B

4.6K 237 3
                                    

Mentari telah menghilang tergantikan oleh sinar bulan yang tertutupi oleh awan.

"Woy, disuruh ke meja makan sama Papa." Ucap Reva, gue jijik sama dia. Sumpah demi apapun, berlagak manja dan tampilannya bitchy.

Gue mengikat rambut gue asal dan langsung ke meja makan.

"Ayo kita makan, Luna." Ajak Suzy. Huh caper lo bangke.

"Nah Reva sama Jeno juga makan. Kalian suka Hot Spicy Chicken nya kan? Ini juga banyak kok udang sambal tomat nya." Ucap Daddy pada kedua anak itu. Perhatian Daddy bahkan sudah beralih ke mereka.

Gue menatap ke seluruh makanan ini, semuanya ada cabenya. "Daddy lupa kalo aku benci makanan pedes? Daddy gak inget aku alergi seafood? Hidup Daddy udah di kendaliin sama mereka rupanya. Aku delivery order aja," Gue membanting sendok dan garpu keatas piring yang menimbulkan dentingan yang cukup keras.

"Luna! Harus berapa kali Daddy bilang kalau kamu harus sopan?!"

"Daddy juga gak sopan kan? Sadar diri lah, Dad. Daddy nikah seenaknya dengan wanita yang bahkan gak tau asal-usulnya dari mana. Dia juga bawa 2 anaknya ini yang bikin perhatian Daddy ke aku teralihkan. Daddy sadar gak?!"

"Udah, Kak. Dia belum bisa nerima aku, aku bakalan terima kok. Itu hal yang wajar." Cih dasar wanita ular. Mending kalo punya 2 muka sumbangin aja ke yang membutuhkan.

"Cih, bukan belum. Tapi gak akan pernah, dan gak akan ada wanita yang bisa gantiin posisi Mami di hati aku. Daddy egois tau gak?!"

"Hai? Um, om ganggu ya?" Gue menengokkan kepala gue. Ada 4 orang disana, semuanya laki-laki.

"Halo, kamu pasti Luna. Nama Om Chanyeol, ini Om Kai, ini Om Dyo, dan ini Om Cab-, um maksudnya Om Baekhyun. Kamu inget gak, waktu kita berlima ke Paris bareng?" Gue masih inget-inget, Om Chanyeol? Om Kai? Om Dyo? Om Baekhyun?

"Om Chan? Om Kai? Om Do? Om Baek?! Astaga. Aaaa aku seneng banget!!" Gue memeluk keempat sahabat Daddy itu. Duh, kangen banget sama mereka.

"Duh, Om kira kamu bakalan lupa sama kita berempat." Ucap Om Baek. Duh Om Baek imut parah, Om Do kalem banget masih kayak dulu, Om Kai perutnya keras pasti ada abs nya, Om Chan ganteng banget baby face but suaranya manly banget.

"Boleh gak kalo aku panggil Om Baek, Om Chan, Om Kai dan Om Do dengan sebutan Papi dan Papa?" Mereka saling menatap, setelah itu mengangguk.

"Boleh sayang, boleh. Kan kamu anak kita juga."

"Bawa aku pergi dari sini, Papa Chan.. Aku gak suka disini." Papa Chan menatap Daddy.

"Gak boleh! Kamu baru pulang." Bukan Papa Chan, tapi Daddy. Benar-benar egois.

"Huh? Kurang dari sehari disini aja udah bikin aku gila. Keegoisan Daddy dan kecewanya aku masih dalam kadar yang tinggi." Ucap gue tajam.

"Lo tau diri dikit kek, udah dikasih tempat tinggal ngelunjak." Kata Reva. Yang ada lo yang numpang anjeng.

"Cocok banget ya kalian, mama nya ular, anak nya ular juga. Sok baik di depan, busuk banget di belakang. Gue gak tau ya, jalang yang Daddy pilih ini pake pelet apaan? Apa mungkin perusahaan Daddy bakal diambil alih juga sama anak-anak ini. Cih, benar-benar gila." Gue tersenyum sinis.

"Kamu egois banget ya, Luna? Ini hasil dari 7 tahun kamu di Australia? Itulah akibat dikasih kebebasan disana. Kamu bahkan gak ngerti caranya sopan santun sama orang lain."

"Daddy sendiri yang buat aku kayak gini. Aku udah bilang kan kalo yang egois itu Daddy bukan Aku? Mereka dengan semena-mena, ngubah hidup aku, ubah lingkungan dan suasana hidup aku, mungkin suatu saat nanti otak aku bakalan kecuci sama akal busuk mereka." Kata gue, Daddy berdiri dan menghampiri gue, Papi Do pun menarik bahu gue dengan lembut dan membuat gue ada di belakangnya dia.

Dengan tatapan kalemnya, Papi Do bilang, "Lo emang egois,Hun. Jangan salahin anak lo. Lo tau kan dia butuh lo buat gantiin 7 tahunnya yang dia jalanin tanpa lo. Lo juga gak minta izin sama dia, bahkan keluarga Leona di Australia aja gak tau. Leona sudah pasti jauh lebih baik dari wanita yang lo temuin di Club ini."

Daddy memukul Papi Do dengan tinjuannya, "Papi Do! Daddy! Stop! Ayo, Papa, Papi. Ke kamar aku aja, aku benci suasana kayak gini. Dan buat kalian bertiga. Misi pertama kalian selesai, bikin Daddy termanipulasi dan lupa akan anak kandungnya. Benar-benar makhluk pencuci otak."

Gue menuntun Papi do dibantu dengan Papa Kai untuk ke kamar gue.

Saat sampai di lantai 2, Papi Baek ingin membuka pintu kamar Reva yang dulunya kamar gue.

"Papi, bukan itu kamar aku. Itu tuh yang pintu warna putih." Gue menunjuk kamar baru gue dengan dagu gue.

"Sejak kapan kamar kamu berubah tempat?" Tanya Papa Chan.

"Sejak 3 titisan ular itu kesini. Menjijikan banget ya?" Gue tertawa sinis.

Sesampainya di kamar gue, Papa Chan menyuruh gue mengambil kotak P3K yang ada di meja gue. Papi Baek mengambil sebuah baskom berisi air, gue juga udah nyiapin handuk kecil berwarna biru.

Gue meringis pelan ketika melihat lebam pada pipi Papi Do. Dia begini karena lindungin gue. Mami, Una bangga punya Om yang baik-baik.

"Kamu gak papa kan, Na?" Tanya Papi Do.

"Aku gak apa-apa, Papi Do diem aja ya tiduran disini. Nanti aku tidur di sofa, Papi Baek, Papa Kai, Papi Do sama Papa Chan tidur di kasur ini sama kasur pompa ya."

"Nggak, kamu tinggal di rumah kita. Papi gak mau kamu tersiksa disini." Ucap Papi Baek yang tiba-tiba masuk, meski kelihatannya cute, Papi Baek ini manly banget loh.

"Nanti aku tidur di sofa aja kalo gitu." Ucap gue.

"Kamar di rumah kita ada banyak, kamu santai aja ya sayang. Kalo perlu kamu ganti marga aja. Jadi Park Luna mungkin? Atau Kim Luna atau Byun Luna atau Doh Luna Soo. Hahahah" Jadi tambah sayang. Papa Chan terbaik lah.

"Makasih, aaa.. Sayang deh. Gak nyesel Una ke Jakarta kalo ada kalian." Gue beruntung, karena mereka. Gue sial karena harus melihat Daddy dengan wanita lain dan anaknya yang lain.

Gue mulai mengemasi barang-barang gue setelah selesai mengobati Papi Do. Good bye, Daddy. Mungkin, setelah Mami meninggal kita memang tidak ditakdirkan untuk bersama selamanya. Itu sudah terbukti, ada 3 orang baru yang tidak diketahui asal-usulnya dengan mudah masuk dalam kehidupan Daddy.

Gue menulis catatan untuk Daddy. Dan menaruh itu didalam paper bag berwarna navy yang tadi diberikan oleh Nenek untuk Daddy.

"Udah siap? Ayo pergi." Papa Chan menggandeng tangan ku. Sedangkan Papi Baek dan Papa Kai membawakan koperku. Papi Do? Dia berjalan sendiri, dia akan bicara sama Daddy.

*****
Aduh yaa ampun.. Makin absurd yya? Maap ya maap. Vomment please:))) thx for read this story as an appreciation for me.

Daddy•OSHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang