Chapter# 7

1.1K 95 34
                                    

Happy Reading
⬇⬇⬇







_

Aku tidak tahu apakah semua yang kami lakukan adalah sebuah mimpi, tetapi untuk mengingatnya saja telah sukses membuat pipiku bersemu merah. Mataku telah jernih untuk melihat hari yang ternyata sudah semakin siang dan aku bahkan belum beranjak dari bawah selimut. Dibawah selimut? Seketika tanganku terangkat perlahan melihat keadaan tubuhku yang ternyata begitu polos tanpa sehelai benangpun menutupinya, bibirku lagi-lagi tersenyum tanpa sadar dan aku semakin merekatkan selimut pada tubuhku, jadi semalam Yoona benar-benar menyentuhku, kami melakukannya.. aku kembali tersenyum untuk mengingatnya, meskipun aku sedang hamil dan sudah pasti kami telah melakukannya tetapi entah kenapa kelembutan setiap sentuhan yang diberikannya semalam begitu luar biasa dan aku tidak bisa menutupi perasaan bahagia dalam diriku.

Setelah merasa benar-benar tidak waras karena bibir ini tidak berhenti tersenyum aku mulai membawa selimut menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dari peluh yang tersisa setelah olahraga segar semalam. Aku selalu saja terkikik bagai orang gila.. hehhh!!

Setelah sekitar dua puluh menit menyejukan diri dibathub aku beranjak berganti pakaian dan rasa lapar membuatku tidak sempat menggulung rambut basahku dengan handuk. Setelah keluar kamar mataku mengedar namun aku tidak menemukannya dimanapun dirumah bergaya mediterania kami jadi kupikir dia sudah pergi kekantornya, kakiku terhenti didepan meja makan setelah mataku berbinar melihat beberapa menu sehat terhidang diatas meja namun yang benar-benar membuatku berbinar adalah sebuah note dibawah gelas berisi susu yang biasa kuminum "Makanlah yang banyak tetapi maaf jika sudah dingin, aku tidak tahu kapan kau terbangun tetapi aku ingin membuatkanmu sarapan" Aku selalu tersenyum untuk apa yang dilakukannya, sejak kejadian dirumah Eomma, Yoona benar-benar bersikap manis padaku. Aku menyimpan note itu dan segera duduk lantas memakan yang sudah suamiku buatkan tidak masalah jika ini sudah dingin karena sikapnya sudah menghangatkanku lebih dari apapun.

"Kenapa kau begitu pandai memasak..". Aku tidak bisa membohongi lidahku jika masakan suamiku tidak kalah enaknya dengan masakan Eomma. Sungguh dia adalah suami idaman.

Aku kembali menyesap kuah yang memenuhi sendok supku, sangat nikmat, membuatku merasa ingin terus memakannya jika tidak ada rasa kenyang, huhhh.. dia berpotensi membuat berat badanku naik.

Jessica Side's Off

Jessica yang masih menyesuaikan rasa kenyangnya tiba-tiba terusik oleh salah satu pelayannya yang membawakannya telfon. Jessica dengan posisinya yang masih sama menerima telfonnya namun tiba-tiba wajahnya sedikit kesal karena permintaan dari sebrang sana.

"Kenapa harus aku?" Jessica masih berusaha menguak alasan kenapa harus dirinya yang melakukannya. Karena sungguh ini adalah hal yang tidak disukainya jika menyangkut tentangnya

Agak tidak rela Jessica menjawabnya, tetapi permintaan disebrang sana membuatnya tidak tega untuk menolak.

"Ne! Akan kupaksa datang" Akhirnya Jessica mendengus kesal karena permintaan penuh mohon itu tidak bisa ditolaknya dengan begitu saja. Kemudian setelah sambungannya terputus Jessica memberikan telfonnya pada pelayannya dan beranjak kekamar untuk bersiap-siap.

Delapan puluh menit kemudian Jessica sudah melangkahkan kakinya dilorong mewah yang menghubungkannya dengan salah satu ruangan yang sudah terdapat seorang wanita paruh baya dan dua murid yang terduduk saling melempar tatapan kebencian . Dengan anggun dan berkelas Jessica duduk disamping wanita yang melihatnya dengan rasa tidak enak

"Apa yang sudah dilakukannya?" Jessica tidak suka membuang-buang waktu untuk adiknya yang tidak pernah bersikap hangat padanya, ekor matanya melirik tajam pada gadis yang melipat tangannya tidak peduli

IndestructibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang