Bersyukurlah Ken memiliki Ibu seorang dokter. Meski dirinya sempat anemia, bocah ini sudah bisa membaik kembali tanpa harus mendapat transfusi secepatnya.
Mungkin karena semangat Ken untuk sembuh begitu besar. Pemberian banyak air putih, zat besi/gizi yang seimbang, juga vitamin penambah darah membuat tubuhnya segera membaik walau belum sepenuhnya membaik.
Mega harus tetap waspada karena anemia parah bisa menyerang Ken kembali kapan saja, belum lagi kalau penyakit jantungnya menyerangnya secara bersamaan. Jadi, bukanlah suatu hal yang berlebihan jika dia melarang Ken keluar dari rumah dan memintanya istirahat di dalam kamar.
Ken bosan diperlakukan Mega seperti ini. Dia tetap saja keluar rumah secara diam-diam tanpa Ibunya tau. Menikmati aroma tanah basah pasca hujan, juga menikmati udara segar yang sangat menjadi candunya jika tengah dalam keadaan sakit seperti ini. Dia kadang tidak habis fikir mengapa orang sakit harus selalu di kamar. Dia butuh udara segar.
Ken berjalan menuju lahan luas berumput dimana tempat kambing-kambingnya biasa digembala. Ken sudah sangat menantinya semenjak hujan mulai reda.
Saat ini, sudah tidak ada kambing seekor pun. Mereka telah digiring ke kandang saat hujan deras mengguyur, berganti dengan beberapa capung yang beterbangan disana-sini.
Capung-capung ini memang biasa datang sehabis hujan reda. Ken sangat menghafalnya. Itulah sebabnya Ken datang kesini.
Ken menghentikan langkahnya setelah merasa lelah. Baru berjalan beberapa meter saja rasanya sudah seperti mendaki bukit yang tinggi. Salahkan saja kondisi jantungnya yang lemah. Mengeluarkan tenaga yang bagi orang lain tidak seberapa saja sudah terasa sangat melelahkan sekali baginya.
Ken sadar dia nakal. Dia usil dan sangat iseng sedari dia masih kecil. Dia juga merepotkan dan selalu membuat Mega kengkhawatirkannya.
Ken yakin. Sepulang Mega menjemput Arjuna, dia pasti akan kebingungan mencarinya. Tapi Ken benar-benar tidak bisa kalau harus selalu berbaring di kamar seperti robot yang kehabisan baterai. Baginya, terus berbaring hanya akan membuat tubuhnya semakin lemah dan tidak berguna.
Benar saja, setibanya di rumah, Mega langsung kebingungan mencari keberadaan Ken karena tidak menemukannya di dalam kamarnya. Mega ingat betul bagaimana tidak berdayanya bocah itu tadi pagi. Lemas dan sangat pucat. Bahkan sempat pingsan hingga membuat Mega dan Giman panik bukan kepalang, tapi sekarang bocah itu sudah keluyuran saja tanpa seorang pun tau. Bagaimana kalau pingsan lagi tanpa ada orang yang tau?
Mungkin benar kata teman-teman Mega. Dia tidak tepat memilihkan memberi nama untuk Ken saat kelahirannya. Orang jawa sering menyebutnya dengan istilah kabotan jeneng---keberatan nama.
Raga dan jiwa Ken tidak kuat disandingkan dengan arti nama panjangnya hingga semuanya berbanding berbalik.
Bagas Kenshaka Sakti Aji, jika di artikan, laki-laki sehat yang memiliki kekuatan nomer satu, walau masih ada arti lebih spesifik lagi di dalam kata Kenshaka sendiri.
Kata orang jawa jaman dulu, jika jiwa dan raga seorang anak tidak kuat disandingkan dengan nama panjangnya, dia akan cenderung jadi nakal atau sakit-sakitan. Bahkan tak jarang orang tua mengganti nama anaknya agar tetap panjang umur dan sehat selalu.
Itulah sebabnya orang jawa jaman dulu terlalu sederhana dalam memberi nama, seperti Suparmi, Sulastri, Supardi, dan Susanto ataupun Susanti. Su- sendiri memiliki arti yang paling jika diartikan dalam bahasa jawa jaman dahulu. Seperti misalnya Sulastri---Su lastri--- lastri dari kata lestari--- Yang paling lestari.
![](https://img.wattpad.com/cover/168550377-288-k791915.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PANAH & PASIR [ONREVISI]
Roman pour AdolescentsKenshaka sangat menyayangi binatang, tapi dia bukan tarzan Kenshaka juga suka melukis, tapi melukis dengan pasir karena baginya, indah itu tidak harus memiliki warna Kenshaka pandai memanah, tapi dia bukan pemburu. Dia hanya pemburu kasih sayang kel...