Tik..tok..tik..tok
Jam dinding bertengger, berdetak mengisi kesunyian pagi ini. Sang pujangga merenung dalam sepinya pagi. Sang kipas lalu berputar, menimbulkan angin sepoi-sepoi membelai rambut sang pujangga.
Sang pujangga hanya diam dan terus menulis. Menulis sajak yang ia rangkai untuk sang pemilik rindu."Hmm...,andai saja hazel masih disini, pasti aku masih bisa melihatnya dari jauh. Tapi, kalau dia belum lulus..mana mungkin aku menempati kelasnya saat ini?" Ucap Illy sambil mempoutkan bibirnya.
"Kapan ya, aku bisa lebih Deket sama mas Ali? Dan kapan juga aku bisa dapet nomernya walau nggak chat gapapa deh, asalkan....."
"Doooor!" Teriak Lala
Illy tersentak kaget, lamunannya semua sudah buyar bagai dihempas angin yang lalu. Lala, ternyata ia yang membuat Illy terkejut.
"Ih Lala mah! Jangan gitu ah, aku nggak suka. Kalo aku kena serangan jantung gimana?, Kalo aku sakit nanti gimana?" Kata Illy sambil mengerucutkan bibirnya
Lala tertawa, ia pikir sekarang sahabatnya ini sedang galau dan sensitif, dan juga teramat lebay. Mungkin karena efek suka sama Mas Ali mungkin.
"Hahahaha, Illy! Elu kok jadi lebay banget gini sih? Efek rindu yang terlalu besar nih"
"Iya, rinduku ini tak bisa ditahan. Ingin rasanya bertemu dengannya, menatap matanya yang coklat, melihat tawanya yang manis, dan melihat tingkahnya da-" ucapan ily terpotong oleh Lala
"Udah stop, diem! Lu nape sih ly? Otak lu rada sengklek juga, iye? Segitu sukanya ya lu ame ntu Mas Ali? Heran gue" tutur Lala sambil terheran-heran.
"Nggak kok, aku nggak suka sama Mas Ali, aku itu cuma kagum. Udah itu doang!" Ujar ily mengelak pernyataan Lala.
Lala yang mendengar hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
"Udah ye, elu kagak usah mikirin dulu tuh si mas Ali. Inget ly, bentar lagi kite itu udah mau UTS. Jadi buang dulu deh pikiran Lo tentang dia tuh ye!" Ucap Lala menasihati. Illy hanya bisa mengangguk dan mengiyakan.
"Iya la, Illy tau. Mangkanya Illy bakalan belajar mulai sekarang. Kan kita ada classmeet nih sekarang. Jadi Illy mau ke perpustakaan aja belajar, sambil nyari bahan juga. Kan enak tuh, jadi Illy nggak perlu belajar banget banget deh" kata Illy sambil tersenyum, tawanya memang terkesan ceria. Namun kedua sahabatnya tau dia sangat rindu sosok itu.
"Yaudah tunggu apalagi? Ayok dah ke perpustakaan, kita belajar sambil baca novel. Pan novel itu buku favorit elu!" Ujar Lala sambil menarik tangan Nasya menuju perpustakaan, diikuti oleh Lilis di belakang.
S
K
I
P
.
.
.
.
.
Hari demi hari Illy lalui dengan belajar, belajar, dan belajar. Dia bukan terobsesi untuk belajar, tetapi ia ingin melupakan sejenak rasa kagumnya terhadap sang kakak kelas tersebut."Belajar IPS sudah, matematika sudah, bahasa Inggris udah, terus apa lagi ya? Oh iya, bahasa Indonesia belum. Oke deh, mari belajar semangat!" Ujar Illy dengan semangat dan fokus pada bukunya tanpa memperdulikan kedua sahabatnya yang sejak tadi memperhatikannya.
"Illy, illy segitu sayangnya ya Lo sama mas Ali? Gue tau, perasaan Lo sama dia itu dalem banget. Tapi, hanya tunggu waktu aja yang ngebales perasaan Lo sama mas Ali!" Batin Lala merasakan besarnya perasaan yang Illy punya untuk Ali, tanpa Illy sadari.
"Aku tau kenapa Lo bisa segini niatnya sama belajar. Lo cuma ngebikin hidup Lo sibuk, biar Lo bisa lupa sama mas Ali kan? Tunggu ly, aku bakalan ngasih nomor mas Ali ke kamu." Batin Lilis sambil tersenyum. Sahabatnya itu memang tak pernah memikirkan seorang pria, dan ini merupakan pertama kalinya Illy menyukai pria sedalam ini.
"Yeayyyy.... Akhirnya udah selesai! Yuk guys pulang, besok kan kita ada ujian. Aku mau pulang terus istirahat deh dirumah!" Illy bergegas mengambil tasnya dan ingin pulang, tetapi seseorang menahan tangannya.
"Ly! Gue mau ngomong sama Lo, ini penting! La,Lis kalian bisa duluan nggak? Nanti biar gue aja yang nganter Illy pulang!" Titah sosok itu dan mendapatkan anggukan dari sahabat Illy.
Sosok itu lalu menarik Illy pergi dan membawanya ke taman belakang sekolah.
"Ly, kamu duduk. Aku mau ngomong sama kamu!" Titah sosok itu.
Illy pun mulai duduk dan tersenyum sesaat melihatnya.
"Kamu akhir-akhir ini kenapa?" Ujar sosok itu masih berdiri.
"Illy nggak kenapa-napa kok! Sini duduk, tadi aku disuruh duduk tapi kamunya malah berdiri!" Ucap Prilly sambil tersenyum dan menarik lengan sosok itu untuk duduk.
"Kamu belajar terlalu keras. Jangan maksain diri kamu Illy, aku nggak suka! Dan aku liat akhir-akhir ini kamu murung. Kenapa?" Tanya sosok itu kemudian.
Illy yang mendengar pertanyaan dari sosok itu mulai mendekat dan tersenyum tulus.
"Aku nggakpapa za! Aku cuma mau berubah aja, dan lebih fokus sama ulangan nanti!" Kata Illy dengan senyuman yang meneduhkan.
"Tapi kamu harus inget ya ly! Jangan lupa makan, jangan terlalu maksain diri! Jangan pernah merubah diri kamu yang dulu, karena aku suka diri kamu yang kayak gini!" Ucap Reza penuh ketulusan.
"Ouuuuww so sweet! Reza baik deh, pokoknya Reza emang sahabat kecilnya Illy yang paaaliiing the best!" Ujar Illy dan langsung memeluk Reza penuh kasih sayang.
Illy memang sangat menyayangi Reza dengan sepenuh hati. Karena Reza sudah seperti kakak kandungnya sendiri.
"Yaudah ayo pulang! Tapi kamu ke parkiran duluan ya. Aku mau ke toilet bentar!" Ujar Reza sambil berdiri meninggalkan taman belakang.
"Iiiiihhh!! Jadi Reza dari tadi nahan mau ke toilet? Issshh jorok!" Teriak Illy sambil tertawa terbahak bahak.
T
O
I
L
E
T"Aaarrgghhh! REZZAA, LO MIKIR APAAN SIH HA? Inget za, Illy itu udah kayak ade Lo sendiri! Dia itu temen masa kecil Lo! Lo mau ngebuat dia ngejauhin Lo gara-gara Lo suka sama dia!" Teriak Reza frustasi sambil memukul kaca. Untung kacanya nggak pecah.
"Illy, maafin aku.... Ah udah lah, keburu sore nanti!" Ujar Reza melenggang pergi menuju parkiran tempat Illy menunggu.
"Kok nggak masuk?" Tanya Reza menghampiri Illy
"Gimana mau masuk? Kamunya aja lupa ngasih kunci mobilnya ke aku!" Jawab Illy dengan mode ngambeknya. Sungguh lucu, pipinya yang tembam tambah tembam karena dikembungkan.
"Oh iya maaf lupa! Hehehe...." Kata Reza sambil meringis bersalah.
"Tauk ah... Reza jahattt, Illy ngambek sama Reza!" Ucap Prilly sambil berbalik membelakangi Reza
"Duuuhh kok malah ngambek sih? Kan Reza nggak sengaja ly!. Udah dong jangan marah......sayang!" Bujuk Reza dengan menggaet kata sayang.
Illy yang mendengar langsung tertawa, karena Reza memakai lagi kata kata untuk membujuk Illy waktu kecil.
"Reza masih inget? Hahahaha... Illy seneng deh, ternyata kenangan itu masih Reza inget betul." Ujar Illy sambil memeluk Reza
"Tuh kan, nggak ngambek lagi! Reza gitu loh, selalu bisa ngebuat Illy satu ini tersenyum dan nggak sedih lagi!"
"Udah ah ayo pulang......sayang! Hahahaha...." Ucap Reza sambil tersenyum dan tertawa lalu hendak membukakan pintu mobil untuk Prilly"Ayok......sayang! Hahahaha" keduanya tertawa sambil memasuki mobil.
Bagi Illy, waktu inilah yang merupakan waktu paling berharga diantara mereka. Dimana mereka kembali berkumpul dan bercanda dengan riang tak ada beban.
Hullaaa guysss
Gue kembali lagi...
Banyak yang bertanya nggak kapan kisah Illy sama Ali dimulai?
Tunggu aja, aku sengaja buat ngebikin part kek gini Mulu.
...
Pai Pai, much😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tanpa Pertemuan (fat girl)
Fanfiction"kalo ini masalahnya kamu ngomong! Jangan diem kayak gitu, jangan cuek kayak gitu. Kalo kamu nggak ngomong, aku nggak bakalan tau mau kamu tuh apa? aku nggak akan tau masalahnya itu apa? salah aku apa!" ucapnya sambil memegang kedua bahu ily. "hiks...