Keputusan Hati (14)

163 47 1
                                    


Ari telah mengantar (namakamu) pulang dengan selamat sentosa.

"(Nam...) udah jangan nangis, lagian keluarga gua sekarang udah baik-baik aja". Ucap Ari sembari menghapus bekas air mata (namakamu).

"Gua masih terharu aja sama puisi San tadi". Alibi (namakamu). Padahal nyatanya ia sangat prihatin dengan kondisi keluarga Ari. (Namakamu) paham dengan kemauan Ari yang tidak mau mendapat belas kasihan dari orang lain termasuk dia.

"Yaudah masuk gih". (Namakamu) mengangguk lalu berjalan memasuki rumahnya. Setelah melihat (namakamu) masuk rumah, Ari pun bergegas pergi menuju rumahnya.

📖

"Assalamu'alaikum". Ucap (namakamu) memberi salam.

Mamah yang sedang duduk santai pun langsung menghampiri sang Putri.

"Waalaikumsalam. (Namakamu) kamu kenapa? Kamu nangis?".

"Gak apa-apa kok, mah. Tadi sempat kelilipan waktu naik motor sama Ari". Alibi (namakamu) lagi? Lagi-lagi ia berbohong, namun untuk kebaikan.

"Ya ampun, yasudah habis itu pakai obat tetes mata yaa. Takutnya nanti iritasi". Ucap mamah dengan raut yang masih terlihat khawatir.

"Iyaa. (Namakamu) ke kamar dulu ya mah". Izin (namakamu).

Mamah hanya mengangguk sambil tersenyum kecil. Melepas usapannya dikepala (namakamu).

📖

(Namakamu) menutup pintunya dengan rapat-rapat, takut jika sang mamah mendengar tangisannya. Tangisannya? Ya! (Namakamu) kembali nangis. Ia masih belum bisa melupakan kejadian mengharukan tadi. Melihat air mata Ari yang kembali jatuh, seketika membuat (namakamu) ingin ikut menjatuhkannya juga. Seolah mereka berdua memiliki ikatan batin.

(Namakamu) mengambil figuran kecil yang berisikan foto 2 keluarga yang berbahagia tengah berkumpul. Ya! Itu foto keluarganya dan keluarga Ari. Foto tersebut terakhir di abadikan sekitar 2th yang lalu, dimana mereka sedang barbeque-an di Villa Puncak.

"Ri, gua pastiin lo akan selalu tersenyum dan kuat!". Ucap (namakamu) seraya mengusap lembut gambar Ari yang berada di posisi tengah, tepat disampingnya.

(Namakamu) meletakkan figura itu, dan beralih memeluk figura lain yang berisikan fotonya dengan Ari. Sampai akhirnya (namakamu) dengan keadaan masih memeluk figura tersebut

📖

Pukul 19.00

'Tok tok tok'

"Assalamu'alaikum".

"Waalaikumsalam, maaf kamu siapa ya? Dan mau cari siapa?".

"Saya Iqbaal, dan saya mau mencari (namakamu)".

"Ada hubungan apa kamu sama (namakamu)?".

"Saya temen sekelasnya (namakamu), tante". Jelas Iqbaal.

"Ahelahh berasa tua amat ya gua. Gua kakaknya (namakamu!".

"Ohh maaf. Tapi (namakamu) nya ada kan, kak?". Tanya Iqbaal.

"Ada tuhh lagi dikamar. Dari tadi belum keluar kamar. Yukk masuk". Ajak kakak (namakamu) yang bernama Icha.

Iqbaal mengekori Icha memasuki rumah berlantai dua ini.

"Nihh pake kunci cadangannya, kayaknya pintu kamarnya sih dikunci sama dia". Ucap Icha dengan nada dingin sembari melempar sebuah kunci.

Iqbaal pun langsung sigap untuk menangkap kunci itu.

KEPUTUSAN HATI - (Namakamu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang