M

2K 124 4
                                    

Saat ini gue udah ada di mobil Daddy. Dari tadi Daddy cuma diem, gak ada ngomong apa-apa. Dia kelihatan stress.

"Daddy.." Gue mengusap pundak Daddy.

"Hm?"

"Daddy kenapa? Kok daritadi diem sih?" Daddy mengalihkan pandangan nya ke gue.

"Gak papa kok sayang. Daddy cuma ada masalah sedikit di kantor."

"Daddy jangan pendam masalah sendiri ya. Daddy bisa cerita ke aku. Meskipun umur aku baru 15, tapi aku bisa kok dengerin cerita tentang masalah orang dewasa." Daddy terkekeh mendengar penuturan ku.

"Gak perlu, kamu lebih baik nikmatin hidup kamu. Daddy gak mau libatin kamu dalam masalah yang Daddy buat sendiri."

Satu yang gue simpulkan saat ini. Daddy sedang mengalami masalah yang besar.

.

Malam ini gue disibukkan dengan beberapa tugas, padahal ini baru hari pertama di kelas 10 buat gue, karena gue masuk belakangan dan gak ikut MPLS.

Ponsel gue berdering, tampak lah penelpon yang gue gak tau siapa. Tapi dengan asal gue langsung angkat.

"Halo?"

"Gimana keadaan lo?"

"Hah? Ini siapa?"

"Yoongi."

"Yugi siapa?"

"Yoongi, gue yakin lo inget."

"Yoongi? Hmm? Oh yang waktu itu ya, anak kolega nya Daddy. Maaf ya kak, saya baru inget."

"Iya. Gimana keadaan lo?"

"Apanya?"

"Waktu itu lo kan alergi, gue denger lo juga kritis."

"Saya bahkan sempat pergi, tapi balik lagi. Itu semua karena mendiang mami."

"Lo balik lagi, bukan karena mendiang ibu lo. Tapi karena Tuhan yang sangat baik, Dia kasih satu kesempatan lagi buat lo untuk hidup."

"Oh begitu ya kak?"

"Hm."

"Kak, bisa gak nadanya jangan datar terus kalo bicara, saya nya takut."

"Kenapa? Gue gak bakal bunuh lo kok."

"Kan kesannya mengintimidasi gitu."

"Oh yaudah. Udah dulu. Lain kali kalo ngomong sama gue ga usah terlalu formal, usia gue sama usia lo gak jauh."

"Ok-" Sambungan telepon terputus begitu saja. Sebenernya Kak Yoongi itu kenapa? Tiba-tiba nelepon, tanya keadaan, dan dapet nomor gue darimana coba?

Pintu terbuka, menampakkan Papi Do dengan sebuah nampan berisi biskuit dan susu.

"Hai.. Lagi apa kamu?" Tanya Papi Do dengan senyumannya yang berbentuk hati.

"Lagi kerjain tugas, Pi."

"Hah? Terus tadi kamu tadi ngomong sama siapa?" Aduh, jangan-jangan Papi Do denger lagi.

"Loh? Emang aku ngomong ya?"

"Tapi tadi kayak suara kamu lagi ngobrol."

"Hah? Enggak kok, Pi. Salah denger kali." Bagus banget akting gue.

"Oh, yaudah. Nih, buat kamu. Papi lanjut kerja ya." Papi Do menaruh nampan tersebut diatas meja belajar gue. Kalo kalian lupa, gue tinggal nya sama Papi Baek, Papa Chan, Papa Kai dan Papi Do.

"Makasih, Pi." Pintu tertutup. Gue pun fokus pada tugas dan cemilan.

Baru beberapa saat gue ditinggal sendiri di kamar, sebuah batu membuat jendela kamar gue pecah. Refleks gue langsung tutup mata dan telinga, sambil meneriaki nama Papa Chan dan Papi Do.

Tak lama kemudian Papa Kai dan Papa Chan masuk ke dalam kamar gue. Papa Chan memeluk gue sedangkan Papa Kai mengecek keadaan kamar, mungkin.

"Kamu luka? Atau ada yang sakit?" Tanya Papa Chan. Menggelengkan kepala aja rasanya sulit buat gue. Gue totally-shocked karena kejadian barusan.

"Siapa sih yang kurang kerjaan pake lempar batu segede ini? Mau ngajak tawuran kah?" Papa Kai mengangkat batu yang berukuran cukup besar tersebut.

"Kita keluar dulu yuk, gimana kalau kita beli kebab di restoran langganan Papa?" Tanya Papa Kai. Bukannya menjawab, gue malah ngeratin pelukan gue dan Papa Chan.

"Ish, bukannya kasih air. Ini malah ngajak makan kebab. Hodob nya lain kali bisa kan?" Protes Papa Chan.

"Kali aja dia laper, si anjir ini."

"Apa?!"

"Apa lu? Baku hantam kita?" Astaga, situasi ini bikin gue malah tambah pusing.

"Harusnya sapuin aja dulu lantainya, banyak pecahan kaca gitu. Ga ada inisiatif sama sekali." Mendengar suara itu gue langsung menolehkan kepala ke arah itu. Om Jongdae, salah satu sahabat Daddy juga. Dia membawa segelas air putih dan memberikannya pada gue.

"Gue punya satu tersangka. Tapi ini menurut persepsi gue. Cuma dia yang berani masuk ke rumah ini apalagi dia pernah kesini sendiri. Saat nyoba bakar rumah ini." Ucap Papa Chan.

"Siapa?" Tanya Papa Kai.

"Lay."

"Lay emang orang yang nekat. Mau laporin cuma, di sekitar sini ga ada CCTV."

"Harusnya dipasang dong, ngaku holkay, pasang CCTV aja gak mampu." Celetuk Om Jongdae.

"Bacot." Papa Chan.


*SUDAH BERAPA LAMA SAYA MENGHILANG?🌚 SESUNGGUHNYA KEHIDUPAN ANAK SMK TUH BERAT, APALAGI BANYAK TUGAS DAN PRAKTEK.*

Daddy•OSHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang