Chapter# 40

1.1K 107 66
                                    

Happy Reading

.
.
.
















_

Matanya memerah tapi tidak setetespun airmatanya jatuh. Gurat kebencian terlihat jelas.

Masih ditatapnya tajam sepasang mata yang tak kalah tajam namun tersirat kesedihan. Callistha meremas sisi sofa yang didudukinya. Kesal, marah juga kecewa bercampur menjadi satu rasa yang menyesakan. Siang kemarin ketika ia akan menjalani Kemoterapi, Dokter yang merawatnya terlihat tengah menjelaskan keadaanya pada Ayahnya. Seketika ia merasa marah karena Ayahnya selalu mencampuri kehidupannya

"Tidak sedikitpun aku mengharapkan Aboeji!". Suara nan tajam menghunus jatung Seong Il yang sekuat tenaga menjaga keadaannya agar tidak lepas kendali.

Entah harus dengan apalagi Seong Il mengatakan, bahwa ia sangat sayang dan peduli pada putrinya. Kebencian Callistha semakin besar ketika kejadian dirumah ketika itu.

"Sayang dengarkan Appamu nak, dia hanya ingin yang terbaik untukmu. Dia begitu menderita bahkan selalu menangis ketika menceritakan tentangmu". Mata tajam Callistha melirik pada wanita baya yang sejak tadi terduduk disisi Ayahnya, memegang lengan Ayahnya seakan sedang menjaga Ayahnya dari luapan emosi.

Hal yang sangat dibencinya, berkat wanita ini, kehidupannya hancur, Ibunya pergi meninggalkannya selamanya dan Ayahnya tidak lagi menyayanginya seperti dulu karena putra yang diidam-idamkan sudah mampu membuatnya terlupakan dari hidup Ayahnya, lalu bagaimana bisa? Ia mempercayai ucapan yang tidak terbukti selain dirinya selalu dilarang melakukan hobinya.

"Jangan buka mulutmu dihadapanku. Kau dan putramu yang membuat semuanya menjadi seperti ini.. masihkah kau punya malu memohon padaku". Seong Il hampir menyerukan suara protesnya jika saja tangan Soo Jin tidak menahannya. Bagaimanapun ia diperlakukan buruk oleh putri tirinya, tidak pernah terbesit untuk membenci putri kecilnya yang sebenarnya lembut

"Ketika itu yang kupikirkan hanya membuat Yoonaku bahagia, aku takut Yoona merasa terkucilkan oleh teman-temannya karena tidak memiliki Appa. Aku begitu saja mengikuti Appamu ketika dia membawa kami pada keluarganya". Soo Jin tidak menangis, hanya matanya memerah dan suara yang terdengar penuh penyesalan.

Callistha menajamkan sepasang iris rusanya. Hatinya sudah mendidih hanya sekedar membayangkan Ayah dan Ibunya bertengkar hebat karena kehadiran Soo Jin dan Yoona kecil. Satu kedipan berhasil meluruhkan setetes bening hangat yang langsung dihapusnya. Ia tidak akan lupa awal semuanya menjadi menyakitkan.

"Karena kau wanita yang egois. Kau tidak memikirkan perasaanku dan Eomma. Kau tidak pergi bahkan setelah Eomma meninggal".

"Chae Ah-ya geumanhae_ Semua salahku, berhenti menyalahkan Soo Jin dan Yoona"

"Aku tidak akan berhenti menyalahkan mereka. Lebih baik kalian pergi dari rumahku". Callistha berdiri. Sudah tidak ada gunaya ia terus mendebat kedua orang dihadapannya karena pria yang merupakan Ayahnya terlampu mencintai Istri dan Putranya

"Apa yang harus kulakukan agar kau mau memaafkanku". Seong Il masih terduduk. Wajahnya menengadah pada paras Putrinya

"Sudahlah, lebih baik Aboeji kembali ke Seoul".

"Eomma mohon sayang".

"Kau ingin menjadi ahli warisku? Akan kulakukan". Callistha kembali duduk sembari mengumbar tawa remeh. Sudut matanya terlihat mengejek pada kalimat yang Ayahnya ucapkan

IndestructibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang