6. Gosip

1K 65 0
                                    


Kapan perasaan yang tak wajar ini akan berakhir?
Tuhan....
Mengapa perasaan ini harus jatuh pada seseorang yang haram untukku?
--Army dan Elisya

***

Kantin kampus selalu terlihat ramai, tak henti hentinya mahasiswa/i datang bergantian, entah itu makan karena memang lapar atau hanya sekedar memesan minum dan ada juga yang hanya menumpang merokok bagi yang merokok sekaligus menggoda para gadis yang merupakan adik tingkatan mereka atau biasa di sebut junior.

Semua sibuk dengan aktifitas masing masing, termaksud salah satu gadis yang selalu menunjukkan giginya yang rapi, menunjukkan bagaimana cara tersenyum yang baik. Dia adalah Elisya, gadis cantik yang tengah makan bersama kedua temannya guna mengisi perut yang tengah berbunyi.

"Eh, bukankah yang duduk di pojok kanan kita cewek yang berangkat bersama Army tadi pagi?" Salah satu cewek menatap sinis kearah Elisya.

Elisya masih memakan makanannya dengan tenang berpura pura tidak mendengar ucapan orang yang tengah membicarakan dirinya.

"Iya bener tuh cewek yang tadi pagi bareng Army. Ih, gak cocok sama Army cantikan Monica di mana mana!!"

"Apa sih yang bisa di lihat dari tu cewek"

"Kalo gue jadi Army, rugi kalo gue milih tuh cewek yang sok polos"

"Gue salah satu yang suka sama Army gak bakal terima kalo Army deket sama tuh cewek"

"Kalo menurut gue, cantikan tuh cewek meskipun penampilannya sederhana. Lo tau sendirikan monica itu cantik karena make up nah, kalo dia sih apa adanya"

"Tapi tetep aja, gue gak setuju dia deket sama Army. Kasian Army dapatnya orang miskin".

Bisikan bisikan dari berbagai tempat di kantin itu membuat Elisya merasa marah, iya terhina, iya kesal. Sebegitu rendahnya iya sehingga tidak pantas bersama dengan Army? Begitu rendahnya kah dia?

Iya memejamkan mata sebentar lalu kembali membukanya. Mencoba menahan amarah yang entah mengapa mulai muncul.

"Elis, kita keluar aja yuk dari sini" Dian yang melihat orang sekitarnya, yang menatap Elisya dengan tatapan sinis segera mengajak Elisya keluar dari suasana yang tidak mengenakkan.

Perkataan orang orang sangat menyentil perasaan Elisya, dan Dian bisa melihat itu. Maka dari itu iya berinisiatif membawa sahabatnya keluar dari kantin, menghindari ucapan orang orang yang kurang suka dengan Elisya.

"Ohh, ini rupanya cewek yang ganjen sama Army" Elisya yang baru saja berdiri dari tempat duduk guna menghindari bisikan bisikan yang tidak mengenakkan di telinga Elisya, terpaksa harus menunda untuk tidak pergi karena seseorang bak model tengah menghadang langkahnya.

Rupanya kebersamaannya tadi pagi bersama Army dengan secepat kilat beredar.

Kalau tau begini aku berusaha keras nolak kak Army berangkat bareng, kan aku repot jadinya hadapin cewek yang suka sama kak Army. Gerutu Elisya

"Lo budek ya!!" Ejek cewek yang tengah berada di depan Elisya sambil melipat kedua tangan di atas dadanya.

Cewek itu semakin mendekati Elisya, menilai penampilan Elisya dari atas sampai bawah. Iya tersenyum mengejek pada Elisya.

"Dari penampilan lo, gue liat biasa aja. Gak ada yang menarik dari diri lo!" Cewek itu menjeda ucapannya dengan gaya ponga nya, lalu kembali melanjutkan ucapannya.

"Gak pantas banget lo buat Army, lo jauh di bawah gue. Gak pantas lo jadi saingan gue"

"Kenapa lo diem?, lo udah kehabisan kata kata, lo udah gak punya nyali saat liat gue. Gue denger katanya lo pernah adu mulut sama Panji kenapa sekarang lo diem kayak patung?. Takut?".

Orang yang berada di dalam kantin itu berfokus pada Elisya dan cewek yang tengah berdiri di hadapan Elisya, menunjukkan bahwa dirinya lah penguasa di sini.

Masih berlaku kah bulliying di kampus?

Bukankah kampus orang orangnya telah dewasa semua? Yang berarti pikirannya juga telah dewasa, sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik.

Lantas mengapa ada orang yang marah pada Elisya hanya karena iya berangkat bersama seorang Army?

Kekanakan!!

Tidak salah kan kalau Elisya berfikir mereka kekanakan??

"Lo punya mulut kan?, jangan diem aja lo!!" Cewek yang sedari tadi berbicara panjang lebar mulai geram dengan tingkah Elisya hanya diam, Elisya diam bukan karena iya takut iya hanya terlalu malas membalas ocehan seseorang yang berlagak penguasa di sini. Buktinya, sedari tadi iya berbicara semua orang hanya diam melihat apa yang akan dia perbuat.

Menyadari itu Elisya tersenyum sinis dan itu tidak luput dari penglihatan seseorang yang tengah berdiri di hadapannya.

"Kenapa diem? Udah capek ngocehnya??" Kalimat pertama yang di ucapkan Elisya setelah kedatangan cewek itu.

"Woahh, rupanya lo punya nyali juga ternyata??" Ejeknya, sambil bertepuk tangan

"Hajar Bi!!, cewek kayak dia harus tau bagaimana seorang Biangka jika kalo ada yang usik dia" ucap cewek di sampingnya, mengangkat dagu tinggi tinggi menunjukkan dirinya yang sombong.

"Hhhmmmm" gumam yang bernama Biangka, cewek yang sedari tadi menyerbu Elisya dengan kata kata pedasnya.

"Apa sih mau kalian?, perasaan aku gak pernah punya berurusan dengan kalian?" Tanya Elisya yang di balas dengan senyum sinis dari Biangka dan kedua temannya.

"Jangan sok bego de lo, sekali lagi gue peringati lo gak boleh bareng Army. Army itu hanya milik gue!!" Ucap Biangka dengan tatapan tajam pada Elisya dengan tujuan agar Elisya takut seperti yang sudah lalu lalu setiap ada yang mendekati Army dengan terang terangan, Biangka mendatanginya, mengancam, memberi peringatan agar menjauhi Army dan semua itu berhasil. Hanya karena Biangka memiliki segalanya dia bersikap semaunya. Semuanya jadi mudah buat seorang Biangka.

Tapi tidak berlaku untuk Elisya, ancaman Biangka iya balas dengan senyuman.

"Emang kak Army barang, seenaknya saja kamu bilang kalau kak Army itu milik kamu" dengan tenang Elisya membalas ucapan Biangka, iya juga membalas tatapan Biangka.

Prok...prok..
Biangka bertepuk tangan sendiri, merasa geram karena baru kali ini ada yang menantangnya kecuali Monica dan tentu saja semakin sulit untuk mendapatkan Army. Monica saja iya sangat sulit menjauhkannya dari Army sekarang bertambah lagi 'Elisya' yang merupakan adik angkatan mereka. Iya semakin geram karena posisinya semakin terancam.

'Gue harus singkirin monica dan elisya bagaimana pun caranya' Bianka membatin

"Gue.pacar.Army.ngerti.lo" ucap Biangka penuh penekanan setiap kata yang di ucapkan sambil menunjuk Elisya tepat di dadanya

"Kalo emang kak Army pacar kamu setidaknya kamu tegur kak Army, karena dia yang paksa aku ikut sama dia. Bukannya datang sama saya marah marah gak jelas" Elisya memberi jeda ucapannya menarik nafas dalam dalam melihat semua mata tertuju padanya lalu kembali melanjutkan ucapannya.

"Aku pikir kita udah sama sama dewasa mengingat status kita sekarang udah mahasiswa bukan lagi murid SMA, jadi aku harap berhenti bertindak 'kekanakan' itu hanya akan merugikan kamu".

"Ah ya, satu lagi kalau kamu emang bener suka kak Army, mau ambil hatinya, buang sifat kamu yang mudah marah karena aku yakin kak Army semakin menjauh dari kamu kalo lihat kamu kayak gini"

"Lo siapanya Army, jangan sok tau lo. Jangan karena lo bareng Army tadi lo jadi sok tau. Gue jauh lebih dulu kenal Army dari pada lo jadi jangan sok ceramahin gue karena gue yakin lo juga suka sama Army. Jadi siapa pun yang berusaha ambil Army dari gue akan berurusan dengan gue" ucap Biangka

"Kalau kamu anggap aku saingan kamu Biangka, kamu salah besar karena sampai kapan pun aku dan kak Army tidak mungkin bersatu. Kak Army sama aku hanya sebatas senior dan junior gak lebih"
lirih Elisya lalu secepatnya berlalu dari hadapan Biangkan dan kedua temannya tidak menghiraukan teriakan kedua temannya.

***

Rasa Yang Tak Wajar (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang