S

1.1K 72 24
                                    

Hai! Apa kabar kalian? Sudah berapa bulan sejak aku terakhir update? Aku kehilangan ide, dan aku punya beberapa masalah juga. Harap maklum ya.
Happy reading!
.
.

Luna terpaku dihadapan Suzy. Begitupun Sehun.
"M-maksudnya?" Tanya Luna.

"Aku hamil, Luna. Kamu akan punya adik lagi." Ucap Suzy dengan senyum yang merekah. Luna menatap Suzy dengan tatapan sengit. 

"Gugurin." Cicit Luna. Ia tahu bahwa perkataannya itu sangat disalahkan. Namun, ada bagian dalam diri Luna yang mengatakan bahwa ada sesuatu yang salah terhadap suzy dan 'kandungannya'.

"Maksud kamu apa Luna?! Kamu gak senang kalau Daddy mu akan punya anak dari aku?!" Suzy yang bodoh, tentu saja Luna tidak senang.

"Luna, jangan kayak gitu. Kamu belajar terima ya, sayang. Bagaimanapun ini tetap adik kamu." Ucap Sehun. Kemana pergi Sehun yang sebelumnya? Bukannya laki-laki itu tahu kalau Suzy merencanakan sesuatu yang buruk terhadap dirinya? Mengapa sekarang ia malah menyuruh Luna untuk menerima itu semua?

"Daddy kenapa berubah secepat ini? Daddy percaya kalau dia benar-benar hamil? Aku rasa itu cuma sandiwaranya aja." Suzy diam-diam menajamkan tatapannya kepada Luna.

"Kamu gak seneng sama kehamilan aku? Aku bisa guguri-

"Nggak, jangan digugurin. Kita rawat anak kita bareng-bareng. Luna, kamu harus coba terima ya." Potong Sehun.

"Cih, dasar drama queen." Decih Luna. Tolong beritahu Luna cara untuk menerima kehamilan palsu wanita itu.

"Kamu tau darimana kalau kehamilan ini sandiwara? Aku punya surat dokternya kalau kamu ga percaya." Luna memutarkan bola matanya saat mendengar tutur kata Suzy.

"Bisa aja kan itu anak selingkuhan lo. Secara gue udah tau kalo lo itu gold digger." Suzy menggebrak meja yang mereka tempati sehingga menangkap perhatian pengunjung restoran. Suzy berdiri dan menuding wajah Luna.

"Jaga mulut kamu Oh Luna. Kalau kamu emang gak suka keberadaan saya dengan Daddy kamu, mending kamu balik ke Australia atau sekalian ikut sama ibu kamu ke ner-

Ucapan Suzy terpotong karena tamparan dari Luna.
"JANGAN BAWA-BAWA MAMI SIALAN!" Luna mengusap air matanya kasar, mengambil tas nya dan pergi meninggalkan restoran.

"Arghh! Anak sialan!" Sehun menatap Suzy, satu sisi ia ingin memarahi Suzy karena membuat Luna menangis dan mengumpati Leona serta anaknya, di sisi lain ia takut Suzy menjadi stress dan dapat membahayakan kandungannya.

Atau kandungan fiktif nya?

Luna masih menyusuri sepanjang trotoar dengan air mata yang masih mengalir. Ia merasa marah dengan Suzy yang dengan lancangnya membawa nama mendiang Ibunda Luna, ia pun kecewa dengan Sehun yang tidak bertindak sedikitpun serta Sehun yang tiba-tiba menjadi lengket lagi dengan Suzy.

Tinn, tinn

Luna mendengar suara klakson itu, namun ia tidak menggubrisnya. Mungkin saja itu klakson untuk orang lain. Ia tidak mau terlalu percaya diri untuk saat ini.

"Woy! Dari tadi gue klakson, lo tuli atau gimana?!" Seru seorang lelaki dengan motor sport hitamnya.

Luna menengokkan kepalanya, mendapati Jeno dengan wajah datarnya yang biasa itu.

"Nangis? Ayo balik." Ajaknya. Luna mengusap air matanya.

"Gue gak sudi ketemu sama iblis macam nyokap lo." Jeno mengernyit.

"Tiba-tiba? Lo ada masalah apa sama nyokap gue?" Tanya Jeno.

"Nyokap lo tuh bikin banyak masalah di hidup gue. Lo gak akan ngerti." Ucap Luna.

"Kenapa? Lo mergokkin dia sama om-om nya? Atau dia ngancem lo?" Bagaimana Jeno tahu soal Suzy dengan pria paruh baya itu?

"Naik, gue bakal jelasin seluk beluk nyokap gue dan Reva. Eksklusif, buat lo." Tanpa berpikir panjang Luna duduk di jok belakang motor Jeno.

DADDY

Motor Jeno terhenti di sebuah café. Luna langsung mengikuti langkah Jeno  untuk masuk ke dalam café tersebut.

"Yo! Bro, gue pesen iced americano sama apple juice, btw private room nya ada yang kosong?."

"Lantai 2, pas deket tangga. Tapi untuk lantai atas harus self service. Jadi lo bisa tunggu pesenan lo disitu dulu."

"Oke, thanks."

"Harus banget di café kayak gini Jen?" Tanya Luna.

"Satu-satunya tempat yang private setahu gua ya disini doang." Balas Jeno.

Setelah pesanan mereka dibuat, mereka langsung berjalan ke salah satu ruangan pribadi yang ada di lantai 2. Bentuk ruangannya sebenarnya tidak terlalu private, hanya cubicle dengan lapisan kaca bening, hanya saja kedap suara.

"Gue males basa-basi, tolong jangan interupsi perkataan gue." Luna berdeham menanggapi ucapan Jeno.

"Gue bukan anak kandung Suzy, gue tahu itu meskipun dia gak kasih tau gue kalo sebenernya gue anak dari sepupu Suzy, kayak yang pernah gue bilang sebelumnya ke lo. Reva bukan adek gue. Gue tau, kalo Suzy punya simpanan yang kebanyakan laki-laki tua yang kaya, dan itu menurun ke Reva. Gue? Gue cuma remaja biasa, beberapa hari lalu gue baru keluar dari pekerjaan haram gue. Lo tau? Gue kurir narkoba, gue ke sel tahanan hampir setiap hari buat anter pesanan klien. Gue juga tau kalo Xiumin dan Jisoo itu mata-mata yang jagain lo-

"Xiumin? Jisoo? Mata-mata? Lo lagi dalam efek narkoba atau gimana? Omongan lo ngelantur."

"Profesi gue sebelumnya emang berhubungan sama narkotika, tapi tetep aja, gue masih punya akal buat gak nyoba. Soal Jisoo dan Xiumin, mereka pake in-ear di sekolah, gue bahkan pernah liat mereka latihan nembak di deket markas gue. Mereka selalu ngomongin lo, bukan ngomong terhadap satu sama lain secara normal, pembicaraan mereka lebih mengarah ke laporan."

"Gue ga yakin."

"Itu semua terserah sama lo, gue udah kasih tau apa yang ada di pikiran gue. Oh ya, hati-hati sama Suzy, jagain bokap lo. Kalo dia hamil, itu anak orang lain, bukan bokap lo." Jeno menyesap minumannya dan meninggalkan Luna sendiri di cubicle itu.

"Suzy, tantenya Jeno? Reva sepupunya Jeno? Xiumin dan Jisoo mata-mata? Suzy hamil anak orang lain? Sebenernya ada apa sama lingkup hidup gue?" Luna bermonolog sambil menatap kosong sisi cubicle.

DADDY

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Daddy•OSHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang