Keputusan Hati (25)

91 7 0
                                    

Happy reading

.

Sore yang mulai melahirkan langit senja membuat suasana sekolah menghadirkan riuhan gembira dari para siswa/i yang berhamburan untuk pulang. Ari melangkah meninggalkan kelas, yang tak lama disusul oleh Steffi. Dan tersisalah (namakamu) Iqbaal serta beberapa teman-temannya yang tengah bersiap untuk pulang. Iqbaal menutup resleting tasnya, selanjutnya ditatapnya (namakamu) yang tengah memakai hoodie berwarna baby blue kesayangannya.

"(Nam...), hari ini kamu aku anter naik taksi online ya. Soalnya mobil aku dipake Teh Ody, sedangkan aku gak bawa motor". Tutur Iqbaal.

"Baal, hari ini aku pulang sama Ari yaa. Soalnya ada urusan penting, gak apa-apa kan?".

"Iya". Mendengar jawaban Iqbaal, (namakamu) pun tersenyum simpul.

"Tapi bukannya Ari udah pulang dari tadi yaa". Lanjut Iqbaal bertanya.

"Enggak kok, Ari nungguin di parkiran".

Iqbaal mengangguk ria, lalu di gandengnya tangan (namakamu) untuk segera melangkah pergi dan berjalan beriringan menuju parkiran. (Namakamu) tersenyum hangat disaat Iqbaal mengaitkan jarinya dengan erat, seolah takut kehilangan.

"Yaudah, aku anterin sampai sini, selebihnya kamu sama Ari". Ucap Iqbaal setelah melepaskan kaitan tangannya di tangan (namakamu).

(Namakamu) mengangguk dan berjalan menghampiri Ari.

"Woy Ri! Jagain yaa!". Seru Iqbaal dengan tangan yang ia masukkan kedalam kantong celananya.

"Yaelah, emangnya bayi di jagain". Sahut Ari dengan malas tanpa menoleh sedikit pun ke Iqbaal.

Setelah memastikan (namakamu) duduk dengan nyaman, Ari pun melajukan motornya dengan perlahan meninggalkan Iqbaal yang tengah sibuk memesan ojek online di iPhone nya.

📖

Seusai membayar argo taksi, Zidny bergegas masuk kedalam rumahnya. Wajah cantiknya amat tak bersahabat, senyum yang selalu terhias kini redup. Entahlah, mungkin karena insiden tadi pagi bersama Iqbaal.

Di dorongnya pintu kamar dengan keras. Tak terlewat, tasnya pun dibanting kasar diatas tempat tidurnya. Ia berjalan gusar kearah meja belajar, terduduk, lalu membenamkan wajahnya pada lipatan tangannya.

Setelahnya, wajahnya ia bangkitkan kembali. Menunduk terlalu lama membuat kepalanya terasa sakit. Mata lentiknya pun beredar ke setiap penjuru kamar yang bernuansa pink polkadot ini. Hingga berhentilah tatapan sendunya pada sebuah kertas kecil yang tertempel pada cermin riasnya.

Ia bangkit, lalu meraih kertas kecil yang berwarna pink fanta tersebut. Kertas yang bertuliskan,

'Zea, hari ini mama ada keperluan sebentar diluar. Jadi kamu jangan lupa minum obatnya, ya, mama taruh disamping tempat tidurmu. Secepatnya mama akan pulang. Baik-baik ya, sayang, mama sayang Zea'.

Zidny menghela nafasnya, otaknya selalu bertanya kenapa?. Di sekanya air mata yang sudah terjun indah di pipinya. Menurutnya, air mata hanya membuat seseorang terlihat lemah. Di tariknya nafas kembali, mencoba untuk tegar menerima skenario Tuhan untuknya.

Setelah membaca pesan itu, langkahnya terayun berjalan menuju meja nakas yang terletak disamping tempat tidur. Di masukkannya beberapa butir obat kedalam mulutnya. Sesekali ia meringis disaat rasa pahit dari obat tersebut terasa di lidahnya.

"Apa Iqbaal masih mau nerima aku yang penyakitan?". Lirihnya dengan tatapan kosong lurus kedepan.

"Nerima aku yang gak lama lagi akan mati".

KEPUTUSAN HATI - (Namakamu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang