"Yang punya laptop ini, harap temui saya di ruang guru!"
Aru hanya bisa menghela napasnya pasrah saat mendengar kalimat itu. Ia melirik Firman dengan tatapan mematikan. Laki-laki itu menyengir sambil menggaruk kepalanya. Uh, rasanya Aru ingin mendorong Firman dari lantai tiga gedung sekolahnya ini.
Dengan langkah gontai kakinya berjalan menuju ruang guru di lantai satu. Kedua tangannya mengepal menahan kesal karena temannya tidak bisa menjaga amanah dengan baik. Ia memberikan laptop itu untuk presentase kelompoknya, tapi malah disalah gunakan. Sungguh, rasanya Aru ingin sekali berkata kasar.
Ia memasuki ruang guru yang nampak sepi. Hanya ada beberapa guru yang duduk di mejanya karena tidak ada jadwal mengajar. Aru semakin masuk mengitari meja yang berjejer, di sana Bu Nani sudah duduk sambil membuka catatan yang ia tidak tahu itu catatan apa.
"Ibu kecewa sama kamu, Ru. Harusnya kamu itu bisa jadi contoh buat teman-temanmu yang lain. Bukan malah nonton film dewasa seperti itu di kelas," tukas Bu Nani dengan nada tegas.
"Saya bisa jelasin, Bu. Bukan saya yang—"
"Buktinya itu laptop punya kamu," sela Bu Nani sebelum Aru menjelaskan apa yang terjadi.
"Memang laptop itu punya saya. Tapi saya tidak tahu menahu soal film itu. Hari ini saya telat, dan dapat hukuman dari Pak Dadang. Saya baru masuk ke kelas setelah jam pelajaran ke tiga. Tapi sebelumnya Firman datang untuk mengambil laptop itu, karena kelompok kami yang presentasi. Ya sudah akhirnya saya kasih," jelas Aru panjang lebar.
"Saya tidak percaya dengan penjelasan kamu."
Allahu Akbar! Bolehkah Aru berkata kasar sekarang?
"Kamu dapat point 20 dan laptop ini Ibu sita."
Ck. Untuk apa ia disuruh ke ruang guru menjelaskan semuanya. Jika pada akhirnya Bu Nani tetap tidak percaya dan mengikuti maunya saja.
"Permisi."
Suara perempuan terdengar dari arah pintu. Aru tanpa sengaja menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. Kedua sudut bibirnya langsung tertarik saat melihat seorang gadis yang tengah membawa setumpuk buku di tangannya. Aru pun memanggil gadis itu setelah ia menaruh buku di meja Pak Mansyur.
"Fira! Sini!"
Merasa ada yang memanggil namanya gadis itu menoleh. Keningnya mengerut tanda bingung. Itu Aru yang sedang berbincang serius dengan Bu Nani, lalu mengapa ia memanggilnya?
"Ada apa?" tanya Shafira setelah tiba di meja Bu Nani.
"Bu dia Shafira, tadi saya telat bareng dia. Dia yang akan jadi saksi apa ucapan saya benar atau tidak."
"Benar begitu Shafira?" tanya Bu Nani setelah Aru menceritakan ulang kejadian itu. Shafira mengangguk bahwa apa yang diucapkan Aru memang benar adanya.
"Benar Bu."
Bu Nani nampak berpikir sejenak. Setelah itu menghadap kembali pada Aru. "Baiklah, Ibu tidak jadi memberikan kamu point 20," putusnya. Aru langsung mendesah lega. "Tapi laptop kamu ini Ibu sita dua hari. Siapa tahu ada film-film dewasa yang lain."
Baru saja Aru diterbangkan ke langit karena tidak jadi diberikan point 20. Tapi ia langsung dijatuhkan ke bumi paling dalam. Masalahnya sekolahnya menerapkan sistem point bagi siswa yang bermasalah. Jika sudah 25 point, itu artinya mendapatkan Surat Peringatan satu. Dan orang tua dipanggil ke sekolah. Jika hari ini ia telat dan ditambah menonton film itu pas sudah pointnya. Ia tidak ingin orangtuanya dipanggil ke sekolah akibat masalah yang ia buat.
"Tapi Bu saya butuh laptop itu untuk keperluan OSIS." Aru mencoba bernegoisasi.
"Kan bisa pakai laptop sekretasis kamu. Atau siapa kek, teman-temanmu yang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARUSHAFIRA
EspiritualGadis cantik di dalam bus kota, berhasil menarik perhatian Arusha. Tidak disangka ternyata mereka satu sekolah. Di saat perempuan lain mengejar cintanya, termasuk sahabatnya sendiri. Gadis itu malah menghindarinya, dan sukses membuat Aru penasaran s...