Tiga

14.3K 543 5
                                    

Aku berjalan menelurusi koridor sekolah, dengan gelisah menuju toilet.

takut.. mengingat apa yang di katakan Marsya tadi.

Aku hilangkan pikiran buruk mengenai pembunuhan di sekolah ini.

Mungkin, warga sekolah belum tahu tentang berita mengerikan ini.

tapi entahlah besok, bisa saja berita mengenai pembunuhan di sekolah akan terekspos bebas di mading sekolah maupun media sosial.

tak terasa aku sudah sampai di toilet. cepat-cepat aku masuk dan membasuh wajah di wastafel. sambil memandangi pantulan wajah ku sendiri di kaca toilet.

"Liburan akhir pekan baru saja usai, dan hari pertama sekolah aku sudah mendengar berita tidak meng-enakkan dan itu terjadi disekolahku sendiri" Aku hanya bisa mendengus pasrah.

Aku tak ingin berlama lama di toilet, aku pun langsung kembali ke kelas.

diperjalanan menuju kelas, aku sengaja nengambil jalan jauh, maksudnya, aku ingin mengitari beberapa kelas 11 sebelum tiba dikelasku.

Dan aku kembali di hentikan oleh sekerumunan orang. semacam polisi. mereka memenuhi pintu masuk sebuah ruangan.

ya..
ruangan itu adalah Ruangan olahraga

tak hanya polisi yang berada disana juga ada segerombolan anak kelas 11A jurusan Sport. tampaknya mereka baru saja selesai dalam pelajaran basketball. terlihat dari pakaian yang mereka kenakan

polisi itu tampaknya memasang garis yang bertuliskan "dilarang melewati batas ini"

aku sudah menebak sebelumnya, kalau ini kerumunan orang dan polisi yang sedang menyidik pembunuhan disekolah

nyatanya kepala sekolah langsung bertindak atas kejadian pembunuhan ini, mungkin saja beliau menelfon pihak keamanan seperti polisi untuk menuntaskan kasus yang baru saja terjadi

"belum besok, perlahan berita mengerikan ini sudah mulai sedikit demi sedikit tersebar. sekarang anak kelas 11A sudah tau berita ini. mungkin sebentar lagi satu sekolah" gumamku.

suasana pada saat itu sangat mencekam. polisi sibuk berlalu kesana kemari sambil membawa peti jenazah untuk mengangkat potongan tubuh si korban. tentu banyak sekali darah berceceran di mana mana, yang membuat ku ingin muntah di saat itu juga

sepertinya korban pembunuhan ini merupan seorang siswi.

aku bergidik ngeri

karena terfokus melihat tindakan polisi diruang olahraga, aku tak sadar kalau miss Lia sedari tadi berdiri disampingku.

beliau berkata

"Emma, mari kita kekelas. kewajiban ku belum terselesaikan di kelas kalian"

"baik miss.."

dengan terpaksa aku pun meninggalkan tempat itu.

BERSAMBUNG...

Psycho High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang