“Jangan,” cegah Via ketika Bayu ingin melepaskan benang balon dari pergelangan tangannya.
“Nanti aja,” tambahnya. Mereka melanjutkan perjalanan hingga sampai di depan gerbang rumah Via.
“Makasih ya Bay,” ucap Via. Bayu tersenyum dan mengangguk singkat.
“Kalau begitu, gue masuk duluan ya,” pamit Via.“Vi.” Langkah Via terhenti dan membalikkan tubuhnya kembali.
“Buat lo.” Bayu menjulurkan sebuh benda.“Buat apa?” tanya Via bingung.
“Gue tunggu di balkon.” Bayu membalikkan tubuhnya dan masuk ke dalam rumahnya, meninggalkan Via yang masih dilanda kebingungan.
Dengan langkah cepat Via masuk ke dalam rumah menuju kamarnya.Sesampainnya di kamar ia meletakkan tasnya di atas tempat tidur, lalu mendekatkan dirinya ke pintu balkon. Namun ia urungkan niatnya untuk membuka pintu balkon.
“Sebentar, Bayu nyuruh gue ke balkon? Buat apa?” tanyanya pada diri sendiri.
“Wah... Jangan jangan dia mau macem macem,” gumam Via.
“Nggak nggak nggak.” Via menggelengkan kepalanya.“Tampang tampangnya si, nggak meyakinkan.”
Sambil menunggu keputusan, Via melepaskan benang balon tadi dari pergelangan tangannya, lalu mengikatnya kembali di tralis tempat tidurnya.Ia menghela napas sedalam dalamnya dan menghembuskannya secara perlahan. Ia mulai mendekati pintu balkon, lalu mambukanya, tak lupa iya mengambil besi yang tersandar di tembok dekat pintu balkon untuk berjaga jaga dan memberanikan diri menghampiri Bayu.
“Vi? Lo ngapain bawa besi?” tanya Bayu heran.
Via berdehem pelan, lalu membenarkan rambutnya dengan bantuan kepala. “Nggak kenapa kenapa.”
Via meletakkan besi tadi di salah satu sudut balkon. “Ada apa lo nyuruh gue ke balkon?”
“Emm... lo bawa loceng yang gue kasih?”
Yahhh.... Bayu member lonceng untuk Via. Lonceng itu dibeli Bayu saat di pasar malam, saat membeli kue leker, tak sengaja ia menemukan pedagang barang antik. Ntah apa maksud dan tujuan ia mambeli lonceng untuk Via.
Via lupa, lonceng tadi ia masukkan ke dalam tas. Ia kembali masuk ke dalam kamar, mengambil lonceng tersebut.
Via kembali manghampiri Bayu dan mengulurkan tangannya, memberi loncengnya kepada Bayu.Via hanya diam dan memperhatikan apa yang dikerjakan Bayu, sesekali Via membantu Bayu jika dibutuhkan. Hingga Bayu selesai, Via mengubah pandangannya ke Bayu.
“Terus diapain lagi?”
“Sudah selesai, lo tinggal goyangin aja loncengnya,” jelas Bayu.
“Fungsinya?” ucap Via yang masih belum paham.
“Kalau lo kangen atau butuh bantuan gue, lo bisa panggil gue dengan cara ini.”
Via mengangkat salah satu sudut bibirnya. “Terserah lo deh, Bay.”
Via mengerutkan dahinya. Melihat yang dilakukan Bayu saat ini, ia mengambil papan tebal, lebar, dan panjang di belakang dirinya, lalu meletakkan di antara kedua balkon mereka.Bayu memanjat tralis balkon, lalu duduk di atas papan tersebut. “Sini Vi,” ajak Bayu.
Via menggeleng keras. “Nggak, gue ngeri jatuh.”
Bayu pun langsung berdiri dan mendekati balkon Via. Ia meraih tangan Via untuk membantunya.
“Bay,” panggil Via membuka pembicaraan.
“Gue boleh tanya sesuatu nggak?”
“Sesuatu? Kayak Syahrini aja,”
“Serius ish.”
“Tanya aja vi.”
“Emm... Belakangan ini, kenapa lo sering perhatian sama gue?” tanya Via sedikit ragu.
“Yahhh... Sebenernya gue pengen lebih dari temen,” jawab Bayu spontan.
“Hah? Lebih?”
Bayu berdeham pelan. “Vi,” ucap Bayu sedikit serak.
Bayu menatap kedua mata Via dalam dan tulus. “Mungkin ini sedikit gila.”Bayu mengeluarkan sebuah kotak persegi dari saku celananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ondu Dina
RomanceIni bukan cerita frienzone Ini bukan cerita bad girl or bad boy atau sebagainya. Ini sangat berbeda dari yang cerita yang pernah berbeda. Jadi, langsung baca aja. Jangan ada yang di skipp ok, biar nyambung bacanya. Love you