14. Lebih Dekat

969 46 3
                                    

Typo bertebaran😉

Sebulan telah berlalu, pasca Elisya berbicara dengan Army ditaman belakang rumah mereka. Dan selama itu pula Army dan Elisya tidak lagi pernah saling berbicara satu sama lain. Suasana yang cukup canggung diantara keduanya cukup terasa.

Army sedari tadi mencuri pandang kearah Elisya yang sedang makan secara dikmat. Iya merasa akhir akhir ini Elisya menjauhinya. Semenjak kejadian sebulan lalu.

Army mempercepat acara makannya. Setelahnya iya berlalu kembali kekamar.

Malam  yang cerah, Army membuka jendela untuk menuju kearah balkon kamarnya. Army memicing melihat di balkon yang berbeda iya melihat adik sekaligus gadis yang dicintainya tengah duduk sambil memandangi malam didepan sana.

Jantungnya berdetak lebih cepat ketika tak sengaja Elisya juga tengah menatap kearahnya. Mata coklat itu tengah menatapnya sendu. Tanpa sadar iya membalas senyum Elisya yang tengah tersenyum padanya.

"Sya..." tanpa sadar iya memanggil Elisya lembut. Mungkin terbawa suasana, dan juga akibat kerinduannya yang selama kurang lebih sebulan ini iya tak bertegur sapa atau bisa dibilang Elisya tak lagi berbasa basi padanya. Selama sebulan ini Elisya menghindarinya. Jika saja iya tidak memiliki rasa terlarang ini Army tidak akan memperlakukan adik cantiknya itu dengan sikap dinginnya. Iya akan memanjakan adiknya dengan limpahan kasih sayang, tapi cinta terlarangnya itu membuat keduanya bagaikan orang asing yang tinggal seatap.

"Kak Army memanggilku?" Siapa sangka ternyata Elisya mendengar lirihannya. Iya berharap Elisya tidak menyadari arti dari tatapannya saat ini.

"Hmm" balas Army tanpa mengalihkan tatapannya. Masih menatap wajah yang selama ini menemani bayang-bayang saat hendak tidur ataupun sedang terlelap.

Bisakah saat ini iya sedikit menyalahkan takdir?

Keheningan kembali selama beberapa menit, keduanya masih seperti posisi tadi tidak berubah. Berdiri di pinggir balkon. Menikmati angin malam yang membuat keduanya merasa tenang.

"El..is.." Army merutuki dirinya yang tak tahan untuk memanggil adiknya itu.

"Iya kak"

Kembali Army memaki dirinya sendiri, karena jantungnya memompa dengan cepat ketika melihat senyum manis dari Elisya.

Jika saja gadis yang tengah tersenyum lebar dihadapannya itu yang selalu membuat jantung berdetak keras bukan adiknya mungkin sedari dulu iya sudah menerkamnya, menjadikan dia hanya miliknya. Tapi, lagi lagi iya harus menahan hasrat untuk memilikinya karena iya masih sadar bahwa orang yang tengah digilainya itu adalah terlarang baginya.

Iya masih waras, bahwa gadis dihadapannya itu tidak mungkin dimilikinya, suatu saat akan ada yang menggandeng dan menjadikan hanya miliknya.

ARRRRGGG

Membayangkan saja Elisya dimiliki orang lain mampu membuat kepala sakit dan hatinya panas, bagaimana jika telah terjadi? Mungkin dirinya akan kehilangan kewarasan..

"Kak...kak.. Army kenapa?" Tanya Elisya melihat kakaknya menjambak rambutnya sendiri diiringi dengan teriakan.

"Kakk" kembali Elisya memanggil Army sambil mengguncang bahu keras kakaknya.

"Kak Army sadar, kenapa kak, yang sakit yang mana?" Jelas terdengar khawatir dari Elisya, karena Army masih terus menjambak rambutnya sendiri Elisya tanpa sadar mungkin karena panik iya memeluk kakaknya dengan sangat erat, mengelus punggung tegap kakaknya dengan lembut menenangkannya, membisikkan kata kata yang mungkin bisa membuat Army tenang, juga dengan kecupan lembut yang diberikan Elisya pada rambut Army.

Rasa Yang Tak Wajar (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang