“Ayah dan Ibu benar-benar serius akan menjodohkanku? Aku masih kuliah semester pertama, usiaku baru delapan belas tahun.”
Sepasang suami istri paruh baya itu tersenyum lembut, “Kami tidak pernah main-main dengan hal ini, Hinata.”
“Tapi, Ibu...”
“Oh, itu mereka sudah datang,” kata pria paruh baya itu memotong ucapan Hinata. “Nah, Hinata, mereka adalah keluarga Uchiha. Dan pemuda itu bernama Sasuke, calon tunanganmu.”
“Selamat malam, Paman, Bibi, dan...” Pemuda itu sengaja menggantungkan kalimatnya, “...Hinata.” Sebuah seringai terlukis di wajah tampan pemuda tersebut.
‘Oh, Tidak, ini musibah! Ini pasti mimpi,’ pekik Hinata dalam hati.
.
.
.
-SKIP-
.
.
.
Dua tahun sudah Hinata bertunangan dengan Sasuke. Keduanya sudah saling jatuh cinta dengan seiring berjalannya waktu. Ternyata perjodohan tidaklah seburuk apa yang mereka pikirkan selama ini.
Meski begitu, bukan berarti hubungan mereka baik-baik saja. Kadang kala terjadi cekcok di antara mereka berdua. Masalah kerap kali datang di saat yang tidak tepat. Seperti sekarang ini. Mereka sedang mempermasalahkan hal yang kurang penting. Ah, bahkan tidak penting sama sekali.
“Ayolah, Hinata. Kau sudah dua puluh empat tahun, sebentar lagi kau lulus kuliah, kenapa kau masih bersikap seperti ini?”
“Sudah kukatakan padamu, sekali tidak ya tidak. Aku tidak mau pergi ke Amerika, aku ingin menghabiskan liburanku di sini.”
“Kau tidak mau pergi bukan karena pemahaman bahasa Inggrismu yang berantakan itu, ‘kan?”
“Terserah apa katamu.”
“Hey, ayolah!” Sasuke masih berusaha membujuk Hinata untuk ikut pergi ke Amerika bersamanya dan juga keluarga mereka. “Ayah dan ibu sudah menyiapkan sesuatu untuk kita di sana. Mereka juga sudah merencanakan acara pre-wedding kita. Kau tega melihat mereka sedih karena kau tidak mau ikut?”
“Harus kujelaskan berapa kali padamu? Aku tidak mau ikut,” Hinata menekankan kalimat terakhirnya, “ini sudah yang ke seratus tujuh puluh sembilan kalinya kau bertanya demikian. Aku bosan mendengarnya,” lanjutnya. Hinata mengambil tasnya dan langsung keluar dari kafe, meninggalkan Sasuke. Lelaki itu mendengus sebal sebelum menyusul Hinata.
“Hei, Hinata!” panggil Sasuke dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam saku jaketnya.
“Apa lagi?” tanya Hinata malas.
Sasuke menatap Hinata kesal, ia lalu mendecih pelan. “Ya ampun. Aku tidak percaya aku telah bertunangan dan akan menikahi gadis keras kepala sepertimu!”
Hinata diam, meski ia cukup terkejut dengan perkataan Sasuke yang seolah menyesal telah bertunangan dengannya.
“Kau gadis yang sangat keras kepala yang pernah kutemui, kau tahu? Kau kekanak-kanakan, egois, pemarah, sentimental, temperamental, dan kau juga sangat sulit mengontrol emosimu yang terkadang membuat orang lain terbebani. Oh, kau bahkan juga tidak bisa memasak.”Sudah, cukup!
“Kalau begitu kenapa kau mau dijodohkan dan bertunangan denganku?!” teriak Hinata tertahan. “Seharusnya kau bilang dari awal kalau kau tak menyetujui perjodohan itu!”
“Hey, bukan itu maksudku.” Suara Sasuke melembut. Ia sadar telah membuat emosi gadisnya tersulut. Perbedaan usia tujuh tahun membuat Sasuke bisa lebih mengimbangi sikap Hinata yang kekanak-kanakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shot SasuHina (Sasuke Uchiha x Hinata Hyuuga)
RandomKumpulan cerita SasuHina. SasuHina milik Masashi Kishimoto. Cerita ini milik Azurdium.