Bagian #6 : Menolak, Tak Bisa menahan debaran

43 22 0
                                    

Hanan dan Hanny baru saja sampai di rumahnya setelah berjalan-jalan sejak sepulang sekolah tadi. Dan sampainya mereka di rumah tersebut disambut teriak dari Hansen yang tampaknya kesal karena hanya sendiri di rumah.

"Dari mana aja lo dua?" teriak Hansen yang padahal Hanny saja belum sempat melepas sepatunya.

"Kenapa sih bang Hansen, ih!" balas Hanny tak kalah kesal karena diteriaki.

"Kesel gue. Lama banget lo dua keluarnya, gue kan jadi sendirian di rumah," jawab Hansen.

"Loh? Mama mana?" tanya Hanny.

"Makanya itu, Mama nyuruh gue nungguin rumah karena dia mau ada acara di rumah temennya. Tadi gue mau ikut tapi Mama nya enggak mau, terus gue mau keluar rumah juga tapi enggak boleh sama Mama," ucap Hansen dengan kesal.

"Kasian abangnya Hanny yang satu ini," ucap Hanny dengan menepuk pundak Kakaknya itu.

Hanny mendorong tubuh Hansen untuk masuk ke dalam, bersama dengan Hanan yang mengikuti mereka.

Hanny mendudukkan dirinya di sofa ruang keluarga bersama dengan Hansen. Sudah kebiasaan Hanny ketika pulang sekolah tidak langsung berganti pakaian terlebih dahulu, dan sudah kebiasaan Hanan untuk menegur Hanny ketika tidak langsung berganti pakaian.

"Ganti baju dulu, Hanny!" ucap Hanan.

Biasanya ketika Hanan memerintahkannya seperti itu, Hanny langsung pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian, tapi tidak dengan kali ini. Hanny hanya menampilkan cengirannya kepada Hanan yang berarti ia tidak ingin segera berganti pakaian.

Hanan pun tidak menggubris akan tingkah laku adiknya itu, ia pergi menuju kamarnya dan berganti pakaian.

"Ngapain aja tadi?" tanya Hansen.

"Kepo deh," jawab Hanny sambil matanya terfokus pada ponsel yang ada di lengannya sekarang.

Kesal demgan jawaban adiknya tersebut, Hansen langsung menarik ponsel Hanny hingga membuat Hanny terkejut. Hanny langsung melayangkan tatapan kesalnya pada Hansen.

"Bang Hansen, siniin hape nya!" pinta Hanny sambil mencoba meraih ponselnya yang ada di tangan Hansen. Namun Hansen malah berdiri dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi agar Hanny tidak sampai meraih ponselnya tersebut.

Hanny mendecak kesal dan ikut berdiri hingga meloncat untuk bisa meraihnya.

"Ih, rese' banget sih! Siniin lah!" pinta Hanny lagi.

"Makanya orang nanya tuh jawabnya yang bener!" ucap Hansen.

"Iya, iya. Maaf," jawab Hanny masih dengan meloncat.

"Enggak cukup maaf. Koprol dulu coba!"

"Ih enggak mau!"

"Mau apa enggak ini hapenya?"

Hanny menghentikan lompatannya dan segera duduk kembali ke sofa yang tadi mereka duduki.

"Ambil aja lah," ucap Hanny dengan kesal.

Hansen yang melihat Hanny marah pun bukannya panik atau takut, ia malah senang ketika melihat saudara-saudaranya itu marah ketika berhasil ia kerjain.

"Yaudah kalo enggak mau. Kasi gue aja, ya?" goda Hansen lagi.

"Ambil aja!" ucap Hanny dengan jutek.

"Yah ngambek," ucap Hansen dengan diakhiri kekehan.

Hanan yang baru saja keluar dari kamarnya, pergi mendekati Hanny dan Hansen yang tampaknya sedang ribut. Hanan melihat ponsel Hanny ada di tangan Hansen. Dengan gerakan santai, Hanan langsung mengambil ponsel Hanny dari tangan Hansen dan melemparnya ke arah Hanny. Untung saja Hanny langsung menyambut ponsel tersebut, jika tidak pasti akan jatuh ke lantai.

Han's FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang