Kenalin ini aku Ily, lebih tepatnya Prilly Alisya Anastasya. Aku sekolah di SMA Nusantara Jakarta. Aku bukan termasuk tipe cewek yang sempurna karena tubuh aku yang gemuk, kulit aku yang nggak terlalu putih, senyum aku yang nggak terlalu manis, dan mata aku yang nggak terlalu besar. Dari fisik aku memang sangat biasa, tapi karena fisik aku yang seperti ini, aku mencoba untuk mencetak prestasi apapun.
Aku mengikuti beberapa kegiatan mulai dari olahraga, tari, band, bahkan karate tapi tak ada yang cocok denganku. Sampai aku masuk ke dalam grup teater. Disinilah aku mulai memberanikan diri untuk tampil di depan umum, hingga aku masuk ke urutan 5 besar dalam prestasi di sekolahku yaitu peringkat kedua. Aku senang karena pada diriku, ada yang bisa aku banggakan.
Hingga suatu hari, aku tak sengaja melihat sosok laki laki yang berbeda. Dia memiliki warna rambut cokelat muda yang aku yakini itu asli. Dan bola matanya yang berwarna hazel yang sangat cocok dengan warna kulitnya yang putih. Seketika mataku terpaku pada sosok itu, tangan dan kakiku tak mampu bergerak. Lidahku kelu untuk bicara. Seakan saat ini dialah pemegang kendali.
Hari demi hari, bulan demi bulan aku selalu mengagumimu. Tetapi lidah ini tak mampu berucap dan berkata sejujurnya. Karena aku tak mau di menghindar dariku. Aku tak mau dia berbelok arah jika akan bertemu denganku. Karena bagiku, mengagumi dari jauh seperti ini sudah cukup untukku, karena hanya bisa melihatnya sudah jauh istimewa bagiku. Karena aku tak menuntut untuk ia membalas. Karena aku mengaguminya tulus dari hati yang terdalam.
****
Sampai ia lulus, sampai sang mata hazel itu lulus. Aku tak bisa lagi mengaguminya lagi dari jauh. Bahkan melihatnya untuk sesekali saja aku sudah tak bisa. Karena ia sudah lulus dan tak mungkin untukku bisa bertemu dengannya lagi.
"Ily! Bengong aja deh! Ngapa sih tuh muka kok ditekuk mulu? Emak Lo punya utang cucian yak?" Ucap Lala sambil duduk di bangku kantin sebelahku.
Lala memang merupakan anak yang ceria, akupun begitu. Hanya saja aku masih memikirkan si mata hazel. Lala juga salah satu orang yang jika ngomong nggak ada filternya. Jadi kadang banyak yang tersinggung karena ucapannya.
"Iya nih ily cemberut mulu. Kamu teh kenapa atuh? Riweh jadinya aing atuh!" Sahut Lilis
"Lo ngomong apaan sih Lis? Kagak ngerti gue. Pasti gara gara tuh anak baru pindahan dari Bandung pan? Wah sengklek nih otak Lo! " Ucap Lala menanggapi omongan Lilis sambil memegang jidat Lilis.
Aku hanya bisa diam dan tersenyum melihat tingkah mereka berdua.
"Guys, makasih ya udah jadi temen aku. Aku ngerasa lebih hidup dan berharga karena ada kalian!" Kataku sambil tersenyum
"Yaelah ly, santai aja kalik! Nih ya gue bilangin ama elu. Kalo elu entu istimewa! Lo bisa Nerima sifat kita yang kayak gini dengan apa adanya. Seharusnya ye, aye ama si Lilis entu yang beruntung tau kagak!" Ujar Lala dengan logat Betawinya.
"Ouuuuuu co cwet deh! Ululululuuuu makin cayang deh sama kalian!!" Kataku sambil memeluk keduanya.
"Apa sih ly? Lebay deh!" Kata kedua sahabatku sambil tersenyum.
"Hahahaha...!!" Kami bertiga tertawa bersama. Aku merasa sangat spesial sekarang.
"Jadi kenapa lu sedih hm?" Tanya Lala kemudian.
"Kamu tau si hazel kan?" Tanyaku pada Lala
"Hazel? Maksud Lo mas Ali?" Tanya Lala lagi untuk memastikan.
"Itu loh, kakak kelas kita yang sering aku ceritain ke kamu! Yang sering aku liatin dari jauh!" Ucapku lagi lebih rinci.
"Iya Ily ku sayangggg. Kakak kelas itu namanya mas Ali!" Jawaban Lala sukses membuatku membelalakkan mata.
"Jadi.... Namanya Mas Ali?" Tanyaku.
Kedua sahabatku hanya mengangguk tanda mengiyakan.
Aku langsung berdiri dan menggebrak meja kantin."Oh My God! Namanya Mas Ali? M-A-S A-L-I? Tuhan! Mimpi apa aku semalem?" Teriakku histeris tak pedulikan semua orang yang memandang kearahku bingung.
"Guys, makasih ya! Kalian tuh malaikat aku banget. Aku jadi seneng lagi kan!" Ucapku pada kedua sahabatku girang.
Lilis menarikku untuk duduk. Dan bertanya sesuatu.
"Eh kamu teh kumahak atuh? Enggak malu yah pada diliat orang orang tuh!" Akupun hanya tersenyum memikirkan namanya. Sungguh nama yang cocok untuknya. Dapatkah jika seperti ini aku masih menyebutnya hanya sebatas kagum?
"Hey Ily! Lilis teh nanya ke kamu malah senyum senyum kayak gitu!" Tanya Lilis lagi sambil melambaikan tangannya di depan wajahku.
"Iy ih Lilis mah! Jadi gini.....aku tuh dari tadi mikirin mas Ali. Aku galau tauk. Kalian pikir dong, aku nggak bisa ngeliat mas Ali lagi, aku nggak bisa liat matanya, tawanya, tingkahnya, ya walaupun itu dari jauh sih!" Ucapku dengan nada lirih di belakangnya tanda moodku turun lagi.
Sedih jika memikirkan aku tak bisa melihatnya lagi. Sungguh dia seperti penyemangat ku, walaupun nyatanya ia tak mengucapkan semangat padaku.
"Udah nape ly! Lu kagak usah mikirin tuh ye yang mananye si mas Ali entu. Udah yak! Lu woles aja, gue ama Lilis bakalan bantuin elu kok! Jadi tenang aja ye!" Kata Lala sambil menepuk pundak ku rada keras untuk menyalurkan kekuatan.
"Beneran? Makasih ya! Tapi..... gimana kalian mau bantu aku?" Ucapku sambil kembali menunduk.
"Tanpa kami bantu kamu teh bisa aja lah ketemu dia! Kan nanti dia bakalan ngambil ijazah atuh!" Kata Lilis sambil tersenyum kepadaku. Memang kedua sahabatku ini adalah yang terbaik.
"Iya juga sih..., Aku juga harus ngebiasain diri juga tanpa dia disini. Aku juga harus Nerima kenyataan bahwa untuk ketemu dia sangat kecil kemungkinannya. Hmm..., Oke seorang Prilly nggak bakalan galau dan terus semangat demi keluarga dan sahabatnya. Lagian kalo emang jodoh pasti bakalan ketemu lagi kok!" Ucapku bermonolog sambil mata berbinar.
Kedua sahabatku tersenyum dan memegang kedua bahuku untuk memberikan semangat lebih padaku.
Aku merentangkan kedua tanganku dan kedua sahabatku memelukku erat. Kita tertawa bersama di kantin, tanpa menghiraukan tatapan sinis dari banyak orang.Satu kata bagi aku untuk mereka yang memandang sinis. Jangan sok keren di kantin atau dimana aja, karena apa adanya lebih menyenangkan daripada terus drama untuk terlihat keren dan cantik
Hulaaaaa...
Macih yah!
Baca terus yok!!!
Ini cerita ke tiga aku....Semoga bisa lebih banyak yang suka yah cerita ini daripada
(Late to realize ( fat girl) )❤️❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tanpa Pertemuan (fat girl)
Fanfiction"kalo ini masalahnya kamu ngomong! Jangan diem kayak gitu, jangan cuek kayak gitu. Kalo kamu nggak ngomong, aku nggak bakalan tau mau kamu tuh apa? aku nggak akan tau masalahnya itu apa? salah aku apa!" ucapnya sambil memegang kedua bahu ily. "hiks...