Bagian #4 : Tidak bisa menghindar

65 33 2
                                    

Uli turun dari ojek online yang tadi ia tumpangi dan membayar ongkos kepada driver ojek online tersebut.

Dengan wajah kesalnya, Uli berjalan menuju seorang lelaki yang tengah berdiri di samping motor sambil memasang wajah cerianya.

Belum ada lima langkah Uli berjalan, driver ojek online yang tadi ia tumpangi, memanggilnya.

"Neng!" panggil driver ojek online tersebut.

Uli langsung menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya dengan ekspresi muka yang tampak kebingungan.

"Kenapa, pak?" tanya Uli dengan heran.

"Helm nya, Neng."

Dengan jawaban singkat dari driver ojek online tersebut, Uli langsung memegang kepalanya dan merasakan bahwa benar saja ia masih menggunakan helm. Dengan penuh rasa malu, Uli melepas helm tersebut dan menyerahkan helm tersebut kepada driver ojek online tadi, yang sudah memasang ekspresi ingin tertawa, namun ditahan. Berbeda dengan Hanz yang sudah tertawa dengan keras melihat tingkah Uli tersebut.

Tak lama, driver ojek online itu pun pergi meninggalkan mereka berdua di sana.

"Mana?" tanya Hanz dengan mengulurkan tangannya di hadapan Uli, tanpa menggubris wajah Uli yang sudah mengekspresikan kekesalannya.

"Enak banget sih main suruh-suruh anak orang dateng ke tempat kaya gini, malem-malem lagi!"

Uli menyerahkan kantong yang berisi bensin kepada Hanz dengan kasar. Tanpa menggubris ucapan Uli sebelumnya, Hanz langsung menyalin bensin tersebut ke motornya yang ia cintai itu.

"Ga tau terima kasih, ya?" sindir Uli yang tentu saja didengar oleh Hanz.

"Ngapain bilang makasih? Kan yang punya hutang? Ga tau caranya biar bisa tau diri, ya?" balas Hanz dangan gaya yang mengikuti gaya bicara Uli sebelumnya.

Uli membalas ucapan Hanz tersebut dengan decihan. Setelah selesai menyalin bensin tadi ke motornya, Hanz langsung naik ke atas motornya, dan menyalakan mesin motornya itu.

"Eh? Mau ke mana?" tanya Uli yang melihat Hanz sepertinya sudah siap untuk pergi dari sana.

"Pulanglah! Gue masih punya rumah dan keluarga, kali," balas Hanz.

"Terus gue?" tanya Uli lagi.

"Ya mana gue tau. Uruslah diri lo sendiri! Udah gede, kan?"

"Gue pulang pake apa dong? Kan sepi," ucap Uli kebingungan.

"Lah? Tadi bisa pergi, masa enggak bisa pulang? Ya naik ojek online lagi kek!" balas Hanz.

"Lupa gue bawa ongkos buat pulang, ingetnya buat pergi aja," jawab Uli yang kini nada bicaranya sudah berubah menjadi seperti merengek.

"Kan bisa pas udah sampe rumah baru bayar, begok!" Hanz menyentil dahi Uli karena sudah geram.

"Tapi gimana mesennya? Hape gue baru aja lowbat. Minjem hape lo, boleh?"

"Yakali. Hape gue udah lama lowbat," ucap Hanz yang malah memperumit masalah.

Lagi-lagi Hanz menyentil dahi Uli, yang tentu saja membuat gadis itu menatap heran ke arah Hanz.

"Naik!" ucap Hanz seperti memerintah.

"Hah?" tanya Uli yang masih bingung maksud dari kata yang ambigu itu.

"Mau pulang enggak lo? Kalo enggak, ya enggak apa-apa, gue pergi aja ini," ucap Hanz.

Tanpa memberi jawaban lagi, Uli langsung naik ke jok motor Hanz dan tak lama, Hanz pun melajukan motornya meninggalkan jalanan sepi tadi menuju rumah Uli.

Han's FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang