Martabak Coklat Keju

17 0 0
                                    


Tubuhnya penuh peluh. Lembaran receh dua ribuan dikumpulkannya kemudian dirapihkan berurutan sesuai gambarnya. Tidak ada keluhan yang keluar dari Bang Soleh sore itu. kerja kerasnya hari ini benar-benar terbayar dengan hasil yang maksimal. Dia tersenyum lebar ketika selesai menghitung lembaran rupiah yang didapatkan hari ini dari hasil ngojek. Belum bonus yang didapatkan.

"Alhamdulillah" penuh syukur ia panjatkan atas rezekinya itu.

Terbayang dua orang anaknya di rumah akan menyambut kedatangannya dengan penuh sumringah dan harapan tentunya. Harapan untuk sekedar membasahi mulut dengan martabak bangka rasa coklat keju. Yah. Malam itu dia putuskan akan membeli martabak rasa coklat keju untuk kedua orang anak dan istrinya.

Go go power ranger

Suara notifikasi dari ponsel layar sentuhnya menyala. Tanda orderan ojek masuk ke dalam akunnya. Dia lupa mematikan akun. Dia tidak bisa menolak orderan itu. itu adalah orderan e-commerce. Layanan antar pada hari yang sama. Jika dia batalkan, maka bonus yang dia dapatkan akan melayang karena tidak memenuhi syarat.

Seketika dia bingung dengan situasi ini. satu sisi dia ingin segera pulang bertemu dengan kedua anak dan istrinya. keluarganya tentu sangat menanti kehadirannya dengan martabak rasa coklat keju. Di sisi lainnya, dia tidak rela bonus hasil kerja kerasnya hari itu melayang begitu saja. mau tidak mau dia ambil orderan itu. menuju lokasi penjemputan.

Jalan Warga wangi nomor 51, tertera di aplikasi penjemputan itu. berputar-putar dia mencari alamat, sesekali menepikan motornya untuk menelpon pengirim namun tidak ada jawaban. Ah akhirnya dia ikuti saja GPS di ponselnya. Sampai di titik penjemputan. Tidak nampak nomor 51 di jalan itu begitu pun dengan warga, tidak ada nampak seorangpun. Dia telpon lagi pengirim, masih tidak ada jawaban. Benar-benar menguji kesabarannya.

"Bang Soleh!"

Tidak lama sebuah pintu rumah terbuka orang di dalamnya memanggil namanya.

"Iya"

"Barangnya di sini bang"

"Alhamdulillah" puji syukur dia ucapkan setelah bersabar beberapa menit. Akhirnya si pengirim menyadari keberadaannya di sana.

"Tolong antarkan ini yah bang ke Alamat ini" sambil menyodorkan sebuah kardus berukuran 40 x 40 yang tertera nama penerima, nomor hp dan alamat lengkap. Tanpa pikir panjang dia ambil dan menaruhnya di motor. Tidak lupa dia geser tombol jemput di ponselnya. Dia menarik gas dan melaju seketika, bayangan istri dan anak-anaknya benar-benar terus membayanginya. Rasa rindu untuk bertemu tidak pernah dia rasakan sedemikian hebat sore itu.

Dalam waktu lima menit dia sudah berada enam belas kilometer menjauh dari tempat dia menjemput barang. Dia benar-benar merasa dikejar-kejar waktu. Rindu pada istri dan kedua anaknya menghujani terus menerus. Apalagi matahari kian meredup dimakan senja. Dia khawatir, martabak coklat keju yang hendak dia beli tidak tersisa.

Dia teringat, kemarin anak sulungnya yang merengek minta dibelikan martabak coklat keju bang Daus di perempatan mall tengah kota. Rasanya yang enak dan harganya yang murah, cukup membuat antriannya mengular. Terbayang kecewanya anak sulungnya jika dia tidak berhasil membawa martabak rasa coklat keju itu ke rumah.

Tarikan gas motornya makin menggila kini kecepatannya dua kali lipat dari enam belas kilometer pertama tadi. Sesekali dia mengerem mendadak membuat orang-orang di sekitarnya menjerit. Tidak sedikit dari mereka mengutuk tindakan ugal-ugalannya itu. dia hanya bisa meminta maaf. "Maaf"

Sesuai dengan tujuan di aplikasi, harusnya barang yang diantarnya itu sudah dia serahkan ke penerima. Lagi, pelanggannya tidak peka dengan apa yang diordernya. Tidak ada balasan di ruang percakapan online, ditelpon pun tidak diangkat. Hingga pada akhirnya sebuah balasan percakapan yang mengecewakan datang di ruang chat.

Saya sedang tidak ada di rumah, dititip saja di pos satpam komplek.

Tanpa maaf pelanggannya membalas.

baik

Dia menjawab singkat.

Tidak ingin memanjangkan cerita, dia memburu pos satpam untuk menitipkan barang kiriman itu. setelah dititipkan, tidak lupa dia menginformasikan penerima dan fotonya ke aplikasi dan selesai. Orderan selesai.

Cepat dia matikan aplikasi ojek itu, takut ada order melayang lagi kepadanya. Tidak ada hal lain selain martabak rasa coklat keju yang belum dia dapatkan di penghujung senja itu. kumandang panggilan solat pun datang saling sahut di sepanjang jalan yang dilewati. Dia tidak peduli, bahkan tidak mendengarnya. Pada akhirnya sampai lah dia di tempat martabak itu dijual.

Sayang, dia abai untuk memenuhi panggilan ibadah. Hanya martabak rasa coklat keju yang dipikirkannya. Bahkan dalam antrian dia benar-benar lupa panggilan itu.

"Satu martabak coklat keju special atas nama Soleh" seorang pelanggan memanggil namanya.

"Ya. Siap"

Dia ambil martabaknya dan disimpannya di motor. "Solat" kali ini dia benar-benar ingat belum menjawab panggilan tuhannya. Masjid. Dia memburu waktu menemukan masjid. Dalam hatinya sudah menentukan dia akan berhenti di masjid terdekat di depan. Namun sayang, urung dia lakukan. Yang dia ingin segera lakukan adalah memberikan martabak itu kepada istri dan anak-anaknya. Dia terus memacu motornya hingga melampaui batas kecepatan.

Beberapa orang petugas lalu lintas tidak kuasa untuk menahannya. Beberapa di antaranya bahkan mengejarnya. Tapi sayang, dia tidak terkejar. Dia benar-benar tidak menyangka akan berbuat senekad itu. Rasa senang di dalam hatinya bercampur dengan rasa khawatir karena belum mendirikan solat.

Sebentar lagi ke rumah. Dia semakin memacu motornya, masih kencang, semakin kencang. Seketika dia tekan rem kuat-kuat menahan laju kencang motor. Keseimbangannya hilang. Hampir terjatuh. Yah hampir terjatuh dan terseret.

Pada akhirnya nampaklah pagar rumahnya. Dia parkirkan motornya. Mengetuk pintu mengucap salam dan memanggil anak-anaknya. Tak ada sambutan dari anak-anaknya. Yang keluar hanya istrinya mengabarkan.

"Anak-anak di bawa Abahnya beli martabak coklat keju ke perempatan mall tengah kota tadi"

Sia-sia. Merugi. Harapan tak terpenuhi, panggilan tuhannya ia abaikan.

Cimareme 24 Agustus 2019

Gerimis di stasiun TuguWhere stories live. Discover now