Bagian #13 : Perasaan Kita Yang Membingungkan

70 10 2
                                    

Hanan melangkahkan kakinya menuju ke arah Erka yang sepertinya hendak menyelesaikan hukumannya.

Keringat sudah bercucuran menbasahi dahi milik Erka. Hanan duduk di bangku tempat biasanya tim basket beristirahat.

Setelah selesai melaksanakan hukumannya, Erka melangkahkan kaki ke arah Hanan. Hanan menyodorkan sebotol air mineral kepada Erka, dan disambut dengan cepat oleh Erka.

Hampir setengah botol tersebut habis dalam satu tegukan. Tampak sekali lelah yang dirasakan oleh gadis itu.

"Lo enggk tidur, ya?" tanya Hanan dengan raut wajah menyelidik.

"Tidur, kok."

"Jam berapa?" tanya Hanan lagi.

"Lupa," jawab Erka berusaha menyembunyikan.

Erka tidak ingin Hanan merasa kasihan kepadanya atau merasa berhutang budi, jujur Erka tidak mau.

"Ngapain sih pake nyalin-nyalin segala. Kalo gue dihukum juga gapapa, dari pada lo nya kaya gini malah dihukum," ucap Hanan tanpa menatap ke arah Erka.

"Kan ini salag gue, udah ngilangin buku lo. Wajar kali gue dihukum gini," jawab Erka.

Hanan hanya mendecak kesal mendengar jawaban dari Erka itu. Ia melangkahkan kaki menuju ke arah pintu dan Erka hanya terdiam di sana dengan tatapan mengarah ke setiap langkah kaki Hanan.

Hanan menghentikan langkahnya, tanpa menolehkan kepala ke arah Erka.

"Ngapain masih di situ? Ga mau ke kantin?"

Erka langsung beranjak dari posisinya, dan mengikuti langkah kaki Hanan yang sudah lebih dulu darinya.

***

"Eh, gara-gara lu, dinner gua kacau tadi malem! Sumpah, kesel gua sama lu!"

Hansen yang tak mengerti maksud ucapan dari salah satu temannya itu, menunjuk ke arah wajahnya sendiri dengan telunjuknya.

"Kok gua? Kok bisa gitu?" tanya Hansen yang masih tak mengerti.

"Waktu dinner, gua gak fokus, tau gak! Cewek gua ngomong, gua gak tau dia ngomong apa, abis gua sibuk garuk-garuk muka," ucap Syukur menjelaskan.

"Lah, terus?" Kali ini Ipang yang menyambar Syukur dengan pertanyaan.

"Ya, muka gua gatel-gatel kenapa coba? Gara-gara siapa?" tanya Syukur dengan kesal kepada kedua temannya itu. Namun bukannya menjawab, mereka malah menggelengkan kepala bersama, dan membuat jawaban yang tidak ingin didengar oleh Syukur.

"Mana kita tau. Yang kegatelan kan, lo," jawab Hansen yang langsung mendapat sambutan gelak tawa dari Ipang karena kata ambigu yang diucapkan Hansen baru saja.

"Sembarangan kalo ngomong!" Syukur mendorong kepala Hansen dengan pelan. "Gua gatel-gatel, bukan kegatelan. Gua gatel-gatel juga gara-gara gincu sialan punyanya lu. Lu juga pake perasaan penuh dendam banget kayanya kemaren ngolesin itu gincu di muka gua," sambung Syukur.

Bukannya minta maaf, Hansen hanya mengangguk-anggukkan kepalanya dan membentuk mulutnya seperti sedang menyebut huruf 'O'.

"Enggak punya hati emang," lanjut Syukur lagi.

"Eh, Kur. Lu masih sama Shena temennya Sabrina itu?" tanya Ipang yang mulai mengatah ke pergantian topik pembicaraan.

Syukur menganggukkan kepalanya. Ipang pun menolehkan kepalanya ke arah lain, ke arah Hansen sekarang yang tengah meneguk minuman di atas mejanya.

"Lu, Sen?"

Hansen langsung mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah Ipang.

"Gua? Kenapa?" tanya Hansen sambil menunjuk dirinya sendiri seperti tadi.

Han's FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang