Squeeze

3.2K 231 5
                                    

Hinata menutup pintu rumahnya dengan kasar. Sedikit kesal pada ibunya yang terus saja memaksanya untuk segera menikah. Hey, usianya baru dua puluh tiga tahun. Tapi ibunya berdalih jika itu bukanlah masalah besar. Hinata harus segera menikah dengan orang kaya agar hidup mereka bisa menjadi lebih baik lagi dari ini. Setidaknya itulah yang selalu dikatakan oleh wanita paruh baya yang telah melahirkan Hinata tersebut.

Kebetulah sekali jarak rumah dengan kampusnya tak terlalu jauh. Jadi Hinata bisa menghemat uang sakunya. Dalam perjalanannya ke kampus, Hinata berpikir. Kehidupannya semakin tidak baik setelah kepergian ayahnya lima tahun silam. Ia harus bekerja sambil kuliah. Sebagian besar waktunya bahkan habis di tempatnya bekerja. Beruntung, ia diberi libur sehari dalam seminggu.

Lalu tiba-tiba saja Hinata merasakan sakit di bagian perutnya. Hinata meringis pelan. Ia berhenti berjalan dan menyandarkan tubuhnya di gerbang kampus. Perlahan, kesadaran Hinata mulai berkurang dan hilang. Gadis itu pingsan.

.

***

.

Membuka kedua matanya secara perlahan. Kembali, Hinata memegangi perutnya yang terasa sakit. Lalu seorang dokter muda nan tampan memasuki ruang rawat Hinata. Memeriksa keadaan salah satu adik kelasnya itu yang masih terlihat lemah.

“Merasa lebih baik?”

“Apa penyakitku?” tanya Hinata langsung tanpa menatap wajah sang dokter.

Dokter muda bernama Sasuke Uchiha tersebut menghela nafas panjang. “Gejala asam lambung.”

“Oh.”

Sasuke mendengus. “Kau hanya mengatakan ‘oh’ saja?”

Hinata menatap Sasuke dengan tatapan sayu. “Memangnya aku harus mengatakan apa, eh?” tanyanya sinis. “Apa aku harus terkejut? Berekspresi berlebihan? Berteriak histeris? Memekik dan berseru dengan kencang?” cecar Hinata sinis. “Itu tidak akan berguna.”

“Kau tidak menjaga pola makanmu, ya?”

“Sepertinya begitu.”

“Jika kau tidak sedang sakit, aku pasti sudah memukulmu,” kata Sasuke ketus.

“Terima kasih untuk itu,” balas Hinata. Kemudian ia berdecak. “Kenapa menatapku seperti itu, sih?” tanyanya yang menyadari perubahan raut wajah Sasuke menjadi serius.

“Berapa kali kau makan dalam sehari? Berapa banyak porsi makanmu? Apakah kau makan dengan benar dan teratur? Apakah semua makanan yang kau makan memenuhi gizi yang kau butuhkan? Bisakah–”

“Bisakah kau tidak memberikanku pertanyaan-pertanyaan aneh itu?”

“Tidak bisa.”

Hinata mendengus kesal. “Dengar, ya, Senior. Kau sudah tahu jawabannya, ‘kan? Jangan bertanya hal itu lagi, oke?” Memalingkan wajah. “Aku bosan mendengarnya.”

“Nilai akademismu sangat bagus, aku bisa membantumu mendapatkan pekerjaan yang layak kalau kau mau.”

“Aku tak ingin kau membantuku, Senior. Jangan ikut memikirkan tentang masalahku, aku –”

One Shot SasuHina (Sasuke Uchiha x Hinata Hyuuga)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang