Chapter# 33'Tears'

1K 104 19
                                    

Happy Reading

.
.
.












_

Sepasang kelopak tertutup bergetar dengan air mata yang keluar dari sudut matanya. Sekuat apapun ia berusaha menghalau derai bening itu, air matanya tidak ingin berhenti, ia lemah, ia rapuh, ia sakit pada setiap inci tubuhnya. Bayangan-bayangan masa itu membuatnya semakin sulit bernafas. Ia sudah mengingatnya! Ingatan tentang Yoona dan hidup bersama, ya,, Jessica sudah mengingat semuanya tentang Yoona.

Jessica membuka kelopak beratnya, menatap langit-langit kamar yang seakan menampilkan memori tak berhati. Debit air matanya semakin naik mambuatnya sulit sekedar bernafas. Ia berguling memposisikan tubuhnya menghadap jendela, menggigit ujung jari telunjuk dan kuku ibu jarinya guna meredam suara yang ditimbulkan akibat tangisannya. Semua bayangan yang hadir seakan menyiksanya, menjatuhkan pada penyesalan yang teramat dalam. Ia ingin teriak menolak semuanya, namun pada siapa? Tuhan? Tuhan bahkan sedang menghukumnya begitu perih. Lantas bisakah ia berharap satu kesempatan.. kesempatan untuk menebus segala sesalnya terhadap sang pria rusa

Jessica mengabaikan dering ponselnya. Memang sejak dua hari setelah hari itu Jessica memutuskan pergi dari Rumah, dan tidak memberitahu siapapun perihal tempat tinggalnya hingga mungkin menimbulkan kerisauan pada orang-orang terdekat yang masih berusaha menghubungi guna mendapat kabar agar hati tidak risau.

"Hik hik__". Sisi bantal sudah terlihat basah karena air mata yang tak kunjung ingin berhenti.


Flashback On


Sejak kejadian kemarin dimana Yoona dan Jessica terlibat pertengkaran yang membuat kebisuan tanpa bantahan. Yoona akan pergi dan pulang ketika Jessica sudah berada dikamarnya begitupun sebaliknya. Tidak saling menyapa bahkan bertatap muka, namun dibalik itu semua keduanya menyimpan kepedihan yang begitu dalam, perasaan rindu yang diam-diam mengusik hatinya dan berakhir air mata.

Sayatan lebih pedih dari tusukan dan Jessica benar-benar menderita dengan keadaan yang mengurungnya, ingin mendekat tapi gelisah hati menahannya takut tidak diterima juga menerima penolakan yang membuatnya semakin sakit. Jessica selalu bimbang untuk sekedar meminta maaf, hanya lelehan matanyalah yang menemani dikala tidak ada siapapun disisinya, menunjukkan bahwa dirinya tidak sekuat yang terlihat. Seperti halnya kali ini, wanita itu tidak bisa menahan air matanya. Terduduk dihadapan Televisi yang menyala dengan hujan kecil diluar rumah. Jessica benar-benar tidak melihat tayangan pada Televisi itu, tatapannya semakin kosong dan sayu. Siapapun bisa melihat bagaimana keadaan wanita ini hanya dengan melihat cahaya matanya yang redup.

Tiupan angin diluar membuat suara dedaunan yang bersentuhan. Jessica mengalihkan pandangannya pada suara dorongan roda, segera bulir matanya dihapus gusar dan mendekati seseorang yang menimbulkan suara. Dengan mata yang sedikit sembab wanita itu sudah menyerukan nama suaminya. Bertanya dengan rasa penasaran ketika melihat koper besar berada disisi Yoona.

"K-kau akan kemana?" Tanyanya. Yoona sama sekali tidak menatap Jessica. Ia tahu jika istrinya itu sedang menahan tangis dan ia tidak ingin lemah ketika melihat air mata sang istri. Ia sudah bertekad! Dan semua bisa sia-sia ketika netranya bertemu wajah sendu berurai air mata

"Percuma tinggal satu atap jika sama sekali tidak ada interaksi. Kau akan semakin tersiksa hidup bersamaku, dan bukankah sudah kukatakan jika aku akan melepasmu selamanya_ jadi harus ada salah satu yang pergi". Sepasang kelopak Jessica kembali memanas tanpa bisa dihentikan lelehan hangat kembali keluar. Yoona tidak lagi main-main dengan ucapannya. Melihat bagaimana besar koper yang dibawa, sudah jelas itu berisi banyak kebutuhan sandang sang pria rusa, bulir matanya semakin deras seiring suaranya yang tercekat.

IndestructibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang