p r o l o g

66 9 3
                                    

Lima orang cewek berjalan beriringan, salah satu di antara mereka menatap pergelangan tangannya yang tertera jam, pukul 06. 30. Mereka bukan sekumpulan anak bad girl juga bukan sekumpulan anak cupu. Sebut saja mereka 'always together' , teman sekaligus sahabat yang saling melengkapi satu sama lain.

Anggi, cewek dengan rambut sepunggung yang lurus, memiliki mata bundar dan manik mata hitam. Cewek itu terlihat rapi dengan balutan seragam khas SMA Bakti cendekia, rok hitam dengan kemeja putih dihiasi aksen merah dan dasi.

Raina, cewek dengan jaket hitam yang melekat ditubuhnya itu terlihat sangat menarik, entahlah, cewek itu sangat menyukai warna hitam.

Elsa, ini bukan tokoh kartun frozen, pun juga bukan cewek dingin sesuai namanya, berbanding terbalik dari namanya, Elsa sosok cewek yang sangat humoris.

Ada juga Raya dan Maudy, cewek yang menurut orang pintar menyembunyikan perasaan. Tetapi menurut sahabat mereka, yang tak lain adalah 'always together' , kelakuan mereka berdua sama sama absurd.

"Bentar-bentar, gue lupa bawa baju olahraga, sekarang kan bagian Pak Yuda, kalian tau kan kalo guru satu itu marahnya kayak gimana?" Maudy, cewek itu nampak berpikir keras, bagaimana caranya mendapatkan baju olahraga. Dan, Maudy baru ingat, bahwa baju olahraganya belum dicuci sama sekali. Bagaimana ini?

Elsa menepuk pundak Maudy, "tenang Dy, gue tau nih, cara yang ampuh buat dapetin baju olahraga kayak gimana?" Elsa menaik turunkan alisnya.

Anggi berdecak, "jangan lakuin hal yang aneh deh El, kelakuan lo absurd semua. Lo mau buat pengumuman pake toa di depan lapangan? 'Teman teman, yang bawa baju olahraga harap pinjamkan'." Anggi memutar bola matanya malas.

Raya mengangguk, "lo suruh ka Andra aja buat nyari baju olahraga Dy," Raya memberi saran, sedangkan Raina mengangguk-anggukan kepala.

Maudy menggeleng, "ogah ah, emang lo pikir ka Andra siapa gue? Yang ada dia bingung nanti sama gue," sergahnya.

Elsa tertawa, "emang kalian pikir Maudy sama kak Andra udah jadian?"

"Emang lo sama kak Cakra udah jadian?!" Mereka berempat mengatakan itu secara kompak, membuat Elsa memberenggut kesal.

"Udah ah, kita ke kelas," ajak Elsa.

Anggi menoyor dahi Elsa, "lo lucu kalo ngambek."

Mereka berjalan ke kelas bersama-sama. Kelas XI IPA 1, kelas yang letaknya paling ujung. Tapi kata orang, IPA satu itu kelas favorite, katanya otaknya Einstein, tapi nyatanya, absurd semua.

"Lo ngapain Ra?" Tanya Bintang, cewek yang lumayan bad girl itu bertanya pada Raina.

Raina yang sedang menggambar sesuatu itu menggeleng, tersenyum dan menampilkan gigi rapihnya. "Enggak Tang, gue cuma gambar aja."

Bintang melotot, "lo kalo sebut nama gue yang enakan dikit lah Ra, masa lo sebut gue Tang, lo pikir gue mang Tatang?"

Raina terkekeh, "lo ternyata absurd juga Tang, eh Bin."

"Si Elsa mana?" Bintang mencari keberadaan cewek dengan rambut yang biasanya dicepol itu.

"Sama Maudy, emang kenapa?"

"Gue mau ikutan absurd kaya dia, kan keren." Bintang terkekeh, menaik turunkan alisnya. "Ya gak?"

Raina menghela napas kasar, "serah lo deh."

Anggi menatap ke kaca jendela, matanya membulat melihat sosok Angkasa. Sontak ia memanggil teman sebangkunya, Raya. "Ray, ka Angka ngelewat Ray." Anggi menepuk-nepuk bahu Raya.

Cewek yang sedang terlelap itu langsung beringsut ke luar kelas. Mengejar sosok Angkasa Madhitama, cowok populer yang banyak digemari para cewek. "Kak Angkaaa," teriaknya, membuat cowok berbalut hoodie abu itu menghentikan langkah kakinya.

Always Together Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang