FAINTED

5 3 0
                                    

“Hukumannya apa?”

“Bersihin semua toilet di sini.”

“Eh, gua ke kelas duluan ya, mau ngerjain PR dulu,” ucap Bayu yang sudah berdiri.
“emang ada PR, Bay?” tanya Gyo mengerutkan dahinya. Bayu mengangguk ragu.

“Gue ikut deh ke kelas. orang macam lo aja belom ngerjain PR, apalagi macam gue,” ucap Tyo yang ikut berdiri.

“PR nya dikumpulin besok Tyo, nanti gue kasih lo nyontek deh. Tapi lo diam di sini.”

“Siap bos kuu,” jawab Tyo semangat 86.

Bayu berjalan santai keluar kantin. Setelah merasa dirinya sudah jauh dari teman temannya, ia mempercepat langkahnya. Bukan ke kelas, melainkan mencari keberada Via.

Ia menelusuri toilet guru, kamar toilet toilet perempuan yang berada di lantai dasar. Bayu berfikir untuk menentukan langkah selanjutnya, apakah ia harus masuk atau menunggu?
Tak lama kemudian, seorang perempuan memunculkan dirinya dari balik pintu. Perempuan yang ternyata salah satu adik kelas Bayu, tersenyum lebar.

“Eh, ada kak Bayu. Ada apa, Kak?” tanyanya antusias.
Ia mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. “Tumben nggak bareng kak Navya?”
“Gue emang lagi nyari dia.”
“Owh...”
“Foto dong kak, mumpung gratis.” Bayu mengangguk pasrah.
“Dek,” panggil Bayu menghentikan langkah wanita itu. Dengan cepat, wanita itu membalikkan tubuhnya dengan senyum dan pipi yang memerah sedari tadi.

“Tadi liat Via nggak? Di dalam.”
Wanita itu menggelengkan kepalanya singkat, “Nggak kak.”

Bayu mengangguk singkat dan memberi senyum kecil, “thanks.”

“Atau gue telpon aja?” gumam Bayu. Ia melanjutkan langkahnya dengan setengah berlari menuju kantin untuk meminjam handphone Gyo. Entah sampai Bayu tetap bartahan hidup tanpa Handpone.

Bayu memilih melewati taman, jalan pintas menuju kantin dari posisinya sat ini. Saat memasuki area taman sekolah , langkah Bayu terhenti ketika mendapati gadis yang sedang ia cari tengah duduk di salah satu meja di taman.

Bayu melanjutkan langkahnya, bukan ke arah gadis itu melainkan ke tujuan pertamanya, yaitu kantin, karena ia tahu Via belum sempat mengisi perutnya, apalagi setelah dihukum pasti sangat capek.

Sedangkan Via masih fokus dengan tugas tuga yang harus ia kumpulkan sebelum pulang sekolah ditambah perut yang belum keisi sajak pagi tadi, karena tak sempat membuat sarapan, apalagi mamah, papah, dan Alfy sudah berangkat ke London.

Via mengerutkan dahinya ketika menyadari kehadiran seseorang di sampingnya,ia memutar kepalanya 45 derajat memperhatikan orang itu yang ternyata Bayu,ntah sejak kapan ia duduk di sebelahnya sambil meletakkan makanan yang ia beli di atas meja di hadapannya.

Via menghembuskan napasnya pelan. “Ngapain?” tanya Via kembali fokus mengerjakan tugasnya yang tertunda.
“Lo dihukum? Kenapa? Kok bisa?” tanya Bayu baik baik, karena tak ingin mebuat Via kesal.

Via mengangguk lemas. “Pala gue pusing, lo bisa jangan ganggu gue dulu nggak?”
Bayu menggaruk belakang kepalanya, berfikir sejenak membuat Via tidak merasa terganggu dengan kehadirannya.

Bayu menghadapkan tubuhnya ke arah Via. “Taro aja kepala lo,” kedua mata Bayu memberi isyarat ke arah dadanya.

Tanpa basa basi, Via meletakkan Kepalanya di dada Bayu dan kembali fokus dengan tugasnya.

“Lo mau makan?”
Via menggelenggkan kepalanya lemas, tanpa mengubah pandangannya dari buku di hadapannya.  Namun tiba tiba saja, Via merasakan sesuatu melingkar di punggungnya yang merupakan lengan Bayu dengan tangan menggenggam sebuah sendok makan berisikan nasi goreng berada tepat di samping bibir Via. Via mengalihkan pandangannya ke arah Bayu yang sedari tadi senyum kepadanya.

Via mengalah, dan menerima suapan dari Bayu. Tak sampai suapan terakhir, tubuh Via mengeluarkan keringat cukup banyak dan tak mampu menampung suapan yang diberi Bayu.

Kedua mata Bayu membulat sempurna ketika mendapatkan Via sudah tidak sadarkan diri.

Ondu DinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang