pasar malam

9 3 0
                                    

Hingga akhirnya kereta mereka hampir sampai di ujung rel keluar dari rumah hantu, tanpa basa-basi Via langsung turun dari kereta yang masih melaju pelan. Begitu juga dengan Bayu, ia langsung mengikuti langkah Via yang cepat, ditambah lagi suasana pasar malam sangat ramai sekali.

Dan akhirnya Bayu mendapati Via tengah duduk di salah satu kursi dekat dengan penjual balon.
"Lo kenapa ? Marah?"
"Hm," jawab Via judes buang muka.
"Masa gara gara gue ketawa aja, lo...."
"Bukan itu!" potong Via.
"terus apa?"
"Gue kira lo bakal ajak gue....." ucap Via menggantung.

Bayu menghembuskan napasnya pelan. "Ke tempat yang romantis? Ke tempat yang indah?" tebak Bayu.

Bayu memegang kedua bahu Via dan menghadapkan tubuhnya ke hadapan dirinya. "Apa kalo gue ajak lo ke tempat romantis, kita akan sedekat tadi? Apa lo akan genggam tangan gue seerat tadi?" jelas Bayu, terus menatap dalam kedua mata Via dengan mata yang berbinar.

Via menggigit bibirnya dan menundukkan kepalanya, ia tak bisa menjawab pertanyaan Bayu. Bayu benar, mungkin jika dirinya di ajak ke tempat romantis, ia akan sibuk dengan handphonennya untuk mengabadikan tempat itu.

Via merasakan tangan kanannya di angkat oleh Bayu. Via mengangkat kepalanya ketika mendapati Bayu sedang mengikatkan sehelai benang.
Bayu membelikan Via sebuah balon berbentuk love, lalu diikatkan di pergelangan tangan Via.

"Buat apa?"
"Biar lo gak ilang, soalnya kalo lo ngambek larinya cepet."
Bayu mengacak puncak kepala Via dengan gemas. "Sudah jangan ngambek lagi, kita cari cemilan dulu," bujuk Bayu.
"Tapi gue mau naik itu," ucap Via bagai anak kecil menunjuk wahana yang ia ingin sejak awal masuk, Bianglala. Seketika Via mengurungkan niatnya ketika melihat tatapan tajam Bayu dan nurut dengan perkataan Bayu.

Bayu mengajak Via mencari jajanan yang ada di sana. Mereka berhenti di dekat tukang permen gulali.

"Bang, beli permen gulalinya satu, tapi bikin sendiri." Bayu memesan sebuah permen gulali yang ingin ia bikin sendiri. Matanya tertuju pada sebuah box yang berisi cetakan gulali. Ia mengambil salah satu cetakan , yang entah berbentuk apa.

"Mau nyoba bikin?" tanya Bayu ke Via sambil menyodorkan cetakan yang tadi ia ambil dari box.

"Caranya?" tanya Via penuh kebingungan yang teraut di wajah cantiknya.

Bayu memberikan cetakan yang ia pegang kepada abang abang gulali untuk dituangkan sedikit gulali yang belum di cetak. ia menutup cetakannya dan memberikannya kepada Via
"tiup," ucap Bayu menunjuk gulali yang harus Via tiup. Via meniup dengan tiupan yang ragu ragu karena takut salah. Setelah ditiup, Bayu mengambil cetakannya dan membuka penutup cetakannya untuk melihat hasil tiupan Via.

"Yang kenceng tiupnya" ucap Bayu memberitahu Via. Ia memberikan kembali cetakannya kepada Via.

Via kembali meniup dengan sekencang mungkin, sampai udara dalam paru parunya tak tersisa lagi. ia memberikan cetakannya dengan napas yang terengah engah. Bayu membuka penutup cetakan, melihat hasil tiupan Via lagi.

Via menggeleng gelengkan kepalanya saat melihat gulali yang ditiup Via pecah. Bayu memberikan cetakan yang ia pegang ke abang abang gulali dan meminta gulali yang baru untuk ditiup.

Bayu memberikan kembali cetakannya kepada Karlina. Ia meminta izin untuk membeli cemilan lainnya. Via memperhatikan pundak Bayu itu yang semakin jauh tanpa menghilangkan senyumnya. Matanya kembali tertuju pada cetakan yang ia pegang, lalu meniupnya perlahan namun pasti.

"Ni bang," ucap Via sambil menyodorkan cetakan berisi gulali yang ia tiup tadi untuk diberi gagang.
"emm... Bang, saya mau beli gulali yang udah jadi dong."
Via mengambil lima biji permen gulali yang sudah jadi dan mengambil gulali yang ia cetak sendiri. Setelah membayarnya, Karlina memasukan gulali yang ia beli kecuali yang ia cetak. Ia pun menunggu sambil memakan gulali yang ia buat sendiri.

Bayu pun datang dan mberikan sebuah jajanan, yang berisi selai, kacang, dan mesis yang telah meleleh.
"Kue leker? lo kok bisa dapet jajanan kayak gini si? ini kan jajanan kesukaan gua waktu SD."
Via sangat terkejut saat melihat jajanan zaman dahulu, yang mungkin sekarang hanya beberapa orang saja yang berjualan jajanan seperti ini. Dengan semangat ia menyomoti kue Leker yang sudah ada di genggamannya.

"Sekarang kita mau kemana?" tanya Via.
Bayu meraih tangan Via, lalu menggandengnya. ia menuntun Via mengikuti lagkahnya.

Via mengangkat pandangannya ke sebuah wahana di hadapannya. Kini Via yang menarik tangan Bayu dengan semangat.

Yaps... Bayu menuruti permintaan Via untuk menaiki Bainglala. Mereka duduk bersebelahan, menikmati indahnya malam.
"makasih Bayu," ucap Via tulus. Ia memberi senyum paling manis untuk Bayu.

Tak hanya wahana itu saja, sehabis menaiki bianglala mereka melanjutkan dengan bermain permainan yang ada di sana.

Setelah puas, Via dan Bayu memutuskan untuk pulang, juga karena sudah larut malam.
Bayu meraih tangan Via, langkah keduanya berhenti.

Ondu DinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang