A

6.4K 241 5
                                    

"Kamu hati-hati di Jakarta ya, kalo gak nyaman di Jakarta kamu tinggal bilang sama Om dan Aunty. Danish pasti bakalan kangen sama kamu." Ucap Aunty Yura, gue melirik Danish yang tengah tidur di gendongan gue. Bocah berusia 6 tahun itu sangat bawel, jahil, dan berisik. Ah, Kak Una bakalan kangen kamu, Dan. Gue memberikan Danish yang sedang tertidur pulas pada Aunty Yura.

Gue beralih ke Nenek yang membawa sebuah paper bag berwarna navy blue, "Ini, kasih ke Daddy kamu. Kamu gak boleh buka ini ya sayang, tolong jaga amanah dari nenek." Ucap Nenek. Gue mengangguk dan kemudian memeluk nenek.

"Una.. I'm sure, i'm gonna miss u, ma bitch. Take care in Jakarta, make sure you will be here on holiday season." Neva malah nangis bombay, gadis original Australia itu meluk gue. Dasar makhluk. Jadi ga rela kan gue.

"Okay, take care of yourself too. Don't forget to send my love for Bryan and Jesslyn.. They must be enjoying their holiday right now." Neva mengangguk, gue pun melambaikan tangan gue ke keluarga gue serta Neva. Dan ya, gue jalan ke tempat Check-in.

Bye Australia, Hello Indonesia!

Di pesawat gue cuma diem, buka Spotify atau main Pou. Gue merasa gabut banget saat ini. Yah elah, gue gaul gini gara-gara si Windy. Dia anak Indonesia gaoel yang dipindahin ama ortunya ke Australia gara-gara sering bolos sekolah.

Oke, gue bakalan cerita tentang diri gue. Gue lahir pada tanggal 5 Juli 2003, which mean i'm 15th years old. Mami meninggal karena komplikasi, kalo gue gak dilahirin mungkin Mami bisa hidup bahagia sama Daddy. Rahim Mami bermasalah saat itu, alhasil gue lahir prematur di usia 8 bulan. Mami menjalani operasi pengangkatan rahim karena pendarahan dalam frekuensi yang cukup sering.

Dokter menyarankan untuk menggugurkan gue yang saat itu masih berusia 5 bulan di dalam kandungan. Mami menolaknya dengan alasan karena gue adalah anak pertamanya, dia mau anak pertamanya lahir dengan sehat ke dunia.

Rahim Mami sudah diangkat, itu tandanya gue adalah anak semata wayang Mami. Dan Mami gak bisa punya keturunan lagi. Beberapa bulan setelah pengangkatan rahim, Mami dinyatakan sembuh oleh dokter. Namun, kesenangan itu hanya berlangsung selama 4 tahun, setelah Mami di diagnosa menderita Kanker Paru-paru dan jantungnya yang memiliki masalah.

Setelah berjuang selama 3 tahun dengan berbagai kemoterapi dan obat-obatan kimia, Mami menyerah. Tuhan lebih sayang kepada Mami, dan menjemputnya.

Gue sangat terpukul, apalagi Daddy, meskipun gak menunjukkan kesedihannya di depan gue, sebagai anak, gue sangat tau kalau Daddy sedih banget. Daddy tetap menyayangi gue, namun beberapa bulan kemudian gue kesepian karena Daddy sibuk kerja, dan gue yang terlalu tertutup, bukan gue yang menutup diri tapi Daddy yang protektif terhadap gue. Dan gue pindah ke Canberra buat tinggal sama om, tante dan nenek gue disana.

Saat pindah ke Canberra gue seneng bukan main, gue bisa merasakan suasana lebih bebas tanpa kekangan yang berlebih. Gue punya banyak teman disana dan mereka anak-anak yang baik.

3 Jam berlalu, gue tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Gue langsung keluar dan mencari keberadaan Daddy. Dari ujung sana, Daddy terlihat melambaikan tangannya pada gue. Tidak banyak yang berubah pada Daddy, dia lebih tampan.

"Una!" Panggil Daddy, gue langsung berlari dan menubruk dada Daddy dengan pelukan rindu.

"Daddy, Una kangen." Gue nangis, gue emang kangen banget sama Daddy.

"Daddy juga kangen Una. Ayo pulang, yang lain udah nunggu di mobil." Yang lain? Wth? Is there anyone else?

"Siapa?" Tanya gue penasaran, Daddy malah tersenyum kikuk.

"Nanti kamu bakalan tau, ayo sayang." Ucap Daddy lalu membantu gue membawakan koper.

Sampai di mobil Daddy membukakan pintu bagasi dan menaruh barang gue disana.

Gue masuk ke mobil, pemandangan mengejutkan gue dapatkan disana. Seorang wanita, seorang gadis yang gue kira seumuran sama gue dan seorang laki-laki yang lebih tua dari gue. I guess.

"Daddy, who are they?!!" Tanya gue sambil menatap tajam Daddy.

"Calm down, babygirl. This is Suzy, she is your mother. This is Reva, your sister and this is Jeno, your older brother." Gue membelalakan mata gue.

"Hah?! Kenapa Daddy gak bilang sama aku?! Kenapa Daddy gak bilang sama aku kalo Daddy nikah lagi hah?! Kenapa?! Aku ini anak Daddy atau bukan sih? Aku kecewa banget tau gak?!" Gue bentak Daddy di dalam mobil. Silahkan kalau mau bilang gue anak yang gak sopan. Tapi nyatanya, gue marah dan kecewa.

"Rencananya Daddy mau kasih surprise buat kamu, kamu senengkan?"

"Jangan ngambil persepsi terlalu cepat, kali aja kan wanita pengganti Mami ini cuma jilat harta Daddy doang?" Ucap gue ketus. Good, gue baru nyampe dan mood gue buruk banget.

"Jaga ucapan kamu ya, sayang. Dia Mami kamu yang baru." Ucap Daddy dengan nada yang agak tinggi.

"Huh, who cares?" Dengus gue. Mami, Daddy udah berbeda. Una gak nyangka.

Gue pengen nangis aja rasanya.

Sampai di rumah, gue langsung masuk ke kamar gue dengan membawa kedua koper gue. Begitu masuk gue kaget. Dekorasi kamar gue berubah, tolong ini semakin menjijikan.

Kamar gue yang tadinya bernuansa abu-abu dan biru gelap menjadi warna pink. Gue benci warna pink. Foto-foto gue, Mami dan Daddy hilang entah kemana.

"Uhm, sayang. Ini kamar Reva, kamu bisa tidur di kamar sebelah kan?" Ucap Suzy sambil natap gue.

"Lo kira lo siapa anjir?! Lo gak berhak ngubah dekorasi kamar gue, lo gak berhak buat ngacak-ngacak kamar gue. Menjijikan banget tau gak?!" Gue ngomong kasar lagi.

"Luna, gak kasar bisa kan?!" Tanya Daddy.

"Oke, bela aja mereka terus. Mana foto-foto aku, Daddy dan Mami yang lagi berbahagia?"

"Oh, itu. Gue taro di kardus di gudang." Jawab Jeno.

"Keparat. Huh, persetan dengan kalian semua. Gue kira dengan kembalinya gue kesini bisa bikin hidup gue lebih indah. Eh, nyatanya hidup gue semakin kelam. Lo bertiga ambil hak gue, dan jangan lupa lo bertiga mungkin akan menggeser gue secara perlahan." Gue masuk ke kamar baru gue yang bernuansa hijau dan gold. Benar-benar menjijikan.

Gue menyenderkan punggung gue di pintu, tubuh gue merosot gitu aja bersamaan dengan air mata gue yang luruh.

"Mami, aku benci disini. Daddy berubah, Mami tergantikan sama jalang itu, aku gak suka perhatian Daddy ke aku terbagi mami.. Tolong Luna." Lirih gue.

*****
Maap yak feel nya ga dapet, ini adalah karya gue yang paling sad menurut gue. Bodo lah. Vomment ya sayang...

Mya

Daddy•OSHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang