Prolog

334 77 65
                                    

Dita, nama seorang wanita yang sudah memiliki empat orang anak dan seorang suami yang bernama Han Adipati.

Dita tengah fokus membolak-balikan telur dadar di atas wajan, yang di mana ia memasak untuk anak-anak serta suaminya yang akan beraktifitas harian pagi ini.

Tidak hanya Dita yang berada di dapur tersebut, suami dan anaknya yang sudah siap untuk sarapanpun berada di tempat tersebut.

Hanny, anak perempuan satu-satunya dari keluarga tersebut, sedang asik memainkan ponselnya di meja makan, begitupun Hanz si sulung.

Berbeda dengan kedua anaknya tadi, Han Adipati malah terus menatap jama tangannya sejak tadi.

Tak lama kemudian, Hansen yang merupakan anak kedua dari keluarga 'Han', turun dari lantai dua rumah tersebut yang di mana di sanalah kamarnya berada. Hansen memasang wajah cerianya ketika sampai di ruang dapur dan duduk di samping Hanny sambil mencubit pipi Hanny dengan lumayan keras sehingga membuat Hanny menjerit.

"Aww! Aishh!" Hanny mengusap pipinya dengan pelan dan menatap kesal ke arah Hansen. Sedangkan Hansen hanya memasang ekspresi seperti tidak tahu apa yang terjadi.

"Ma, ini masih lama? Papa keburu telat," ucap Han Adipati, atau biasa dipanggil Pak Hanadi.

"Bentar lagi, ini----AAAAAA!!!"

Belum sempat Dita menyelesaikan apa yang ingin ia ucapkan, ia sudah kejutkan dengan kehadiran kecoa yang entah dari mana asalnya, berjalan di dekat kakinya.

Sontak semua yang ada dalam ruangan tersebutpun terkejut dan langsung naik ke atas kursi, padahal mereka tidak tahu apa yang membuat Dita berteriak.

"Apa? Apa? Kenapa, Ma?" tanya Hansen dengan panik.

"Kecoa, kecoa!" ucap Dita tak kalah panik dan langsung berlari ke arah suaminya.

Hanz yang mendengar bahwa Ibunya berteriak hanya karena kecoa itu pun langsung turun dari kursinya dan kembali ke posisi duduk sambil mengeluarkan kembali ponselnya dari dalam saku. Sedangkan yang lainnya masih dalam posisi panik dan tetap berdiri di atas kursi.

"Hanz, usirin dong kecoanya," ucap Hanadi.

Hanz hanya melihat kecoa tersebut dari sudut matanya.

"Ga perlu diusir, entar juga kalo bosen pergi sendiri," ucap Hanz dengan santai.

Mereka yang sedang panikpun memasangkan wajah kesal pada Hanz yang tidak mau membantu mereka yang memang mereka semua sangat takut dan geli pada kecoa.

"Kenapa?" tanya Hanan yang baru saja turun dan berjalan dengan santai menuju meja makan.

Sontak kehadiran Hanan membuat mereka yang tengah berdiri di atas kursi menghela napas lega.

"Kecoa," ucap Hanny dengan mata berbinar kepada Hanan.

Hanan pun melangkahkan kakinya dengan santai dan mengambil kecoa yang membuat keluarganya heboh itu, dan melemparnya ke arah luar rumah. Hanan kembali ke ruangan tersebut dan duduk sebelah Hanz.

"Untung ada Hanan. Hanan tuh keberaniannya sebelas duabelas sama Hanz, jadi harap maklum, ya?" ucap Hansen dengan menaik turunkan alisnya menatap Hanan yang tampaknya tidak menggubris ucapan dari Kakaknya itu.

"Kenapa enggak lo aja tadi yang ambil tuh kecoa?" ucap Hanz dengan sinis.

"Yah, di mana-mana tuh bos enggak pernah ngebunuh orang pake tangannya langsung, pasti pake tangan anak buahnyalah," ucap Hansen yang masih mempertahankan harga diri nya.

"Lu tadi kenapa enggak mau disuruh usir itu kecoa sama Mama? Takut ya? Takutkan ya lu? Hayo?" ucap Hansen yang memang suka menggoda Hanz.

Hanz mendecih mendengar perkataan Adiknya tersebut.

"Gua enggak ada masalah sama tuh kecoa, jadi hak dia buat mau ada di situ. Sskarangkan ada yang namanya Hak Asasi Hewan," ucap Hanz.

"Emang kecoa hewan ya?" tanya Hansen dengan wajah bingungnya.

"Ta---"

Belum sempat Hansen mengeluarkan kata-kata yang hendak ia ucapkan, Hanny sudah menyumpal mulutnya dengan roti bakar yang dibuat Ibunya tadi.

"Udah debatnya, bentar lagi telat loh!" ucap Hanny sambil meraih tasnya yang tadi ia letakan di kursi kosong di sampingnya.

Tak lama, yang lainpun ikut bangkit dan berpamitan untuk berangkat ke sekolah, dan Hanadi berangkat ke kantor.


---TBC---

Halo!! Aku balik lagi nih dengan cerita baru😁 semoga menikmati ya ceritanya, walaupun akunya juga ga tau ini cerita ada yg baca apa enggak😂 diusahain deh supaya ini cerita ga receh receh banget😂 sekian dulu untuk prolognya, ga mau banyak banyak, soalnya di cerita yang sebelumnya banyak yang bilang prolognya kepanjangan

Jangan lupa share yang kalo suka sama cerita ini😘

Han's FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang