Senyuman Manis

7.2K 895 104
                                        

Baru kali ini gue lihat seseorang tersenyum, gue juga ikutan pengen senyum.

••ARUSHAFIRA••

"Sedang apa kalian di sana?"

Sebuah suara menginterupsi mereka. Ketiganya menoleh ke sumber suara dan menemukan seorang laki-laki paruh baya bertubuh gempal dengan perut membuncit berjalan ke arah mereka. Pandangannya menajam dengan hidung jambu yang kembang kempis. Aru dan Shafira yang tidak biasa terlambat sudah keringat dingin, sedangkan Alan nampak biasa saja saat Pak Dadang -wakil kepsek- itu menghampiri.

"Eh Pak Dadang, Pagi Pak," sapa Alan sok akrab. Ia berpindah posisi menjadi di samping Pak Dadang yang sedang mengelus perut buncitnya. "Udah berapa bulan ini, Pak?" tanya Alan ikut mengelus perut Pak Dadang.

"Memangnya saya hamil!" pekik Pak Dadang. Hal itu membuat Aru dan Shafira terkekeh mendengarnya. Tak pelak membuat Pak Dadang melotot ke arah keduanya.

"Aru kamu telat?!" tembak Pak Dadang. Aru menggaruk tengkuknya sendiri, salah tingkah. Jika ia bilang iya, maka citra baiknya sebagai ketua OSIS akan jelek di mata wakasek bidang kesiswaan itu. Namun jika ia bilang tidak, ia akan berbohong. Dan sedari kecil kedua orangtuanya mendidiknya untuk tidak pernah berbohong.

"Iya, Pak." Akhirnya Aru mengakuinya juga. Ia memilih jujur, karena jika sekali saja berbohong maka akan muncul kebohongan lainnya.

Berbeda dengan Alan yang nampak tak percaya mendengarnya. Ia pikir Aru tidak akan mengakuinya, karena citranya sebagai ketos harus baik. Namun malah sebaliknya yang terjadi, percuma dong ia mengambil gambar Aru memanjat dinding yang akan digunakan sebagai senjatanya mendekati Shasi.

"Ck, ck, gimana sih, ketos kok telat!" cibir Pak Dadang.

"Ketos juga manusia, Pak. Motor saya disita sama Ayah. Jadinya harus naik metromini."

Pak Dadang hanya menganggukkan kepalanya. Pandangannya beralih pada satu-satunya perempuan. "Kamu juga telat?"

"Iya, Pak," jawab Shafira lirih. Kepalanya menunduk karena takut. Dadanya masih deg-degan karena ia melakukan kesalahan.

"Besok-besok jangan diulang." Matanya berpindah lagi pada Alan, kepalanya menggeleng-geleng tak percaya melihat penampilan siswanya itu. Masih pagi tapi penampilannya sudah acak-acakkan. "Ck, ck, itu bajumu dibenerin. Nggak habis pikir saya, kok bisa-bisanya Shasi naksir kamu."

"Apa, Pak?" Aru terkejut mendengarnya. Ternyata hubungan Shasi dan Alan sudah menyebar hingga terdengar ke telinga guru-guru.

"Itu si Shasi, cantik-cantik matanya burek. Nggak bisa liat cowok yang bener sama yang urakan."

"Kok Bapak pagi-pagi udah gosip, sih." Alan menyela. Mungkin ia bisa terima kalau dirinya direndahkan, tapi kali ini ia tidak terima saat Shasi dihina. "Lagi pula apa urusannya sama Bapak? Bapak pernah denger nggak kalau cinta itu buta? Nah itu yang terjadi sama Shasi."

"Lo pacaran sama Shasi?" Aru bertanya dengan nada sengit, nampak jelas di matanya ketidaksukaan pada Alan.

Alih-alih menjawab pertanyaan, Alan hanya mengangkat bahunya malas. Terlalu banyak orang yang ikut campur dengan hubungannya bersama Shasi.

ARUSHAFIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang