N (Special Author)

2K 119 5
                                    

Hai!!! Apa kabar??? Ada yang kangen gak. Maaf kalo pendek atau ada typo, karena ini ngetiknya pake sistem kebut, hahaha.

3 minggu berlalu, setelah kejadian dimana kaca jendela kamar Luna pecah karena ulah seseorang. Keamanan di rumah tersebut pun diperketat, CCTV di perbanyak.

Namun saat ini Luna duduk sendiri, di kafe. Tanpa Xiumin dan Jisoo yang selalu bersamanya seperti biasa. Ia membuat alasan kalau ia sudah dijemput oleh Sehun, agar mereka lega dan pulang. Namun, sampai sekarang pun Luna masih belum tahu alasan jelas dari Xiumin dan Jisoo yang terus-terusan mengontrolnya.

Sembari menyesap iced vanilla latte miliknya, Luna menatap ke luar jendela. Ia melihat ada seseorang berperawakan tinggi dan lumayan kekar, dengan wajah tampan dan setelan formal. Dia tidak tahu siapa orang tersebut. Namun ia merasa bahwa orang itu sedang mengawasinya.

Luna sedang mencoba untuk tenang saat ini. Menjernihkan pikirannya dan menghindari pikiran negatif soal orang tersebut. Namun pikirannya semakin berkecamuk. Deru nafasnya saat ini tak beraturan, jantung nya pun bekerja dua kali lebih cepat.

Luna kembali melihat orang itu dari luar jendela. Oh tidak, Luna ingin menghilang dari bumi saat ini juga. Orang itu mulai menyebrangi jalan agar dapat sampai ke kafe ini.

Dia tidak dapat berpikir jernih saat ini. Ia bingung harus melakukan apa, untuk menggerakan kakinya saja rasanya dia sudah lemas.

"Luna?" Suara itu membuat Luna terperanjat kaget. Suho, malaikat penolong untuk Luna saat ini. Dia menghela nafas lega.

"Appa Jun?" Appa Jun, panggilan yang dikhususkan untuk Luna. Suho sendiri yang membuatnya, ia merasa cemburu pada Kai, Chanyeol, D.O dan Baekhyun yang dipanggil dengan sebutan 'Papa' dan 'Papi'. Ia membuatnya berbeda dan merasa bangga karena Luna mau memanggilnya dengan sebutan itu.

"Kamu ngapain disini?"

"Uhm, mau minum kopi aja. Appa sendiri lagi ngapain?"

"Rencana nya sih mau ketemu klien, eh pas sampe sini ternyata pertemuannya dibatalin. Appa boleh duduk?"

"Boleh,Appa." Luna melirik sedikit ke arah jendela, orang tersebut menghilang secara tiba-tiba.

Orang tersebut menghilang secara tiba-tiba. Meskipun hal itu belum cukup meyakinkan, entah mengapa Luna sangat yakin jika orang tersebut menarget dirinya sedari tadi.

"Kamu udah makan?" Tanya Suho sambil membolak-balik buku menu dihadapannya.

"Sudah, Appa.. Tadi aku memakan chicken katsu yang dibawain sama Daddy tadi." Suho mengangguk paham.

"Loh, tapi kok kamu sendirian? Yang lainnya ada dimana? Mereka berdua ningalin kamu?" Tanya Suho dengan tatapan mengintimidasi.

"Nggak kok, Appa. Sumpah deh."

"Atau kamu yang berusaha lari dari pengawasan mereka berdua?" Luna bersumpah. Rasanya ia ingin mati.

"Enggak. Aku emang mau santai disini, jadi aku bilang sama mereka untuk pulang aja." Jawab Luna, ia berusaha meyakinkan Suho.

"Oh, kamu belum mau pulang? Udah mau gelap nih. Appa anterin kamu.."

"Beneran?"

"Iya lah, ngapain bohong?" Suho mengelus puncak kepala Luna dan
dari duduknya.

.

Seorang laki-laki tersenyum puas, memandang seorang gadis dengan seragam SMA sedang memasuki sebuah mobil bersama seorang pria yang diketahui sebagai kerabat dari gadis tersebut.

"Bagus. Aku sudah menemukannya. Kita hanya perlu memperlancar rencana selanjutnya dan boom, Oh Sehun akan hancur seketika."

Ia segera meninggalkan kawasan tersebut dan kembali ke rumahnya. Selama di mobil pun pikirannya hanya fokus pada rupa Luna yang fisiknya hampir sempurna, beberapa bagian Leona terlihat jelas disana.

Koo Junhoe, laki-laki itu tersenyum bangga. Ia juga merancang beberapa rencana yang sangat licik, demi mendapatkan Luna untuk tinggal bersamanya.

.

Xiumin dan Jisoo menunduk, tidak berani untuk menatap Gerald dan Sofia. Ah, kalian pasti lupa dengan Sofia dan Gerald, teman Chanyeol dan yang lainnya saat SMA, yang berprofesi sebagai detektif dan hacker.

"Kalian mikirin gak, apa yang terjadi kalo sampe salah satu musuh Sehun berhasil dapetin Luna? Kalian harusnya gak seceroboh ini." Sofia menghela nafasnya.

"Gimana bisa kalian biarin dan percaya Luna pergi dengan begitu aja, kalian sangat yakin sama alibinya yang menyebut kalo Daddy nya udah dateng?"

"Maaf kak, tapi aku yakin kok, Luna baik-baik aja. Karena aku baru cek lokasi nya saat ini. Dia ada di rumah Kak Chanyeol." Mereka menghela nafas lega.

"Kakak gak mau ya, ada kecerobohan lain kayak gini." Xiumin dan Jisoo mengangguk paham dan meninggalkan ruangan itu.

.

Sehun menatap sebuah paper bag berwarna navy blue, yang Luna katakan, bahwa paper bag itu adalah titipan dari neneknya, Ibunda dari Leona.

Sudah lewat sebulan, ia baru tertarik untuk membuka dan melihatnya.

Dengan ragu-ragu ia membuka paper bag tersebut. Sebuah syal rajut berwarna abu-abu yang ada nama Sehun, Luna dan Leona di syal tersebut, juga ada sebuah amplop didalam paper bag itu. Sehun bisa menebak, bahwa isi dari amplop itu adalah surat.

Teruntuk Oh Sehun,
Suami dari mendiang anak ku, juga ayah untuk cucu ku.

Apa kabarmu saat ini nak? Apakah baik-baik saja, sudah lama sekali ibu tidak mengirim surat untuk mu. Apa pendapatmu soal syal itu? Ibu membuatnya sendiri, ibu harap kau akan menyukainya.

Ibu mohon pada mu, tolong sayangi dan jaga Luna sebaik mungkin. Jangan biarkan ia menghabiskan waktu remaja nya dengan kurangnya perhatian dari mu sebagai ayah kandungnya. Percayalah, Leona juga menjaga Luna dan diri mu, meskipun tidak langsung.

Canberra, 12 Juli 2018

Tatapan Sehun saat ini sangat kosong. Bahkan dihatinya ada sepercik rasa ragu. Iya, ragu. Karena perkataan Junhoe (June) waktu itu. Ia menjadi tak sepenuhnya yakin kalau Luna adalah anak kandungnya.

Namun, Sehun tetap berusaha untuk meyakinkan diri dan percaya bahwa Oh Luna adalah anak kandungnya dan Leona. Meskipun ia tidak menjalani kewajibannya untuk menjaga anaknya selama 7 tahun.

Daddy•OSHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang