Masuk Smk Kecantikan

9.8K 41 1
                                    

Masih di salon Tante Susi, aku mendengarkan sebuah cerita menarik dari Tina. Tina adalah salah seorang pegawai Tante Susi. Tina merupakan seorang hair stylist dan penata rias kesayangan Tante Susi. Dia dulunya adalah seorang cowo normal seperti aku. Dia menceritakan masa lalunya sampai bagaimana ia bisa bekerja di salon. “Dulu aku ditinggal oleh papah dan mamahku.” Tina memulai ceritanya. “Papah dan mamah meninggal karena kecelakaan, Tante Susi adalah sahabat mamah. Karena tidak ada keluarga yang menerima aku, akhirnya Tante Susi memutuskan untuk merawat aku.” kata Tina mengingat masa lalunya. “Ia merawat aku sejak kelas 5 SD hingga aku SMP. Ketika aku mau memilih masuk SMA, tante Susi menyarankan aku agar masuk SMK, tujuannya adalah agar aku dapat memperoleh keahlian khusus di sana. Aku pun melihat daftar jurusan-jurusan 

­ yang terdapat di SMK bersama Tante Susi. Mulai dari otomotif, teknik mesin, teknik elektro, akuntansi, dan yang paling menarik perhatian Tante Susi adalah jurusan kecantikan. Saat itu Tante Susi menyarankan aku untuk memilih jurusan tersebut agar aku dapat membantunya di salon. Sebenarnya aku agak keberatan namun aku merasa tidak enak sama Tante Susi karena selama ini ia telah banyak merawat aku. Aku meminta waktu kepada Tante Susi untuk berpikir. Tante pun mengiyakan.”, Tina kemudian berhenti sejenak lalu ia kembali melanjutkan, “Keesokan harinya aku melihat pekerjaan di salon banyak berhubungan dengan wanita-wanita cantik. Itu juga yang menjadi motivasiku, kupikir di SMK Kecantikan nanti pasti ada banyak wanita-wanita cantik. Aku pun datang kepada Tante Susi dan mengatakan bahwa aku bersedia untuk masuk ke sana. Tante Susi pun terlihat bahagia mendengar keputusanku. Akhirnya kami pergi mendaftar dan saat pengumuman penerimaan siswa baru aku diterima di sana.” Tina mengambil segelas air dan kemudian meminumnya. Ia terlihat seperti wanita sungguhan. Dengan menggunakan baju tanpa lengan dan rok pendek, ia terlihat lebih feminim. “Saat ospek semuanya berubah. Ospek di SMK dibagi menjadi 2 tahap. 

 Tahap pengenalan lingkungan dan masa adaptasi siswa.” Tina tiba-tiba melanjutkan ceritanya. “Ketika hari pertama aku masuk ke sana, aku melihat kakak kelasku sangat galak. Peraturan pertama adalah ‘Tidak peduli latar belakang kalian apa, kalian adalah satu kesatuan, kami tidak mau membeda-bedakan­ siapa kalian, pokonya kalian satu’” Tina mencoba menirukan gaya kakak kelasnya. “Nah, kamu tau ga salah satu aturan yang mereka terapkan selama ospek adalah mereka masih menggunakan seragam SMP sampai masa pelantikan. Aku sih oke” aja tapi ternyata kakak kelas tersebut memanggilku dan mengatakan peraturan ini berlaku untuk pria dan wanita. Kamu diharuskan menggunakan rok SMP dan juga menggunakan make up. Tujuannya agar kamu terbiasa dengan benda-benda yang berhubungan dengan wanita. Mendengar peraturan tersebut aku pun langsung lesu. Parahnya lagi, kami tidak diperkenankan untuk membawa baju ganti, jadi dengan kata lain rok tersebut harus dipake dari rumah. Aku pulang ke rumah dan menceritakan semuanya ke Tante Susi. Tapi tante justru hanya menertawakan saja dan berjanji akan membantu.

 Beberapa hari sebelum ospek dimulai tante mengajakku ke pasar untuk mencari rok smp. Tante membelikanku 2 buah rok SMP. Yang satu adalah rok pendek, dan yang satu lagi rok panjang rample. Tante juga mengajakku untuk membeli kerudung warna putih dari bahan satin. Hari ospek pun tiba, lalu aku memakai rok pendek SMP. Tante melihat ada yang salah, payudaraku tidak terlihat, ia kemudian membawa bra dan memasangnya di dadaku. Aku merasa risih, tapi belum cukup sampai di situ tante melanjutkan dengan bedak dan lipstik di wajahku. Aku pun berangkat untuk ospek. Pada hari jumat aku menggunakan rok SMP panjang lengkap dengan kerudung yang sudah dibeli oleh Tante Susi. Selama 2 bulan aku memakai rok ke sekolah. Akhirnya masa ospek berakhir dan aku terbebas dari rok. Begitu pikirku, namun ternyata SMK Kecantikan tetaplah SMK Kecantikan. Selama 3 tahun sekolah aku selalu berhubungan dengan baju wanita dan makeup. Aku dituntut untuk tampil cantik. Sekalipun aku adalah seorang pria sejati.” 
“Setelah masa ospek berakhir, aku berpikir sudah selesai aku diperlakukan sebagai seorang wanita. Ternyata itu belum selesai. Selama 3 tahun sekolah di sana aku selalu berhubungan dengan pakaian wanita dan dituntut untuk tampil cantik. Sekalipun aku adalah seorang pria sejati.” kata Tina menceritakan masa-masa SMKnya. “Selesai masa ospek, aku dipanggil oleh salah seorang guru. Ternyata dia adalah bagian kesiswaan. Guru tersebut menerangkan bahwa selama sekolah nanti aku akan selalu berhubungan dengan tata busana, tata rambut, dan tata rias. Dia kemudian menyarankan untuk memanjangkan rambutku seperti wanita, agar memudahkan dalam pelajaran praktek. Sebagai siswa pria aku diijinkan memiliki rambut panjang dengan catatan, aku ke sekolah menggunakan rok layaknya seorang wanita. 
 Wajahku langsung pias mendengar peraturan tersebut. Tapi guru tersebut memberiku semangat karena semua ini untuk tujuan yang baik supaya aku terbiasa. Aku pun bersedia mengikuti aturan tersebut. Aku menceritakan peraturan tersebut kepada Tante Susi dan Tante kemudian membelikan rok SMA yang pendek dan yang panjang untuk aku gunakan sehari-hari. Hari demi hari aku lalui. Aku selalu ke sekolah menggunakan rok dan mulai terbiasa menggunakan rok. Rambutku pun tumbuh mulai panjang. Tante Susi selalu membantuku untuk menata rambut. Aku mulai terlihat seperti wanita ketimbang pria. Pada saat ujian praktek, aku kebagian tema wanita kantoran. Aku dan pasanganku harus bergantian saling mendandani. Hari itu aku menggunakan blazer dan rok warna hitam, tidak lupa aku memakai sepatu high heels. Kami bergantian saling mendandani dan akhirnya kami mendapatkan nilai yang baik. Begitu lulus aku diminta Tante Susi untuk membantu di salonnya. Awalnya aku membantu dengan berpenampilan sebagai seorang pria, tapi entah kenapa mungkin karena selama 3 tahun selalu berpenampilan sebagai seorang wanita aku merasa risih menggunakan pakaian pria. Aku pun menceritakan keluhanku kepada Tante Susi, Tante Susi mempersilahkan aku untuk berpenampilan sebagai wanita jika aku memang nyaman. Akhirnya semenjak saat itu aku selalu tampil sebagai seorang wanita.”

Kumpulan Cerita WariaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang