Problem

10.5K 899 150
                                    

Lo dmn?

Pesan itu masuk di handphone Aru. Diam-diam Aru pergi ke belakang barisan adik tingkatnya untuk membalas chat dari Shasi.

Gue di lapangan Tabachi

Send.

Setelah pesan itu terkirim, Aru memasukkan lagi handphone ke dalam saku seragam. Karena tidak boleh terlihat menggunakan benda itu saat sedang melatih adik tingkatnya.

"KALIAN SIAP DILANTIK NGGAK?!"

"SIAP KAK!"

"H-MIN BERAPA LAGI DILANTIK?"

"SIAP SEMINGGU KAK!"

"Yaudah yang bener latihannya!"

"SIAP KAK!"

"HORMAT GRAK!"

"NGGAK KOMPAK! ULANG!!"

Aru memerhatikan temannya yang sedang mengambil aba-aba. Sebenarnya ini bukan latihan paskibra. Hanya saja ada beberapa gerakan PBB yang nanti dipakai untuk pelantikan. Tujuan dari latihan ini bukan untuk ajang balas dendam, apalagi perpeloncoan. OSIS dalam pimpinan Aru sebisa mungkin menghindari itu. Terlebih bullying dalam area sekolah. Sangat sangat dijauhi dan dilarang.

Latihan ini melatih sikap disiplin, tanggung jawab, kecekatan dan kesigapan, bekerja sama serta yang paling penting kebersamaan. Nanti setelah mereka menjabat sebagai anggota OSIS semua nilai-nilai di atas harus diterapkan. Mustahil suatu kegiatan akan berjalan dengan baik dan lancar kalau anggotanya tidak memiliki sikap itu.

"Gue mau pulang!"

Aru tersentak saat Shasi menarik lengannya. Sontak temannya dalam sesama OSIS maupun adik kelasnya memerhatikan keduanya.

"Sebentar Shas. Gue nggak bisa ninggalin mereka."

"Gue mau pulang sekarang Aru!" pekik Shasi. "Bawa gue pulang."

Kening Aru mengerut. Tidak biasanya Shasi bersikap seperti ini. Matanya semakin menyipit saat melihat wajah Shasi yang memerah dan bawah matanya bengkak. Shasi terus-terusan menarik lengan Aru sambil merengek minta pulang. Aru tidak sampai hati menolak.

"Sebentar, gue bilang dulu ke yang lain."

Aru melepas tangan Shasi pada lengannya kemudian berjalan ke Kia.

"Sorry, gue nggak bisa sampe selesai. Sekarang harus cabut," kata Aru merasa bersalah.

"Shasi kenapa, Ru?" tanya Kia merasa kasihan.

Aru mengangkat kedua pundaknya. Ia pun ikut bingung dengan gadis itu. "Gue nggak tau. Dia nggak cerita apa-apa ke gue."

"Yaudah deh, ntar gue bilang ke yang laen. Lo balik aja duluan."

"Thanks ya." Aru merasa lega. Syukurlah temannya ini sangat pengertian. "Lo handle semuanya, Ki."

Gadis yang bernama Kia itu mengacungkan ibu jarinya. "Bisa diatur."

Aru langsung menarik Shasi dan membawanya ke tempat motornya parkir. Pria itu memberikan helm yang tadi pagi dipakai oleh Shasi, dan Shasi pun menerimanya.

Gadis itu langsung menaiki motor, ia memegang jaket yang sudah Aru gunakan ditubuhnya. Air matanya kembali menyeruak, ia takut sungguh sangat ketakutan. Bahkan kedua telapak tangannya mendingin. Kemudian Shasi menyenderkan kepalanya pada punggung Aru dengan cengkeraman yang semakin dieratkan.

Melihat hal itu, tentu saja membuat para adik kelasnya heboh. Di dalam barisan mereka berbisik-bisik membicarakan dua saudara itu. Bahkan beberapa diantara mereka ada yang patah hati. Baik yang perempuan maupun laki-laki.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 12, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARUSHAFIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang