Bagian #5 : Perasaan Yang Tak Bisa Tertahankan

58 23 0
                                    

Hanan dan Erka tengah berada dalam suatu ruangan sepi di mana tempat biasanya mereka menghabiskan waktu jam kosong untuk belajar. Entah apa yang membuat mereka semang dengan belajar, tanpa rasa bosan. Sedangkan Hanny saja yang merupakan juara dari semua anak IPA angkatannya, sering sekali merasa bosan ketika belajar, berbeda dengan Hanan dan Erka yang selalu belajar ketika ada waktu luang.

"Ini gimana deh, perasaan gue belom pernah nemu soal kaya gini, belom ngerti gue!" ucap Erka pada Hanan.

Erka menyandarkan tubuhnya dan meraih ponsel yang tadinya ia letakkan di atas meja.

"Yah? Bian udah nelpon tiga kali, masa!" ucap Erka ketika membuka panggilan masuk di ponselnya tersebut.

"Marah nih! Mati gue!" lanjut Erka lagi.

Hanan yang merasa konsentrasi belajarnya terganggu pun, menyauti ucapan-ucapan Erka tadi dengan mendecak.

"Ih gimana ini?" ucap Erka lagi dengan panik.

"Gitu aja masa dia marah. Kalo dia marah, tandanya dia enggak ngertiin lo," ucap Hanan.

Erka hanya mendengus kesal mendengar ucapan sahabatnya itu. Ia tahu bahwa apa yang diucapkan oleh Hanan itu memang benar, tapi ia tidak terima kalau pacarnya itu selalu dikatai begitu oleh sahabatnya itu.

Erka masih terus mencoba menghubungi Bian, pacarnya itu. Sudah hampir sepuluh kali mencoba membuat panggilan, namun satupun tidak diterima oleh Bian.

"Lagi enggak main hape kali dia," ucap Hanan lagi tanpa menolehkan kepalanya ke arah Erka.

Erka masih mencoba menghubungi pacarnya itu, dan bahkan ia sudah spam di SMS maupun WA.

"Pacaran jangan alay-alay banget," sindir Hanan lagi.

Hal ini yang sering sekali membuat Erka kesal, dan tak jarang mereka ribut karena hal seperti ini.

Erka pun menutup buku yang tadinya ada di atas meja dan membawa barang-barangnya kembali ke kelas. Selalu berujung Erka yang marah kepada Hanan ketika Hanan sudah menjatuhkan pacarnya. Erka memang tipe orang yang mudah sekali marah dan tersinggung, dan pas sekali dengan Hanan yang suka berkomentar pedas. Tapi entah mengapa mereka bisa bersahabat sejak SMP.

"Er, Bian marah? Pulang sama siapa kalo lo ngambek sama gue?" tanya Hanan yang hanya menonton Erka yang hendak berjalan keluar dari ruangan itu.

"Naik ojek online!"

Erka langsung berjalan keluar dari ruangan itu dan meninggalkan Hanan yanh masih terfokus dengan belajarnya itu.

***

"Ellen!"

Satu panggilan itu berhasil membuat Ellen yang tadinya sedang melangkahkan kaki hendak menuju kelasnya terhenti, dan ia pun membalikkan arah badannya menjadi ke arah belakang karena ia ingin mencari siapa yang baru saja memanggil namanya itu.

Sebenarnya Ellen sudah tahu siapa yang memanggilnya itu, ia tahu betul siapa pemilik suara itu, namun Ellen tidak puas jika tidak melihat langsung sosok itu. Sudah kalian ketahui bahwa Ellen seorang gadis yang mudah terbawa perasaan, jadi tentu saja saat ini ia sudah gede rasa, begitu yang sering kita sebut.

Ellen masih berusaha mencari keberadaannya, namun tidak dapat dijumpai oleh pandangan matanya itu. Akhirnya pandangan Ellen terarah pada jendela kelas XI IPS 1, di mana kelas tersebut merupakan kelas Hansen.

Besar harapan Ellen agar Hansen kembali memanggilnya dan memperlihatkan wajahnya. Namun hal tersebut hanya ada dalam pikiran Ellen. Ini lah salah satu hal yang Ellen benci dari dirinya sendiri, karena terlalu berharap menjadi wanita baperan.

Han's FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang