C

4.1K 225 13
                                    

Rahang Daddy mengeras, dia menatap gue dengan tatapan tajamnya. Daddy gak pernah kayak gini sama gue, ini pertama kalinya. Gue bener-bener kecewa.

"Jadi, mulai sekarang lo gak boleh ngambil Una tanpa seizin kita. Lo udah bikin dia tersiksa, bahkan dalam kurun waktu kurang dari 12 jam." Ucap Papi Do dengan ekspresi nya yang kalem seperti biasa.

"Gue lebih berhak atas Luna daripada kalian! Gue tanggung jawab karena gue ayahnya!" Tegas Daddy. Halah, I don't think about your responsibility.

"Lo bikin dia tersiksa, hak lo atas Luna itu jadi gak berguna anjir!" Balas Papa Kai.

"Udahlah, gini aja. Biar adil kita langsung tanya sama Luna. Biar bagaimanapun dia udah berusia 15 tahun, dia sudah cukup dewasa untuk mengambil sebuah keputusan." Ucap Papa Chan. Sayang Papa Chan.

"Gini, Una sayang. Daddy bakal kasih kamu mobil, makanan enak setiap hari, ada ibu yang bakalan jagain kamu, dan banyak barang mewah disini. Kalo kamu sama Daddy, kamu bakalan dapet uang jajan yang banyak dalam sehari, belum lagi tambahan yang daddy kasih tiap minggu." Daddy menghela nafasnya sejenak.

"Tapi, kalo kamu mau tinggal sama mereka ya. Daddy cuma bisa kasih kamu ponsel dan uang bulanan yang sudah ditentukan jumlahnya. Itu sudah termasuk biaya makan kamu dan kebutuhan yang lain. Sekolah kamu sudah Daddy daftarkan." Ya gue pilih tinggal sama Papa dan Papi gue lah. Uang segitu udah lebih dari cukup buat gue. Gue lebih butuh kasih sayang daripada harta.

"Una pilih tinggal sama Papa dan Papi Una lah. Buat apa tinggal sama Daddy kalo ujung-ujungnya tiap hari berantem terus sama si ular. Nih, dari Nenek aku yang gak tau kalo Daddy nikah sembarangan." Gue memberikan paper bag itu dan mengajak Papa dan Papi buat pergi dari sana.

"Oke, kalo itu mau kamu. Kamu boleh pergi, pintu akan terbuka kalo kamu mau pulang." Ucap Daddy dengan nada dinginnya.

Daddy benar-benar berubah, diusia 36 tahun, harusnya dia tau kalau anaknya masih perlu beradaptasi. Dan tidak menyukai orang baru di rumah ini.

Gue melirik tajam ke arah Reva dan si Uler yang lagi ngintip, ketawa-ketawa pelan sambil tos-an ria. Wah ini jadi semakin menarik. Ada yang salah dengan ini semua.

"Oke, tapi demi menjaga keamanan Daddy, aku mau aku ada di sekolah yang sama dengan si 'Anak uler' itu. Dan aku juga bakalan pulang, mungkin secara mendadak." Gue tersenyum sinis dan meninggalkan rumah itu.

📌Papa Chan's House

Wah rumahnya benar-benar nyaman. Terakhir gue kesini pas masih balita, udah banyak yang berbeda. Ada sebuah rumah pohon di kebun belakang yang luas itu, kolam renang indoor, arcade game, ruang keluarga yang nyaman, dan dapur yang klasik. Jumlah kamar di rumah ini ada 7 (5 kamar utama dan 2 kamar tamu), 1 ruangan musik, 2 ruang perpustakaan dan komputer, 6 kamar mandi. Sepertinya gue bakalan betah disini.

"Gimana? Kamu udah liat kamar kamu kan?"

"Udah, bagus banget. Kayak tau aja aku suka warna dark grey dan hitam. Aku suka walk in closet nya. Tapi isinya banyak banget coat, long coat, kemeja flanel, dan itu semua barang cowok."

"Itu adalah rancangan Daddy kamu dulu, kita kan tinggal bareng disini pas kamu di Australia. Kamar yang kamu tempati itu adalah kamar Daddy. Dan pakaiannya masih banyak disini. Kamu baru tau kan?" Balas Papa Kai.

"Kalian gak ada rencana buat menikah gitu?"

"Ada lah, tapi nanti umur 40. Beda sama Daddy kamu yang dijodohin, baru umur 20 tahun aja udah punya anak. Sekarang, dia umur 35 tahun anaknya udah remaja." Papa Chan tertawa. Suaranya itu loh. Mereka gak kelihatan tua sama sekali, seperti anak kuliahan. Umur mereka sudah 35 keatas padahal.

"Nah, sekarang mending kamu cuci muka, ganti baju dan tidur. Besok kita harus habisin waktu bareng-bareng seharian." Ucap Papi Do. Gue mengangguk lalu berlari ke kamar gue.

Ahh, ternyata disini lebih baik daripada di rumah Daddy. Jauh lebih baik.

"Mami, cinta pertama ku memang Daddy. Tapi kini aku sudah menemukan cintaku yang lain. Aku cinta pada 4 orang sekaligus, aku belum pernah jatuh cinta dengan laki-laki sebaya ku. Atau bahkan senior ku yang tampan-tampan. Papa Chan, Papi Do, Papa Kai dan Papi Baek. Mereka cinta ku, mereka akan memberi ku kasih sayang yang hilang dan yang seharusnya aku dapatkan dari Daddy."

5 hari lagi gue masuk ke sekolah baru. Besok Daddy akan mengirimkan keperluan sekolah gue, gue harap Daddy datang sendiri.

Gue mau habisin waktu sama Daddy.

Itu aja. Tanpa keluarga barunya.

Gue memejamkan mata dan terlelap begitu saja.

📍06.43 AM

Gue merasakan elusan di kepala gue, serta ada tangan yang melingkar di pinggang gue. Hal itu berhasil membuat gue membuka mata.

"Morning, ayo sayang bangun. Kita sarapan bareng." Ucap Papi Do sambil tersenyum dengan tangannya yang masih mengelus kepala gue.

Kalo kalian bertanya 'apa gak risih digituin?' jawabannya adalah 'tidak' karena Papi Do sangat memiliki jiwa seperti ayah yang penyayang. Terasa nyaman banget.

Gue melirik Papa Kai yang lagi membuka gorden dan Papi Baek yang meluk gue. Hidup gue dikelilingi laki-laki dengan sifat penyayang. Seneng.

Gue terbangun dan segera ke kamar mandi untuk mandi, keramas, sikat gigi, dan pakai baju.

Setelah melakukan itu semua, gue langsung ke meja makan.
"Nanti jam 10, Daddy kamu mau nginep disini. Dia mau berdua doang sama kamu, dia minta maaf. Nangis lagi, dia katanya gak bermaksud. Jadi besok malem kita harus marathon film bareng." Gue tersenyum lebar, oke gue seneng banget hari ini

Jadi hari ini, gue gak boleh terlalu ngegas, bicara baik-baik, peluk Daddy seerat-eratnya, dan ungkapin seberapa kangennya gue sama Daddy.

"Ayo, Papa tau kamu seneng. Jadi makan yang banyak." Gue melahap makanan gue dengan cepat.

Mami, Una akan coba ambil Daddy kembali ke pelukan Una. Seutuhnya, dengan cara yang baik. Bukan cara busuk.

*****
HAI!! PENDEK YA? HEHEHEH MAAF YAAA. CUMA 950 WORDS DOANG. VOMMENT JANGAN LUPA YA..

Daddy•OSHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang