Sore itu gerimis turun dengan ribuan titik membasahi bumi. Di ujung ufuk barat, sang surya malu-malu mengintip bumi dibalik awan hitam yang pekat. Suasana itu membawaku melayang jauh ke masa lalu yang benar-benar aku sesalkan. Penyesalan itu kian bertambah seiring surat undangan pernikahan yang ada di tanganku tertulis nama Zein Alhadad. Seorang lelaki yang pernah mencintaiku dan mengharapkan balas atas cintanya. Namun, sayang aku menyia-nyiakannya.
Berawal dari sebuah kelompok kerja nyata di mana aku kuliah. KKN adalah mata kuliah wajib bagi mahasiswa yang hendak menutup masa kuliahnya. Ilma Cahaya Parvati namaku tertera dalam daftar kelompok yang sama dengan Zein. Saat itu aku masih berpikir bagaimana tentang cara menikmati hidup. Kuliah yang rajin dapat nilai dan lulus dengan cepat, kemudian dapat kerja serta berpenghasilan. Namun, disamping itu aku juga ingin menikmati masa remajaku dengan bermain, bergaul dengan banyak teman dan memiliki seorang kekasih.
Banyak laki-laki yang aku kenal, dari mulai teman sekelas hingga teman dari teman-temanku. Namun, tak ada yang cocok dan mampu menggetarkan hatiku. Hingga suatu saat, Iman teman satu kelasku menyatakan perasaannya padaku. Tapi, aku ragu menerimanya karena tak ada getaran sedikitpun di hatiku. Makanya aku abaikan.
Di akhir masa perkuliahan salah satu tugas yang haru di selesaikan adalah belajar mengabdi di masyarakat dengan program KKN. Kami dipecah jadi beberapa kelompok yang terdiri dari berbagai latar jurusan, fakultas, organisasi, daerah hingga bahasa. Aku dituntut untuk mampu bekerja sama dan beradaptasi menghadapi perbedaan itu.
Di hari pertama kelompok kami berkumpul, aku mendapati beberapa orang yang aku kenal karena satu jurusan denganku. Hal itu sangat membantuku, yah setidaknya berkurang mahasiswa yang harus aku kenali lebih dalam.
Aku sempat berpikir, mungkin juga aku bisa mendapatkan seorang kekasih dalam masa KKN ini. Maka itu, aku pandangi satu-satu mahasiswa yang berada di dalam kelompokku. Tak satu pun aku kenali kecuali satu orang. Mahasiswa aneh yang selalu bertemu dalam bus kota setiap pagi berangkat kuliah. Aku sering melihatnya, tapi tak pernah aku tahu siapa namanya. Dia sering menyapaku. Namun, hanya sekedar mengucapkan salam dan bertanya kabar tak lebih dari itu.
Setelah ketua kelompok terpilih dan sesi perkenalan anggota kelompok dilakukan, barulah aku tahu namanya. Dia Zein Alhadad mahasiswa jurusan sastra arab fakultas sastra. Sejenak aku perhatikan dia. Dan yang terjadi biasa saja. Tak ada getaran atau sesuatu yang membuat hatiku harus menjadikannya target sasaran calon kekasih. "Tidak" Aku pikir.
Seiring waktu berjalan dan terus berjalan. Dari hari pertama hingga beberapa hari selanjutnya, kepribadian dari masing-masing anggota kelompok mulai nampak. Jenis-jenis mahasiswa aku temukan, dari mulai mahasiswa malas, tukang tidur, tukang ngorok, kutu buku, soleh, jorok, pemarah dan sifat-sifat lainnya. Yah mau tidak kenal bagaimana? "Secara" Kita tinggal satu atap.
Jauh waktu berjalan, di sana pula aku kenal kepribadian Zein. Supel, Cerdas, humoris, dan perhatian. Pernah suatu saat, masa datang bulanku tiba. Seperti biasa aku selalu merasakan nyeri jika sudah datang bulan. Jika di rumah atau tempat kos selalu ada keluarga atau teman satu kamar yang siap membantu. Tapi di sini siapa? Aku bingung, benar-benar bingung. Teman yang aku kenal lama hanya Meyla seorang perempuan. Tidak mungkin aku menyuruhnya membeli minuman pereda nyeri. Karena tempat kami bermukim jauh dari kota.
Melihatku meringis kesakitan Zein langsung berinisiatif untuk meminjam motor pak RW dan pergi membeli minuman pereda nyeri itu di tengah guyuran hujan. Tiga puluh menit kemudian dia datang basah kuyup dengan baju kotor penuh lumpur membawa minuman yang dimaksud. Dan Alhamdulillah rasa sakit yang aku rasakan berkurang.
"Terima kasih Zein" Aku tak lupa mengucapkan terima kasih karena telah membantuku
"Yah sama-sama Il" Dia memanggil nama panggilanku.
YOU ARE READING
Gerimis di stasiun Tugu
NouvellesKumpulan Cerpen yang pernah ikut berjuang berlari dan mendaki terjalnya kompetisi. Mengalir seadanya tanpa sentuhan apapun. Banyak rasa yang bisa dirasakan, bahkan rasa yang tak pernah ada sekalipun. CInta, Kenangan, Rindu bahkan perisahan. selamat...