Pagi itu Ence menyeruput kopi hitam kesukaannya. Kopi cap Kapal Motor yang terkenal itu. Diseduh air panas yang mendidih di atas bara tungku tanah liat. Dicampuri beberapa sendok gula pasir. Sruttt "ahh..." sambil menutup mata Ence menikmati satu seruput kopi dari cangkirnya.
"Pisang gorengnya mana Mak?" Sambil teriak ke arah dapur Ence menanyakan pisang goreng yang masih di masak.
"Sebentar. Belum matang" Jawaban dari dapur.
Di tengah asiknya ngopi, dia teringat kejadian tadi subuh di masjid. Ence dan jamaah lainnya gelisah, sudah lima belas menit, Pak Haji Roni yang biasa mengimami mereka solat belum datang. Jamaah sudah resah menunggu. Sebagian dari mereka menengok ke arah rumah pak Haji Roni. Sebagian lagi bahkan sampai tertidur lagi.
"Ce, Kemana Si mang Haji?" Tanya abah Oyo pada Ence.
"Duka¸teu terang. (tidak tahu)" Ence menjawab.
"Sudah kamu yang jadi imam atuh" Pinta mang Oyo.
Dalam hati Ence sebenarnya ingin maju, dia tidak tega melihat jamaah yang menunggu resah. Namun dia teringat peristiwa dulu, hal yang sama dengan kejadian ini. Pak Haji Roni tidak terima jika ada yang menggantikannya sebagai Imam. Hingga ustaz Uloh tidak lagi berjamaah di Masjid. Dia memilih mendirikan Musola dan Majelis Taklim di rumahnya.
Saat itu ustaz Uloh tidak tega melihat jamaah yang resah. Diantara mereka ada yang harus pergi bekerja selepas solat subuh. Jarak dari kampung ke jalur kendaraan umum sangat jauh, memerlukan waktu satu jam berjalan kaki. Jika tidak segera, mereka akan terlambat ke tempat kerja.
Ustaz Uloh mengimami jamaah saat itu. pak Haji Roni datang di rakaat kedua. Pak Haji Roni tidak mengambil shaf bersama jamaah. Pak Haji Roni solat sendiri jauh di pojok belakang masjid. Setelah semua selesai. Pak Haji Roni meluapkan amarahnya kepada Ustaz Uloh.
"Ga ada yang berhak berdiri di mihrab kecuali saya" Pak Roni mengeluarkan serapahnhya. Title Haji yang bersemat di namanya, menjadi alasan Pak Haji Roni merendahkan Ustaz Uloh.
Semua jamaah terhenyak tidak menyangka. Ence pun hanya bisa menggelengkan kepala. Dia malu sebenarnya, Pak Haji Roni itu pamannya sendiri. Tidak ada yang berani memisahkan mereka. Ustaz Uloh segera meminta maaf, menghindari perdebatan panjang.
"Ulah Kadieu deui siah" (jangan ke sini lagi kamu). Ucapan itu yang keluar dari mulut pak Haji Roni mengakhiri sumpah serapahnya. Ustaz Uloh dan jamaah terlihat kaget. Tidak ada yang melawan, bukan tidak berani, tapi lebih karena menghargai Almarhum Abah Haji, kakeknya Ence.
Ustaz Uloh pun sejak saat itu tidak terlihat lagi berjamaah di masjid. Kecuali hari jumat. Jamaah pun banyak yang mengikuti jejak ustaz Uloh. Mereka meninggalkan Masjid dan memilih solat berjamaah di Musola yang didirikan Ustaz Uloh. Sekarang, Musola dan Majelis Taklim ustaz Uloh semakin berkembang. Jamaahnya semakin banyak, kegiatannya teratur dan donator mengantri.
"Tah Ce Pisang gorengna" Suara Emak membuyarkan lamunan Ence yang sedang memutar kembali kejadian tadi subuh. "Aya naon tadi Ce di Masjid?" Emak bertanya kejadian tadi subuh.
"Biasa mak, si mamang Haji" Jawabnya singkat.
"Ohhh" Emak mengerti dan berlalu pergi kembali ke Dapur.
***
Secangkir kopi Kapal Motor kembali menemani pagi Ence. Sruputan nikmat beberapa kali terdengar, tidak ada pisang goreng kali ini. Terigu habis. Dan lamunannya kembali mengudara.
Wa Haji, kakak dari ayahnya juga pernah bertengkar hebat dengan Pak Haji Roni. Kali ini masalah warisan yang menjadi masalah. Wa Haji menanyakan perihal janji Pak Haji Roni yang akan membagikan sepetak tanah di lebak kepada saudara-saudara yang lainnya sepeninggal mak Haji. Tapi, pak Haji keukeuh dengan pendiriannya. Pak Haji Roni tidak merasa berjanji. Bahkan dia bersumpah dan siap bertanggung jawab dunia akhirat.

YOU ARE READING
Gerimis di stasiun Tugu
Short StoryKumpulan Cerpen yang pernah ikut berjuang berlari dan mendaki terjalnya kompetisi. Mengalir seadanya tanpa sentuhan apapun. Banyak rasa yang bisa dirasakan, bahkan rasa yang tak pernah ada sekalipun. CInta, Kenangan, Rindu bahkan perisahan. selamat...