33; Berlalu

1K 123 7
                                    





*




Ku selesaikan seluruh perasaanku,
Ku hentikan segala gejolak di hatiku,
Ku renungkan segala kelemahanku,

Biar,
Biar semua berlalu,
Aku tak berharap lagi,
Semua telah menjadi kenangan masa remajaku,

Ya,
Kunikmati itu,

Tak peduli seberapa sakit hatiku,
Aku percaya akan ada yang lebih indah dari itu,

Di sini,
Aku masih bisa berdiri dengan iringan senyumku,

J'm Ok,
위로하지마  정하지마

ㅡㅡ

Itu sebait kalimat yang gue tulis di buku pribadi gue.

Sebulan ini, gue cuma bertapa di rumah. Dan selama sebulan itu gue sama sekali gak bertemu bang Yoongi.

Eh, minggu lalu waktu gue ambil ijazah. Itupun gue cuma liat dari dalam bus. Dia boncengan sama cewek. Udah itu doang. Dan mungkin juga yang terakhir.

Berkat teman, sekarang gue udah dapat pekerjaan. Jadi kasir gakpapa, kan. Lulusan SMA mau apa? Kalo jadi orang kantoran kan gak mungkin.

Lisa?

Dia sibuk daftar kuliah. Kadang gue masih kontekan kok. Walaupun dia yang kontek duluan.

Sekarang gue ngerasa udah gak ada yang perlu gue ceritain lagi.

Biar semua jadi inspirasi gue buat FF aja.

"Jadi, Rae Na beneran gak ngelanjutin?"

Ini tante Min. Kebetulan kerumah orangtuanya. Jadi, mampir ke rumah gue.

"Halah,,,  gak. Mau bayar pake apa? Kuliah itu wong mahal banget"

Ini ibu gue yang jawab. Gue yang duduk di sampingnya cuma senyum aja sambil nunduk.

"Ya udah, Na. Gakpapa. Nasib orang gak ada yang tau, kan? Bang Yoongi walopun kuliah juga belum tentu sukses, kan?"

Gue cuma kasih senyum. Kenapa sih kudu nyebut nama itu?

Lagi-lagi ibu yang jawab. "Kalo anakmu ya pasti sukses. Dia pinter pasti"

Iya, pinter matahin hati orang.

Hahaha, itu cuma jeritan hati gue. Poor me!













.






"

Sudah?"

Aku mengangguk dan segera masuk ke dalam mobilnya. Mengurus berkas pendaftaran memang lama. Untung pria menyebalkan satu ini mau menungguku.

"Mau makan dulu?"

"Boleh?" Tanyaku penuh binar.

Dia hanya tersenyum tipis. Lalu, segera melajukan mobilnya menuju sebuah restoran.

"Ramai" ucapku.

"Kenapa?"

Aku hanya menggeleng.

Dia menggenggam tanganku lalu membawaku duduk di salah satu meja. Rasanya masih sama. Masih mendebarkan seperti di awal. Hingga membuat senyumku tak pernah luntur.

Mataku tertuju pada layar besar yang ada tidak jauh dari tempatku duduk. Layar itu sedang menayangkan seorang pria tengah menggenggam tangan sang wanita. Seperti acara lamaran? Ya, kurasa begitu.

Sangat manis.

Makan selesai.

Sekarang kami sudah berada di pinggir danau kecil tidak jauh dari rumahnya. Ku nikmati angin senja yang cukup menusuk.

Tiba-tiba dia memelukku dari belakang. Sangat erat. Membuat jantungku berpacu lebih cepat. "Kau tidak mau tanya, kapan aku akan melamarmu?"

"Tidak perlu terburu-buru, kan? Aku akan menunggumu. Aku tidak akan memaksamu. Memang kenapa?" jawabku.

"Padahal, hari ini aku akan melamarmu"

Sontak aku putar kepalaku. Menatapnya dengan intens.

"Mau menemaniku seumur hidup?"


--

'Kakak apa-apaan ini? Aku kudu otoke?'

'Iya, bang. Aku mau'

'Huwaaa mau bang. Mau banget'

'Baper daku, siapa yang mau begitu padaku'

'Hiks, jones mah bisa apa?'

Sekarang tokoh itu udah di lamar sama suga. Tapi, suga di dunia gue nyatanya gak akan kelakuin hal yang sama.

Oke, fix. Ini memang bukan FF mau gimana lagi?











•••

Skul Luv Affair; Bukan Fanfiction / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang