GIVE AWAY

6 4 0
                                    

Setelah mengerjakan PR ( Pekerjaan Rumah), Via berjalan ke arah Balkon untuk menikmati udara sejuk di malam hari.

Sesampainya di Balkon, ia merasakan sesuatu yang berbeda. Ia menoleh ke samping, Balkon Bayu. Sangat terlihat jelas tanpa ada penghalang sebatang ranting pun.

“Lho kok rantig-ranting pohonnya nggak ada lagi?” heran Via mendekat ke pinggir Balkon.

“Kenapa?” ucap seorang pria tiba-tiba, mengejutkan Via.

“Lo baru liat?” tambahnya. Ia mendecak pelan.

“Lho, Bay kenapa lo tebang pohonnya?”

“Biar lo puas liat muka gue yang gantengnya nggak ketolongan,” ucap Bayu angkuh. Salah satu bibir Via terangkat, mendengus pelan.

“Waktu itu, lo nggak masuk sekolah karena ini?”
“Hm.”
“Thanks,” ucap Via, memberikan senyum paling manis miliknya.
“Tumben.”

Via dan Bayu berjalan beriringan, melewati koridor sekolah. Samar-samar Via mendengar teriakan-teriakan gerombolan cewek yang semakin dekat ke arah mereka.
Dan benar saja beberapa adik kelas menghampiri mereka, menarik baju Bayu dan lengannya.

“Kak, minta poto dong.”
“Sebentar-sebentar,” lerai Via.
“Nanti kalian yang pengen poto sama Bayu, bisa ke Kantin waktu jam istirahat.”
“Serius kak?”
Via mengangguk, lalu menarik lengan Bayu dan meninggalkan tempat itu.

“Thanks ya Vi,” ucap Bayu dengan napas tak teratur. Via mengangguk, tersenyum tulus. Lalu meninggalkan Bayu, masuk ke dalam kelas.

Thaila menoleh ke samping, melihat sahabatnya sedang senyum-senyum sendiri. Raut wajahnya berubah menjadi bingung, ia mengoyang-goyangkan bahu Via pelan.

“Kenapa?”
“Eh, nggak papa.”
“Owh, nih undangan buat lo,” ucap Thaila, menjulurkan sebuah undangan Birthday Party.

“Lo harus tampil spesial di Birthday Party gue Minggu depan.”
“Siapa aja yang lo undang?”
“Satu angkatan, tapi yang gue kenal aja.”
“Nggak ajak Mas Nandan mu itu?” goda Via. Thalia menundukkan kepalanya, memajukan bibirnya beberapa senti.
“Tadi... Gue ke kelasnya. Kata temen-temen kelasnya, dia sudah nggak masuk selama satu minggu lebih,” jelasnya.

“Kenapa?”
“Katanya, dia ngurusin sekolah ke luar kota.”
Via mengangguk mengerti.

Seketika kelas menjadi hening dan tegang, ketika seorang pria paruh baya memasuki kelas dengan tatapan tajam. Mekipun, sudah dua tahun diajar oleh pria itu, tetap saja rasa takut yang dirasakan murid kelas 11 IPA-3 tak pernah hilang. Guru Fisika yang satu ini memang terkenal dengan keganasannya, Murid bandal pun akan terlihat alim saat diajarnya.
Di kelas Bayu terlihat sangat rusuh karena guru mata peajaran saat ini tidak masuk. Mereka bersorak kegirangan dan berhamburan di dalam maupun luar kelas.

Kebanyakan anak laki-laki memutarkan lagu dangdut dan berjoget di depan kelas.

KRRIING.....KRRINGG.....

Kini giliran Kantin yang diserbu oleh Murid-muris SMA TriGuna. Ditambah Lontong sayur Mpok Yuli sedang mengadakan promsi besar-besaran.

“WOIII, lontong sayur Mpok Yuli lagi ngadain Give Away,” teriak Tyo membantu mempromosikan dagangan Mpok Yuli. Sudah pasti ia memiliki maksud tersendiri, tak lain dan tak bukan mendapatkan lontong sayur gratis selama satu Minggu.

“Give Away?” tanya salah satu pembeli.

“Iya, kalian bakalan dapet satu mangkok lontong sayur,”
“Persyaratannya apa?” tanya pembeli lainnya.

“Persyratannya cuman satu. Kalian kasih uang 6.000 aja,” jelas Tyo.

Seluruh pembeli di sana menyoraki Tyo kesal.
“Bego banget si lo yo, emang harga lontong sayur segitu.”
Tyo mendecak kesal. Ia berjalan menghampiri keempat temannya, Bayu, Gyo, Via, dan Thaila yang sedang menikmati makanan masing-masing.

Ondu DinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang