G

3K 167 11
                                    

Kali ini gue tidur di sebelah Daddy, ia memutuskan untuk menginap disini karena besok dia akan sangat sibuk di kantornya mengingat ada beberapa pekerjaan yang dia tinggalkan karena mengambil libur hari ini. Meskipun ia CEO, tetap saja dia memiliki pekerjaan. Bahkan kata Daddy pekerjaan CEO lebih banyak dan lebih membutuhkan ketelitian. Karena kalo salah sedikit bisa menimbulkan masalah.

"Tangan Daddy gak pegel emangnya kalo jadi bantalan kepala aku kayak gini?" Tanya gue, udah 2 jam lengan atas Daddy gue jadiin bantalan.

Bukan, bukan gue yang minta. Daddy maksa gue, karena dia kangen gue.

"Nggak lah, sayang. Daddy masih muda. Kalo umur Daddy udah lebih dari 50 tahun, kamu baru bisa nanyain hal itu ke Daddy." Daddy tertawa, hadue ganteng.

"Hummm.."

"Daddy, aku mau nanya boleh?"

"Una mau tanya apa?"

"Kalo Daddy tau si Suzy mau ambil perusahaan Daddy, kenapa Daddy gak langsung cerai sama dia?"

"Daddy mau bikin dia tahu diri dulu, juga mengenai masalah anak-anaknya. Biar Jeno masuk ke dalam penjara, karena kasus narkoba. Biar Suzy dipenjara karena kasus ini. Dan Reva yang terkena kasus prostitusi."

"Ribet banget, dia baru 16 tahun aja udah kayak gitu sih Dad?"

"Udah jangan dipikirin, kamu masih bocah." Bocah? Hum.

"Ish, Dad kan aku penasaran gitu." Bujuk gue sambil goyang-goyangin tangan Daddy yang lagi gue pegang.

"Tidur sana, besok kamu mulung." Ada yang mau jadi anaknya gak? Bawa balik gih. Bapak gue banyak.

Gue pindahin kepala gue dari tangan Daddy ke bantal. Gue pun memejamkan mata. Tapi gue ga bisa tidur.

Gue laper. Tapi kalo makan malem nanti gue bisa gendut. Gimana dong ini?
Gue bolak-balik selama 2 jam, berbeda dengan Daddy yang udah tidur pulas.

"Ish, anjir." Gue mengikuti ego gue buat makan.
Gue berjalan keluar kamar buat ngambil sekotak susu dan 2 potong kue yang tadi gue beli sama Daddy.

Sepi.

Gue ngebuka kulkas, dan masukin kepala gue di dalem rak kulkas. Adem juga. Ehe.

"Kamu ngapain?"

Dukk,

Kepala gue terbentur karena denger suara Papi Do.
"Astaga. Papi Do. Aku kaget." Terkejoed aku.

"Maaf, sayang. Kamu ngapain belum tidur, ini udah malem." Tanya Papi Do, itu matanya bulet banget. Jadi inget pororo.

"Ga ngantuk,Papi." Jawab gue santai.

"Tutup mata lah, nanti juga tidur." Ngomong nya kayak gampang gitu ya. Hmm.

"Nah itu dia, merem bisa. Tidur ga bisa." Gue tersenyum kecil.

"Aku mau minum susu sama makan kue. Papi Do mau?" Gue sok-sok nawarin. Ehe.

"Nggak deh, kamu laper gak?" Gue mengangguk sebagai jawaban. Lumayan sih, oh iya gue kalo laper ga bisa tidur. Ehe.

"Yaudah, duduk. Papi mau masak chicken cream soup sama cheezy-ham potato." Kayaknya enak tuh ( ͡° ͜ʖ ͡°)

Papi Do berkutat dengan beberapa bahan makanan serta peralatan dapur nya. "Papi, mau Luna tolongin sesuatu?" Tanya gue.

"Gak usah, mending kamu siapin minum buat kita berdua aja. Apa aja, asal minuman hangat, bisa teh atau susu, tapi gak boleh kopi."

"Yah, kenapa?" Papi Do menatap gue sebentar.

"Kalo kamu gak tidur, nanti kamu sakit." Gue cuma mengangguk pelan dan menyiapkan teh hangat untuk gue dan Papi Do.

Setelah kurang lebih 15 menit makanan pun siap, beserta minumannya juga.

"Ayo makan." Gue menatap makanan berbentuk kubur ini, sumpah? Ini gede banget porsinya.

Gue mulai menyuapkan makanan tersebut ke dalam mulut. Wow! Ini enak banget!

"Papi.. Papi kan sukses, pinter masak, penyayang, trus juga ganteng. Gak ada niatan buat nikah gitu?" Tanya gue.

"Cari wanita yang benar-benar tulus di masa-masa kayak gini itu lagi susah. Kita gak tau mana yang beneran dan mana yang dibuat-buat."

"Kamu tau? Suzy itu salah satu wanita blacklist Papi, juga Chanyeol, Baek, sama Kai. Dia pintar memasang topeng di hadapan Daddy kamu, tapi dia bodoh dalam melakukan sandiwara di depan kita." Lanjut Papi Do.

"Kalian ngapain?" Tanya Daddy yang tiba-tiba dateng. Anjir. Ini kira-kira Daddy denger gak ya?

"Uhm, a-eng-nggak.. Kita lagi makan aja sambil ngo-ngobrol biasa." Ow may gawddd.. Ini kenawhy gua pake gugup segala?

"Kok kamu gak tidur?" Daddy natap gue tajam. Awto dimarah.

"Laper."

"Kenapa gak bilang Daddy?"

"Daddy udah tidur, kesian."

Daddy mengusap puncak kepala gue. "Lain kali bilang, Daddy sampe panik kamu tiba-tiba hilang. Daddy kira kamu-" Daddy tiba-tiba menghentikan ucapannya.

"Aku kenapa Dad?"

"Daddy kira kamu kabur." Gue cuma ber'oh' ria.

"Ya kali, Dad. Yaudah, Daddy mau makan juga? Ini makan punya aku."

"Daddy gak laper sayang." Gue mengangguk dan melanjutkan acara makan gue.

"Daddy besok pagi kerja kan?" Tanya gue.

"Cuma tanda tangan berkas. Oh iya, besok malem kamu harus temenin Daddy ya. Kita ke acara makan malam sama investor Daddy. Mereka penasaran sama anak Daddy."

"Okay, terus pakaiannya? Gaun? Kemeja? Baju santai?"

"Formal, which means you have to wear a gown. Nanti kita ke butik."

"Dyo, nanti lo ajak Chan, Baek sama Item juga."

"Oke." Papi Do mengangguk, kami pun melanjutkan makan. Aku memaksa Daddy untuk makan, dan.. Dia menyukainya.
Harus ku akui, masakan Papi Do sangat enak.

"Udah? Kalo udah taro peralatan makannya di wastafel, nanti Papi yang cuci." Gue cuma mengangguk.

"Yuk tidur, udah mau tengah malem. Minum air putih dulu." Daddy menyerahkan segelas air putih, dan menyuruhku meminumnya.

Daddy merangkul ku untuk menuju kamar, "Good night, Papi Do." Papi Do tersenyum dan membalas dengan ucapan serupa.

*****

Hai seyeng!!! Apa kabar? Akhirnya aku punya ide untuk cerita ini. Yang telah lama jadi bangkai.
.
HABEDE SUHOLKAY! WISH YOU ALL THE BEST! TAHUN DEPAN YOU KUDU WAMIL YEE. SEMOGA SATU DISTRIK SAMA SUAMI GUA SI XIUMIN. EHEHEH.
.
LEBARAN BERAPA HARI LAGI DAH?
SUDAH LAH, SEMANGAT PUASANYA YA KALIAN!!!!

Daddy•OSHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang