Arjuna dan Kenshaka boleh saja memiliki wajah yang hampir sama walau mereka tidak kembar. Ketika mereka masih kecil pun Mega juga boleh saja memberi pakaian, mainan, dan makanan yang sama.
Kadang Arjuna kecil sampai protes karena diberi makanan yang sama seperti Ken. Mereka berdua selalu diberi banyak makan sayur dan buah-buahan. Dan makanan itu sangatlah membosankan bagi Arjuna. Parahnya lagi, Arjuna harus selalu mengkonsumsinya juga seperti Ken.
Arjuna tersenyum mengingat masa kecilnya yang selalu menggerutu karena hal itu. Arjuna kecil selalu bilang pada Mega bahwa dia itu carnivore, Si Pemangsa Daging. Dia itu Si Raja Hutan. Bukan Sebangsa Kelinci seperti Ken.
Membayangkan masa kecil mereka, membuat Arjuna tak mau lepas memandang Ken yang tengah berjalan di depannya. Sekarang, Si Kelinci sudah besar, dia malah lebih tinggi dari Si Raja Hutan.
" Bajumu ditaruh lemari ini saja. Ini satu-satunya lemari di kamar aku. Bajuku juga ada di sini. Tapi aku yakin muat kok," kata Ken sambil menunjuk lemari di depannya. Dia beralih ke arah saklar yang berada di samping lemari, lantas menyalakan lampu.
Ruangan yang tadinya terlihat gelap sudah terlihat dengan jelas oleh kedua matanya. Walau Ken itu sakit dan terlihat kurus, kamarnya lumayan tertata rapi. Ken memang selalu membersihkannya setiap hari.
Arjuna menatap ke arah dinding. Tidak ada hal menarik lainnya selain beberapa busur panah yang tampak tergantung di dinding dengan rapi. Sepertinya, selain suka sand art, Ken juga suka memanah. Berbeda sekali dengan hobi Arjuna yang suka bermain gitar dan berkumpul dengan banyak teman. Di kota saja, selain masih sekolah Arjuna juga bekerja sebagai announcer di sebuah statiun radio anak muda. Lalu bagaimana jika tiba-tiba dia memilih hidup di tempat terpencil seperti ini. Semoga saja dia bisa. Demi Ken.
Arjuna beralih ke arah lemari yang barusaja ditunjuk Ken. Lemari dua pintu berbahan kayu jati ini tidak begitu besar. Arjuna sedikit kurang percaya diri. Baju yang dibawa Arjuna cukup banyak, sedangkan di dalam sudah ada pakaian Ken. Apa mungkin muat?
" Bajuku sedikit, kok. Ini untuk sementara aja. Habis ini, nanti biar dibelikan Ibu yang baru," tambahnya meyakinkan.
Arjuna mulai membuka kopernya. Lemari yang tak begitu besar itu mulai dibukanya juga dengan pelan.
Beberapa celana jeans dengan model yang sama tampak terlipat dengan rapi di dalamnya. Tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa t-shirt polos juga dan beberapa kemeja yang terlipat dengan rapi juga. Pakaian Ken benar-benar dapat dihitung pakai jari. Mungkin karena jauh dari pasar dan kota, Ken tak punya waktu untuk selalu membeli pakaian seperti dirinya. Atau mungkin karena sedari kecil Mega mengajarkannya untuk hidup sederhana.
Ken sangat jauh berbeda sekali dengan Arjuna. Arjuna itu fashionable. Mungkin karena latar belakangnya yang hidup di kota. Arjuna punya banyak kaos dan jaket ber-merk terkenal. Dia juga suka membeli baju dan aksesoris seperti jam tangan dan lain sebagainya. Dia itu shopaholic. Aji memberinya beberapa kartu kredit sehingga Arjuna tak pernah merasa kekurangan.
Cara berpakaian Arjuna juga selalu mengikuti trend. Sebagian di antaranya juga buatan luar negeri karena Aji, Ayah mereka tak lupa membelikannya baju ketika dia bepergian ke luar negeri. Dan dia hanya membelinya untuk Arjuna. Hanya Arjuna. Karena Ken sudah lama tak dinafkahinya semenjak mengirimnya ke desa terpencil seperti ini.
Sedih rasanya jika mengingat ayahnya yang tak mau mengakui Ken sebagai anaknya. Sejahat inikah Ayahnya pada Ken? Bahkan, pakaian yang harusnya jadi oleh-oleh dari luar negeri untuknya saja tak pernah diterima Ken juga.
" Aku tunggu di meja makan, ya? Ibu lagi masak masakan spesial buat kita," pamit Ken.
" Okay," jawab Arjuna.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANAH & PASIR [ONREVISI]
Teen FictionKenshaka sangat menyayangi binatang, tapi dia bukan tarzan Kenshaka juga suka melukis, tapi melukis dengan pasir karena baginya, indah itu tidak harus memiliki warna Kenshaka pandai memanah, tapi dia bukan pemburu. Dia hanya pemburu kasih sayang kel...