Aku tiba-tiba terbangun dari tidurku yang lama di sebuah jembatan kereta yang sudah tidak terpakai. tidak nampak ada rumah di dekat jembatan itu aku perhatikan. Tertatih aku berjalan berusaha untuk menyeimbangkan badan. Namun tidak berdaya aku menahan berat tubuhku sendiri, aku kembali terjatuh. Pandangan mataku gelap, tak nampak apapun. Hingga pada akhirnya suara seorang anak perempuan membangunkannya.
"Bu. Bangun bu. Ini Vita bu. Bangun" berulang kali anak perempuan itu mengucapkan hal yang sama.padaku
Samar. aku mulai menangkap lagi gambar di sekelilingku. Nampak ada seorang anak perempuan menggoyang-goyangkan badanku, menarik-narik tanganku. Di samping anak perempuan itu ada laki-laki dewasa dengan wajah heran dan ketakutan memandangiku. Ternganga dia melihatku.
"Bu ayo kita pulang ke rumah bu"
"Rumah? Siapa kamu? Siapa Kalian?"
"Aku Vita bu, ini ayah, aku ini anakmu" anak perempuan itu memanggil namanya dan menunjuk lelaki itu.
"Anakku? Aku punya anak?"
"Sudah bu, ayo kita pulang nanti akan aku tunjukkan"
Mereka membangunkanku dan membawaku ke rumahnya. Rumah yang nyaman di atas bukit. Walaupun tidak besar tapi rumah ini cukup memberiku sebuah kenyamanan yang pernah aku rasakan sebelumnya. Di dalamnya ku lihat banyak fotoku bersama dengan mereka. Seolah kami adalah sebuah keluarga atau mungkin, memang kami adalah sebuah keluarga dan aku hilang ingatan. Ah sudah lah.
Vita banyak bercerita tentang aku ayahnya dan aku. Katanya kami adalah keluarga. Aku adalah ibu Vita, namaku Wafa dan lelaki tadi adalah Harun, suamiku. Membingungkan. Aku terus mencoba memahami keadaan ini walaupun tidak mudah. apalagi aku harus menerima kenyataan bahwa Harun itu memang suamiku. Ah hal yang sangat mengganggu.
Malam hari aku memilih tidur dengan Vita. Masih ada perasaan canggung untuk tidur di dekat Harun walaupun dia adalah suamiku sebenarnya. Lagian, Vita juga selalu ingin berada di dekatku. Pernah dia pulang sekolah cepat dengan alasan gurunya sedang ada rapat. Namun, seharian kami bermain, bercanda dan tertawa. Aku mulai menikmatinya dan mulai percaya bahwa aku adalah ibunya. Dan suami dari laki-laki itu.
Aku sering meminta Harun menceritakan bagaimana kami bertemu. Dan dia menceritakannya dengan sangat jelas tidak ada detail yang terlewat. Katanya, dia mengenalku sejak SMA, kami adalah teman satu kelas. Moment saat dia menyukaiku adalah ketika dia menolongku di tebing pada acara perkemahan musim panas. Katanya aku tidak meresponnya, aku dingin. Berbagai macam cara dia lakukan untuk mendekatiku. Namun lagi, aku dingin katanya.
Tiap malam aku memintanya menceritakan tentang kami. Tidak jarang dia memperlihatkan padaku foto dan video kebersamaan kami. Harun meneruskan lagi cerita tentang kami. Katanya, saat hari perpisahan aku memintanya untuk menuliskan kata-kata di buku kenanganku. Dia menulis dengan pulpennya dan pulpennya terlipat di bukuku. Lucu. Padahal dia sengaja menyimpannya agar dia memiliki alasan untuk menelponku.
Hingga pada puncaknya, moment saat aku dan Harun berkencan. Katanya, moment itu terjadi saat kami ada di bangku kuliah. Terpisah jarak antara Bandung dan Jogja, dia di Bandung, dan aku di Jogja. Katanya, dia benar-benar malu ingin meneleponku.
Katanya, aku sedang berlibur di Bandung. Dia menelpon ke rumahku, namun dia tidak berani bicara. Hingga seseorang temannya menyebut nama dan asal sekolahnya. "Harun SMA 12 Bandung Kelas IPA 2" Dia terpaksa bicara, menanyakan pulpennya yang tertinggal di buku kenanganku saat perpisahan. Kami pun sepakat bertemu di kawasan Dago untuk bertemu dan aku mengembalikan pulpennya.
Katanya, dengan segala keberaniannya dia kerahkan upayanya untuk mengajakku makan di salah satu café yang ada di Dago. Aku pun mau katanya. Dari sana hubungan kami semakin dekat. Kami saling menyurati antara Bandung dan Jogja, terkadang lama berbicara menghabiskan waktu di bilik telepon umum atau wartel.
Namun, pada akhirnya hubungan kami harus terputus. Katanya, Dia gagal mendapatkan beasiswa lanjutan kuliahnya gara-gara aku. Aku yang membuatnya tidak fokus belajar dan dia mengakhiri hubungannya denganku. Aku kaget ketika harus mendengar itu.
Tapi. Katanya, setelah sekian satu tahun kami berpisah, aku menelponnya dan akan pulang ke bandung untuk menemuinya dan mengajaknya agar segera menikah. Dia sempat kebingungan melihat sikapku saat itu. Dan dia memastikan bahwa aku benar-benar berakal sehat mau menerimanya kembali. Dan katanya, aku menjawabnya dengan keyakinan penuh, tidak terlihat sedikitpun keraguan. Katanya itu tergambar dari caraku memeluknya. Hah. Seindah itukah pejalanan cintaku dan Harun.
Dari cerita Vita, cerita Harun dan beberapa foto serta video semakin membuatku yakin aku adalah ibu dari Vita dan istri dari Harun. Kini aku benar-benar harus memposisikan diri sebagai seorang ibu dan istri yang baik. walaupun aku tidak ingat apapun tentang masa laluku, aku harus menjadi seorang ibu yang baik terutama bagi Vita yang sangat meyakini bahwa aku adalah ibunya. Kewajibanku sebagai seorang istri aku tunaikan, membersihkan rumah mengepel dan mencuci baju.
Aku rapihkan lemariku sendiri yang tidak pernah aku ingat bahwa aku memilikinya. Aku rapihkan dari bawah hingga atas memakai kemoceng. Tidak sengaja aku menjatuhkan sebuah buku saat itu. Buku Harianku. Aku penasaran, aku buka dan aku baca. Banyak kisah suka duka aku tuliskan di sana. Hingga pada halaman terakhir sebuah tulisan dua tahun sebelum hari ini. setelah itu tidak ada lagi halaman tertulis. Dan aku menyadari sesuatu saat itu, buku harian ini tidak pernah dibukan oleh orang lain, bahkan oleh Harun sekalipun.
Bersambung .....
_____________________________________________________________________
akhirnya setelah sekian lama ....
tapi, belum selesai nih. mau tahu isi buku hariannya? simak terus yah.
maaf jika masih ada typo. itu adalah kesalahan penulis sepenuhnya

YOU ARE READING
Gerimis di stasiun Tugu
Short StoryKumpulan Cerpen yang pernah ikut berjuang berlari dan mendaki terjalnya kompetisi. Mengalir seadanya tanpa sentuhan apapun. Banyak rasa yang bisa dirasakan, bahkan rasa yang tak pernah ada sekalipun. CInta, Kenangan, Rindu bahkan perisahan. selamat...