army menahannya.

"Kamu tau aku dengan Monica pacaran?" Army bertanya memastikan apa yang di dengarnya tadi.

"Elis, kenapa hanya diam?. Jawab kakak"

"Apa yang harus aku jawab kak?" Elisya bertanya dengan lirih matanya sudah berkaca-kaca. Ingin rasanya iya meneriaki Army bahwa dirinya begitu tersiksa karena kenyataan Army telah memilih perempuan lain untuk menjadi kekasihnya.

"Sudahlah" Army mengalihkan pembicaraannya, iya memperhatikan Elisya yang tampak sedih tidak seperti biasanya.

"Kak. Bisa tolong pergi dulu. Aku lagi tidak ingin di ganggu. Aku capek" Army mengangguk kemudian menuju kamarnya dengan memikirkan Elisya yang tidak seperti biasanya.

Ada apa dengannya batin Army.

***

Pagi pagi Army sudah berdiri di depan pintu Elisya. Perasaannya dari semalam tidak karuan iya terus memikirkan Elisya. Mungkin karena Elisya baru bersikap ketus padanya selama ini.

"Den Army, ngapain berdiri di situ? Tumben?"

"Eh bibi.. aku cuma nungguin Elis" jawab Army kikuk kedapatan oleh bi sri asisten rumah tangga orang tuanya.

Lima menit berlalu setelah bi Sri berlalu Elisya tak kunjung keluar. Army ingin mengetuk tapi iya kembali urungkan. Egonya masih menguasai dirinya.

Sepuluh menit berlalu, Army menyerah. Baru saja iya ingin mengetuk pintu kamar Elisya tidak jadi karena pintu itu terbuka menampilkan sosok yang begitu anggun saat ini di depannya.

 Baru saja iya ingin mengetuk pintu kamar Elisya tidak jadi karena pintu itu terbuka menampilkan sosok yang begitu anggun saat ini di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Army menelan salivanya saat mata coklatnya bersibobok dengan mata coklat milik Elisya. Wajah yang menatapnya saat ini menatap dirinya dengan datar. Tidak ada senyuman yang biasa terpatri di wajah cantiknya itu.

Rasa Yang Tak Wajar (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang