Aku masih bengong dan terpaku sambil terus menatap monitor komputer. Apa yang sudah kulakukan? Aku membuat janji untuk bertemu sebagai Natasha dengan orang yang hanya kukukenal lewat chatting. Apa yang harus kulakukan?
Beberapa hari aku bingung dan terus memikirkan janji dengan Arman, akhirnya keputusanku sudah bulat untuk tetap memenuhi janjiku dengan Arman. Mungkin aku sudah kelewat horny sama Arman. Rayuan-rayuan gombalnya buat aku dan khayalanku sendiri tentang Arman mungkin sudah merasuk terlalu dalam. Aku memutuskan untuk ketemu Arman bahkan aku berniat untuk memuaskannya. Melebihi dari cerita cerita pengalamannya bersama waria di Jakarta.
Sore itu aku membuka koran infomedia seputar Bandung dan melihat begitu banyak salon-salon baru yang menawarkan servis lumayan lengkap. Muncul ideku untuk memakai jasa mereka walaupun aku sendiri sudah terlatih buat berdandan sebagai Natasha. Kupikir selain untuk memuaskan diri sendiri dan tampil cantik buat Arman, ideku ke salon bisa jadi sebagai sarana latihan. Latihan buat Natasha untuk pertama kalinya bertemu dengan orang lain selain Nathan sendiri.
Esok paginya, setelah aku mandi dengan sabun sampai wangi dan mencukur semua bulu-bulu di badanku terutama rambut kemaluanku sampai licin. Kemudian kupilih baju-baju yang akan kupakai dan membawa lengkap semua kebutuhan Natasha, aku pergi ke salon. Aku sengaja pergi pagi-pagi ke salon soalnya terus terang selain nervous banget juga aku kepikiran untuk merubah total penampilanku buat Arman.
Mobil kijangku melaju ke basement parkiran sebuah Mall dan di situ aku mulai merubah diriku menjadi Natasha. Sengaja kupilih parkir di sudut yang agak gelap dan sepi biar aku leluasa untuk berias dan berganti baju. Setelah kucopot semua pakaianku, aku mulai memakai celana dalam cewek dan BH warna hitamku. Kemudian aku memakai rok jeanku yang lumayan mini dan atasan putih dengan renda-renda di tiap lubang bajunya.
Kusapu wajahku yang dengan make up tipis dan kegeraikan rambutku yang hitam sebahu. Kemudian kupasangkan sepasang anting di telingaku. Berkat pengalamanku bertahun-tahun dalam sekejap aku sudah menjadi Natasha yang cantik. Setelah kupakaikan selopku dan kacamata hitamku, aku pun siap bergegas menuju salon yang sudah aku pilih dan kutelepon dari koran kemarin.
Mmmhh.., horny rasanya dan ditambah deg-degan juga keluar di tempat umum sebagai Natasha. Soalnya ini kali pertamaku aku mengalaminya. Mulai dari mengembalikan tiket ke petugas parkiran di mall, menyetir di jalanan Bandung, sampai akhirnya siap-siap buka pintu di parkiran salon. Aku ngerasa sexy dan cantik banget pagi itu. Aku yakin ada sedikit-sedikit cairan maniku yang keluar karena pengalamanku yang lumayan heboh ini.
Setelah kuparkirkan mobilku aku mengecek penampilanku dan bergegas turun masuk ke salon yang baru buka itu.
“Selamat pagi, Mbak,” sapaku pada penjaga yang ada di meja resepsionis salon itu.
Jantungku masih terus berdegup makin kencang, aduh, jangan-jangan ketahuan nih kalau aku bukan cewek asli. Untunglah berkat pengalamanku selama ini menjadi Natasha dan suaraku yang memang agak lembut dari sononya, mereka tak ada yang curiga.
“Selamat pagi,” balasnya,”Mau servis apa, Mbak. Eh, EMbak yang namanya Natasha yah, yang telepon kemaren sore itu?”
Aduh, senengnya ini pertama kalinya aku dipanggil Mbak.
“Eng, iya betul, banyak Mbak servis yang mau saya ambil,”jawabku sambil tersenyum.
Aku memang berniat tidak akan menyia-yiakan kesempatan pertamaku ini untuk menikmati semua kenikmatan yang memang disediakan untuk kaum wanita itu. Aku sudah merencanakan untuk menikmati semuanya mulai dari manicure, pedicure, facial, make up, sampai merubah penampilan rambutku. Aku terus terang pengen meluruskan rambutku yang agak kaku ini dengan hairbonding sejak dulu. Senang rasanya melihat cewek-cewek kebanyakan mengibaskan rambut bondingnya yang lemas. Dan mengecat rambutku dengan warna merah, brunnet, dan memotongnya dengan model baru supaya penampilanku kali ini benar-benar istimewa.
Ada satu perasaan yang luar biasa, semacam ejakulasi yang terus tertahan, selama aku menikmati semua layanan di salon ini. Hampir 6 jam aku menikmati semuanya. Termasuk lama karena aku mengambil cukup banyak layanan yang mereka tawarkan pagi itu.
Wah, mengasyikan pikirku, mengingat penampilanku kali ini yang akan berubah total. Masalah bagaiman caranya aku balik ke kos sebagai Nathan dengan rambutku yang sudah dibonding dan berwarna merah bisa kupikirkan nanti saja. Hhmm.., makin cantik saja tiap kulihat di kaca, kala Natasha sedikit demi sedikit berubah total.
Sore menjelang malam mereka selesai mendandaniku. Pelan-pelan kubuka mataku setelah sebelumnya sering kututup dan sengaja untuk tidak terlalu sering melihat ke kaca.
“Astaga..,” teriakku dalam hati, “Siapa cewek cantik yang ada di kaca ini”. Cewek dengan make up yang terlihat fresh dan rambut merahnya panjangnya yang indah mirip di iklan-iklan shampoo. Wajahku yang kelihatan lebih bersih dan sudah dibubuhi make up tipis. Aku benar-benar hampir nggak mengenali wajahku sendiri di kaca itu. Hmm.., yang pasti Arman bakal tergila-gila melihat penampilanku sekarang.
Setelah itu aku meminjam kamar mandi salon untuk mengganti bajuku dengan pakaian yang telah kupersiapkan untuk bertemu Arman. Sesudah semua baju, rok, dan pakaian dalamku kutanggalkan, aku mulai memakaikan BH dan celana dalam yang baru kubeli. Warnanya tetap hitam tapi yang ini dihiasi dengan renda-renda dan lebih terlihat transparan. Huh, agak repot juga saat aku mengenakan celana dalamnya soalnya penisku masih agak menegang akibat sensasi yang baru kurasakan.
Kemudian kukenakan gaun dengan tali tipisnya berwarna biru muda. Bahan gaun itu halus dan lembut seperti sutra sehingga tampak menempel pas dengan tubuhku yang langsing. Tak lupa kusemprotkan parfum Issei-ku sedikit di sana-sini termasuk di sekitar pahaku dekat selangkangan. Semoga bau harumnya yang bercampur keringatku bisa membuat Arman melayang. Sehelai syal sutra telah melingkar di leherku dan aku pun selesai bersiap. Sambil berjalan menuju meja resepsionis aku melirik ke kaca sekali lagi dan huff.., cantiknya Natasha.
Hari sudah menjelang gelap ketika aku melajukan mobilku ke tempat yang kujanjikan dengan Arman. Di halaman parkir senuah hotel di jalan Dago. Aku sudah tak sabar dan rasa merinding mungkin karena libidoku yang tinggi terus menyerangku.
“sudah lama yah nunggunya, Nat,” kata Arman mencoba membuka pembicaraan,”Sorry, ya..”
“Nggak lama kok, Man,” sahutku lembut dan kulayangkan lirikan padanya,”Cuman sudah rada nggak sabar ajah. Penasaran gimana tampang kamu.”
“Terus sekarang kan sudah ketemu, gimana dong kesan-kesannya,” kata Arman sambil menggerakkan tangannya yang kekar ke atas paha kiriku. Sejenak kurasa ada semacam sengatan pada pahaku dan aku terdiam sejenak.
“Boleh juga, lumayan,” kataku sambil kulirik tangan Arman yang terus bergerak mengarah ke selangkanganku.
“Kalau kamu keliatan cantik banget, Natasha,” ucapnya di dekat telingaku dan tangan Arman sudah sampai di atas penisku. Pujian dan usapan lembutnya pada penisku walaupun masih di atas gaunku membuat aku sejenak memejamkan mataku dan melayang.
“Eff..,” ups tak sadar aku mendesah lirih,”Man, kita makan di dekat sini aja yah.”
Ucapanku ternyata menyadarkannya dan setelah dia mengangkat tangannya di mendekatkan bibirnya ke telingaku lagi.
“Terserah kamu saja sayang,” bisiknya lembut.