Kenshaka sangat menyayangi binatang, tapi dia bukan tarzan
Kenshaka juga suka melukis, tapi melukis dengan pasir karena baginya, indah itu tidak harus memiliki warna
Kenshaka pandai memanah, tapi dia bukan pemburu. Dia hanya pemburu kasih sayang kel...
Disinilah Ken saat ini. Duduk menyendiri di antara pepohonan rindang yang berada di samping rumahnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seragam sekolahnya masih melekat. Duduk di bawah pepohonan menikmati angin yang menerpa wajah tirusnya, sambil sesekali tangannya sibuk mengusap airmata dengan cepat sebelum diketahui orang lain lagi.
Dia masih berfikir Arjuna akan meninggalkankannya. Jadi, lebih baik disini daripada harus menemuinya berpamitan padanya.
Malu. Jelas dia sedang menahan malu. Sebagai seorang laki-laki, dia merasa payah karena barusaja kedapatan menangis di depan laki-laki lain yang masih asing baginya. Sebenarnya Arjuna bukanlah orang asing, tapi selama ingatannya belum kembali, tetap saja Arjuna masih orang asing.
Ken tak ingin terlihat lemah di depan Arjuna. Apalagi saat penyakitnya kambuh seperti ini. Apa yang akan dikatakan Arjuna nanti jika mengetahuinya? Sudah cengeng, jail, penyakitan pula. Payah.
Disini lebih baik dari segala tempat. Membiarkan Arjuna pergi, sambil menikmati suasana rindang pepohonan dengan hembusan angin lembut yang menerpa wajah pucatnya.
Angin dan udara di tempat ini adalah sahabat yang paling mengerti dirinya. Dengan hembusannya yang lembut dan segar, Ken merasa jauh lebih baik. Rasa sesak di dadanya perlahan berkurang. Dia jauh lebih rileks. Dua hal ini lebih baik dari alat oksigen yang kadang dipakainya di rumah sakit atau di rumah saat dia kambuh, khasiatnya tak dapat disebutkan dengan kata-kata.
Ken mengulas senyum saat melihat kawanan kambing berjalan berbondong digiring dari kandang. Mereka akan digembala Giman tak jauh di bawah sana. Ingin rasanya bergabung membantu Giman untuk mengurangi rasa penat, tapi apalah daya untuk berdiri saja masih sempoyongan.
" Nul !! " panggilnya pada Menul, salah satu kambing kesayangannya yang sedang mengunyah rumput dan berjalan di antara kawanan itu.
Si empunya nama menoleh. Dia keluar dari rombongan dan berjalan ke arah Ken. Satu-satunya kambing betina tertua yang memiliki nama itu sangat menurut pada Ken. Giman tidak mempermasalahkannya. Dia tetap melanjutkan tugasnya menggiring kambing, sedangkan Menul berjalan ke arah Ken.
Sebenarnya Ada dua kambing lagi yang memiliki nama, yaitu Garengdan Gatot. Mega biasa menyebut mereka dengan sebutan Double Gkarena tak bisa membedakannya. Warna, bentuk, dan besarnya sama. Hanya Ken yang bisa membedakannya. Akhirnya Mega menyebut mereka dengan sebutanDouble G karena sama-sama memiliki nama depan dengan huruf yang sama, atau Double Goat.