"mah, sekarang Bie udah lulus. T-tapi emang beneran nikahnya Minggu depan? Apa nggak terlalu cepat mah?" Mamah Prilly yang tengah asik membaca koran menoleh kepada anaknya sedikit mengernyit.
"Kamu ini kenapa? Bukannya seneng malah bingung sendiri. Kamu mau batalin? Nggak kasian sama Ali?" Prilly kembali berfikir, jika ia berbicara dengan mamanya pasti tidak ada jalan keluar.
"Bukan gitu maksudnya mah, udahlah lebih baik Prilly bicara aja sama Ali. Dia pasti tau apa maunya Illy" dengan muka cemberut Prilly mengambil tasnya dan melenggang pergi ke rumah Ali.
"Ngadu sana ke calon kamu. Toh, dia juga berpikiran yang sama, sama mama" mama Prilly sedikit tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
.
..
.
.
"Assalamualaikum Tante, Alinya ada nggak Tan?" Tanya Prilly sambil menyalami mama Ali."Oh Prilly, ada kok di dalam. Kamu masuk aja sayang, langsung ke kamarnya aja. Palingan Ali lagi nge game" Prilly tersenyum lalu mengangguk dan menuju ke kamar Ali.
Tok tok tok...
"Masuk aja mah, nggak dikunci kok!" Ucap Ali sedikit berteriak. Nasya segera memutar kenop pintu dan masuk ke kamar Ali.
Dilihatnya Ali sedang berkutat pada tumpukan buku dan laptop nya. Nasya berfikir, apakah ini saatnya dia mendiskusikan ini dengan Ali? Ali terlihat sibuk sekarang, dan Prilly tak mau Ali terbebani dengan pikiran Prilly.
"Eh kamu sayang, duduk dulu ya... bentar lagi selesai kok. Aku sengaja ngerjainnya sekarang, biar pas kita nikah nanti tugas aku udah selesai semua" ucapnya dengan nada lembut, hati Prilly bergetar, sebegitukah pengorbanan Ali untuknya? Bahkan dia rela kurang tidur sekarang demi kelancaran pernikahannya?
"A-Ali....kalo sudah selesai duduk di samping aku ya. Aku pingin ngomong!" Ali hanya bergumam, dengan mata yang masih melihat buku dan tangannya yang senantiasa mengetik.
"Hah, akhirnya selesai juga!" Dengan segera Ali menyimpan datanya dan menutup laptopnya. Berjalan menuju Prilly yang tengah bersandar di tempat tidur Ali.
"Hey tumben kesini, kenapa?" Prilly cemberut sambil mencubit perut Ali pelan. Ali meringis kesakitan dibuatnya.
"Ishh kamu mah, masa aku nggak boleh kangen sama kamu! Calon sendiri juga" Ali terkekeh lalu mengelus rambut Prilly sayang.
"Boleh dong, tapi mulai besok kita nggak boleh ketemu! Kamu harus biasa tanpa aku ya"
"Ali, aku pingin ngomong sama kamu. Emang kamu yakin kita mau nikah Minggu depan? Apa nggak kecepetan ya?" Ali merengut tak suka melepaskan usapannya pada rambut Prilly. Menyadari perubahan ekspresi Ali, Prilly takut jika Ali marah.
"Kenapa kamu baru ngomong sekarang? Aku udah nyiapin semuanya, udah ngurusin ini itu. Masa iya mau dibatalin sekarang?" Prilly menggeleng lalu memegang kedua tangan Ali.
"Kamu duduk sini dulu, maksud aku bukan gitu Li. Aku cuma takut dan gugup aja, emang salah kalau aku kayak gitu? Ini pertama kalinya bagi aku. Aku nggak ada maksud buat ngebatalin pernikahan kita!" Prilly menatap penuh manik mata Ali, ia benar-benar tak bermaksud seperti itu.
"Maaf Li, mungkin cuma aku aja yang lebay hiks...." Air mata Prilly mulai menggenang, ia mulai melepaskan tangan Ali dan mengusap air matanya.
"Yaudah jangan kamu pikirin yah, udah kamu langsung istirahat aja, jangan telat makan, tidur yang teratur, dan jangan terlalu maksain diri. Aku pulang dulu ya, selamat istirahat.." belum sampai di depan pintu, ali memanggilnya.
"Tunggu, kalo kamu beneran minta maaf duduk, jangan pulang!" Ucap Ali datar, Prilly yang mendengarnya hanya menundukkan kepalanya. Lalu mengambil posisi di samping Ali.
Keduanya masih sama-sama menunduk. Ali masih berkutat dengan pikirannya, sedangkan Prilly masih menahan rasa bersalahnya. Bayangkan pernikahan kurang 1 Minggu, mana mungkin bisa dibatalkan begitu saja?
"Oke kita batalkan pernikahan itu.." Prilly tersentak, air matanya tak bisa dibendung. Alinya pasti benar benar kecewa, sampai sampai membatalkan pernikahan.
"Hiks... k-kamu ngomong apa Li? A-aku hiks.. minta maaf, k-kamu jangan marah hiks... apalagi ngebatalin kayak gini...hiks, A-Ali aku minta maaf hiks... aku emang sulit buat jalanin ini kedepannya kalo nikah, tapi masih ada kamu yang selalu sama-sama, sama aku. Tapi aku bakalan sulit atau mungkin nggak bisa hidup tanpa kamu Li... please jangan mengakhiri itu semua... hiks..." air mata Prilly luruh seiring dengan isakannya. Dia benar-benar menangis sekarang, karena maksudnya bukan seperti itu. Ia hanya mencoba memantapkan hatinya, dia belum siap kehilangan orang yang dicintainya.
Sedangkan Ali membelalakkan matanya melihat Prilly menangis hingga sesegukan.
"Kamu kenapa nangis? Bukannya kamu tadi belom siap? Harusnya kamu bahagia dong aku ngebatalin pernikahan ini...a--""Tapi bukan itu maksud a-aku Li...hiks. a-aku cuma hiks...butuh penenang hiks...da-dari kamu...a-aku cuma takut memulai hidup baru...hiks...tapi a-aku lebih takut ka-kalo hiks a-aku kehilangan kamu kayak gini...hiks....huhuhu" Ali langsung membawa Prilly ke dalam pelukannya, merengkuh tubuh berisi itu serta mengusap rambutnya sayang.
"Kamu kok malah mikir ngelantur sih sayang? Siapa juga yang mau ninggalin kamu. Aku cuma bilang mau ngebatalin pernikahan kita, karena aku tau kamu masih belum siap. Em...oh mungkin aku salah ucap, aku bukan mau ngebatalin, tapi mengundurkan pernikahan kita. Hihi, maaf ya tadi salah ngomong" Prilly semakin mengeratkan pelukannya, ia masih tetap terisak tapi tak separah tadi.
"Sudah dong, udah gede juga masih nangis aja" Prilly mendongak dan memukul dada Ali pelan, Ali terkekeh melihat kelakuan imut calonnya itu.
"Hahaha, sudah ayo hapus air matanya. Aku mau kebawah dulu buat bilang ke mamah, kalo aku mau mengundur pernikahannya" hampir saja Ali pergi, namun tangannya dicekal oleh Prilly. Prilly menggeleng, Ali mengerutkan alisnya bingung.
"Jangan.....a-akuu nggak mau pernikahan ini ditunda, aku udah siap...aku mau nikah Minggu depan" Ali terkejut mendengar rentetan kalimat itu dari Prilly. Segera Ali langsung memeluk tubuh Prilly yang besar namun masih muat dalam pelukannya.
"Ah Ya Tuhan, kalo ujung-ujungnya gini ngapain tadi pakek drama sih" Prilly melepaskan pelukannya, menatap Ali tak suka.
"Eh, kenapa lagi?" Tanya Ali bingung.
"Kenapa kami sebut tadi itu drama? Tega ya kamu, aku Sampek nangis nangis malah dibilang drama!" Ali tersenyum manis, menarik tangan Prilly untuk duduk.
"Sini, kamu itu ya!. Drama itu bukan cuma penampilan yang dipertontonkan aja, drama juga ada di kehidupan. Pernah denger guru sastra bilang drama ada 2 macam?" Tanya Ali yang mendapatkan anggukan dari Prilly.
"Apa aja, coba sebutin!" Titah Ali sambil mengelus tangan Prilly.
"Drama kecil dan besar, lalu panggung kecil dan besar"
"Nah itu pinter, drama besar dilakukan di panggung yang besar. Yang dimaksud drama besar itu dunia sayang. Pembuat naskahnya Allah, yang jadi pemainnya kita, jadi kita hidup di dunia itu sesuai naskah. Jadi apakah salah aku menyebut tadi itu drama?" Prilly berfikir lalu menggeleng.
"Kamu nggak salah..."
"Hah, Ya Tuhan untung tadi masih bisa ngelak. Bisa berabe urusannya kalo Prilly ngambek" batin Ali bernafas lega.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hulaaaaaaaaaa!!
Maaf lama up nya,
Banyak tugas cuy.
Ah udah lah temu part selanjutnya yakni
Pai Pai 😘😘❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tanpa Pertemuan (fat girl)
Fanfic"kalo ini masalahnya kamu ngomong! Jangan diem kayak gitu, jangan cuek kayak gitu. Kalo kamu nggak ngomong, aku nggak bakalan tau mau kamu tuh apa? aku nggak akan tau masalahnya itu apa? salah aku apa!" ucapnya sambil memegang kedua bahu ily. "hiks...