Hinata mendecih pelan pada seorang pemuda yang hampir saja menabraknya. “Kau tidak bisa membawa mobil dengan benar, ya?”
“Apa kau bilang?”
“Ini bukan arena balap, Tuan. Sebaiknya kau kurangi kecepatanmu. Jalanan ini sangat licin, kau bisa menabrak orang.”
“Ck, kau tidak perlu menasehatiku seperti itu. Aku sudah mahir mengendarai mobil tahu.”
“Aku hanya tidak ingin ada korban meninggal akibat kelalaianmu dalam berkendara,m.”
“Kau ini berisik sekali. Harusnya kau yang berhati-hati kalau menyeberang jalan. Beruntung aku tidak menabrakmu tadi,” kata pemuda itu dingin sembari membuka pintu mobilnya.
“Hey, kau mau ke mana? Ganti rugi dulu!”
Sasuke mendengus kesal, ia mengintip Hinata dari kaca jendela mobilnya yang terbuka. “Aku tidak mau ganti rugi, kau ‘kan tidak terluka sama sekali,” jawab Sasuke enteng, “jadi lebih baik aku mau pulang saja. Malas sekali jika harus berurusan denganmu lebih dari ini.”
“Yak! Lelaki idiot!”
.
.
.
-SKIP-
.
.
.
“Cih, kau lagi.” Hinata menatap malas pemuda yang berdiri di hadapannya. “Akhir-akhir ini kenapa aku sering sekali bertemu denganmu, huh? Kau menguntitku, ya?”
“Tutup mulutmu, aku tidak akan melakukan hal konyol dan bodoh seperti itu.”
“Oh, Hinata, Sasuke, kalian berdua sudah saling kenal?” tanya seorang dosen laki-laki. “Wah, kebetulah sekali kalau begitu!” ujarnya riang. Hinata dan Sasuke mengerutkan kening mereka. “Hinata, Sasuke adalah asisten dosen Natsu. Dan Sasuke, Hinata adalah mahasiswi yang pernah aku ceritakan padamu, kau ingat?”
Sasuke menyeringai jahil pada Hinata. “Tentu saya masih mengingatnya.”
“Dosen Yuta pasti bercanda, ‘kan?”
“Aku tidak bercanda. Sasuke yang akan membantu dan juga membimbingmu mengerjakan skripsi.”
“Tidak adakah asisten dosen lain yang bisa membantu dan membimbing saya?”
“Tidak ada,” dosen Yama menggelengkan kepala sambil tersenyum, “teman-temanmu yang lain sudah mendapatkan pembimbing, hanya kau saja yang belum.”
‘Astaga! Ini akan menjadi masalah besar.’
‘Katakan selamat tinggal untuk hidupmu yang tenang, Nona.’
.
.
.
-SKIP-
.
.
.
Hinata tidak menyangka jika Sasuke benar-benar membuat hidupnya yang tenang dan damai menjadi sangat menyeramkan. Pada awalnya Hinata hanya ingin menjahili Sasuke, membalas dendamnya beberapa waktu lalu. Akan tetapi, kejahilannya dibalas oleh kejahilan Sasuke yang lain. Pembalasan Sasuke justru tiga kali lipat lebih menyebalkan.
Seperti yang satu ini, Hinata sudah sepuluh kali mengerjakan tugas yang diberikan pemuda itu, sebanyak itu pula Sasuke memberikan nilai jelek padanya. Oh, sepertinya Sasuke benar-benar ingin mempermainkannya.
Tidak hanya itu, Hinata pun harus dibuat pusing dengan ulah Sasuke yang kerap kali mengganggunya di saat yang tidak tepat sama sekali. Tengah malam Hinata harus terbangun akibat deringan ponsel miliknya, si penelpon tak lain dan tak bukan adalah Sasuke.
Bahkan dua minggu terakhir waktu tidur Hinata berkurang lumayan cukup banyak karena ia harus mendengarkan ocehan dan omelan Sasuke ini-itu yang membuatnya sangat muak.
.
***
.
Sasuke memukul kepala Hinata dengan pensil yang dipegangnya, kesal karena Hinata tidak mendengarkan penjelasannya. “Hey, bocah, kau mendengar penjelasanku atau tidak?”
“Bisakah sehari saja kau tidak mengoceh dan mengomeliku, Tuan Asisten Dosen?” gumam Hinata tidak jelas, “Semalam aku lembur untuk tugas darimu. Aku amat sangat mengantuk, sungguh.”
Sasuke melihat Hinata sedang tidur dengan kepala yang diletakkan di atas meja dengan kedua tangannya sebagai tumpuan. Asisten dosen yang duduk di depan Hinata itu pun mengulas senyum yang jarang sekali ia tunjukkan. Pada akhirnya ia juga ikut tertidur di meja yang sama dengan Hinata.
.
.
.
-SKIP-
.
.
.
Dua bulan setelah merelakan pendengarannya dipenuhi oleh omelan sang asisten dosen, kini Hinata sudah bisa tersenyum bahagia. Sebab, ia telah lulus dari Universitas Konoha dengan nilai yang sangat memuaskan. Hinata yakin, ia akan menjadi seniman yang hebat.
Setelah pesta perayaan itu selesai, Hinata menghampiri Sasuke yang selama ini sudah sangat membantunya. “Terima kasih banyak, kau telah banyak membantuku, Tuan Asisten Dosen.”
Lima belas menit berlalu, di antara mereka berdua hanya saling diam. Hingga akhirnya Sasuke angkat bicara. “Aku mencintaimu.”
“Huh?” Hinata tentu tak dapat menyembunyikan keterkejutannya.
“Aku sangat mencintaimu, Hyuuga Hinata,” bisik Sasuke seraya mendekatkan wajahnya dengan wajah Hinata. Merasakan nafas hangat gadis itu yang menerpa kulit wajahnya yang rupawan.
Sasuke mendaratkan ciuman singkat di bibir Hinata. Meski singkat, nyatanya mampu membuat Sasuke dan Hinata berdebar. Semburat merah muncul menghiasi kedua pipi mereka.
“Itu tadi cuman pertamaku,” gumam Hinata sangat pelan.
Sasuke yang masih gugup berusaha menenangkan degup jantungnya yang menggila. Ia mengusap tengkuknya. “Sebenarnya, itu ciuman keduamu.” Ucapannya sedikit memelan.
Hinata menatap Sasuke penuh selidik, “Maksudmu?”
“Ya, aku sudah pernah menciumu. Sewaktu kau tertidur di perpustakaan beberapa bulan yang lalu.”
“Apa katamu?!”
.
.
.
-END-
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shot SasuHina (Sasuke Uchiha x Hinata Hyuuga)
RandomKumpulan cerita SasuHina. SasuHina milik Masashi Kishimoto. Cerita ini milik Azurdium.