Chapter #2 Iblis Putih

44 6 0
                                    

Tahun 528 Saka, Bulan Asujimasa.  

   5 tahun sudah berlalu, Raya telah berumur 11 tahun. Raya tengah sarapan bersama ayahnya dimeja makan, dengan tatapan kosong melihat makanannya. Seketika bentakan meja mengagetkan Raya.

" Oi.. percepat makanmu nanti temanmu sebentar lagi datang!" ayah menyuruhnya makan lebih cepat.

" Iya, iya,... " kata Raya dengan wajah sedikit kesal.

   Tak lama, tiba-tiba suara ketukan pintu datang dan memanggil Raya.

" Raya, oi Raya aku sudah datang."

" Oh, temanku datang, OK OK!! Saatnya pergi!" kata Raya dengan nada semangat berdiri dari meja makan lalu  berlari kearah pintu.

" Oi Raya sarapanmu belum kau habiskan, oi Raya!! Kata sang ayah.

" Oh, ayah habiskan saja bagianku." kata Raya sambil berlari menuju pintu.

" OI... cih dasar anak bandel." Kata sang ayah dengan wajah kesal.

" Salam Raya." seorang anak laki-laki seumuran Raya dengan mata dan rambut hitam berantakan, membawa tas kulit, anak itu menyapa Raya.

 "ayo kita ke sek- WAHH!!" Raya menarik kerah leher temannya dan menyuruhnya berlari.

"Ayo lari, ada penempa galak yang mau memarahi kita!!" kata Raya.

" Oi tunggu!!" kata temannya Raya.

Kedua sahabat itu berlari pergi jauh meniggalkan rumah.

" OI TUNGG- haah... ya sudahlah" kata sang ayah saat sampai di depan pintu.

Sang ayah terlihat tersenyum saat mereka berlari bersama.

" hahhh.... sekarang kau sudah punya seorang temannya Raya, ..... oh iya bagaimana kabar bundamunya?" kata sang ayah sambil melihat langit pagi.

                                                                   ###########

   Raya dan Drata sedang berjalan menuju sekolahnya yang letaknya berada tak jauh dalam Kota Shingahasari, bagi orang dewasa. Untuk anak seumuran mereka perjalanan itu lumayan menguras tenaga, tetapi mereka berdua tidak mengeluh soal itu.

    Melewati banyak rumah rumah, terlihat banyak orang desa sedang melakukan kebiasaan rutinnya seperti membajak sawah, bertani, berjualan, memancing, menenun dan sebagainya. terdapat juga banyak anak kecil berlarian dan salah satunya sedang memainkan perahu anyaman diterbang terbangkan.

" Oh iya, Drata hari ini ada tugas, tidak?" Tanya Raya.

" Ada bahasa dan matematika" kata Drata.

" Yahh...., hihi boleh gak setelah sampai disekolah aku pinjam bukumu? ngecerpek." kata Raya dengan wajah aneh.

" Iya, iya hash... seperti biasa kamu ini cerdas tapi pemalas, padahal kalo disekolah kamu nomor 2 tapi ditempat lain, hash... minta ampun." kata Drata dengan muka sedikit kesal.

   Mereka terus berbincang sampai akhirnya terlihatlah gerbang kota.

" Oh iya, apa kau tau tentang "Iblis Putih" itu?" Drata menanyakan sesuatu.

" Memang ada apa?" Raya dengan wajah sedikit tersinggung.

" Kata teman-teman , kemarin saat pelajaran olahraga dia menangis." kata Drata.

" Emang ada apa dengan Jayanti?!!" kata Raya dengan wajah sedikit cemas.

Drata sedikit menarik jauh tubuhnya dari hadapan Raya yang tiba tiba mendekat dengan wajahnya.

" Aku tidak tau..... oh iya, mengapa kau menyebutnya dengan nama aslinya?" tanya Drata.

Raya langsung kembali ke posisi biasa kembali berjalan. Ditanyakan hal itu, Raya sedikit mengusap kepalanya lalu mengatakan.

" Hmm... kenapanya? Ya mungkin dia tidak suka dibilang begitu jadi aku tidak memanggilnya begitu, lagipula nama aslinya rasanya jauh lebih indah didengar."

Drata menyipit matanya lalu menatap Raya dengan tatapan curiga sambil memegang dagu.

" E... hmm oh begitu."

" Sudah hentikan!!" kata Raya.

   Sesampainya disekolah, mereka pergi menuju kelas mereka. Sekolah itu berada tak jauh dari gerbang kota hanya butuh sekitar 3 menit berjalan dari sana. Sekolah itu hanya berbentuk seperti rumah kayu besar beserta sedikit bahan baku batu dibeberapa tempat. Tempat itu berlantai 2 dengan "fasilitas" seperti ruang guru, 4 kelas dan ruang toilet. Tak jauh dari sana, terdapat sebuah lapangan hijau luas yang biasanya dipakai anak-anak sekitar untuk bermain macam-macam hal, yang terkenal bermain takraw dan untuk beberapa acara khusus/penting dilakukan parade di tengah lapangan maupun di pinggir.

   Merekapun masuk ke kelas, Drata duduk di belakang bangku Raya. Jika dihitung dari jumlah bangku dari depan adalah lima bangku, maka Raya berada di urutan nomor 3 sebelah ujung paling kanan, seperti MC cerita lainnya ia berada di sebelah jendela. Beberapa saat kemudian bel yang dibunyikan seperti kentongan menunjukkan bahwa kelas akan segera dimulai.

   Di saat guru sedang menerangkan tentang pelajaraan yang diajarkan. Raya sedang melamun dan memandangi seorang gadis yang terlihat manis, ternyata gadis manis itu adalah "Iblis Putih". Jayanti nama gadis tersebut.

    Seorang gadis bertatapan dingin rambut berwarna putih mata berwarna biru seperti laut, selalu memakai kalung permata berwarna biru, memakai baju biasa putih kusam yang disembunyikan oleh mantel merah muda panjang indah. Dia diberi julukan "Iblis Putih" karena pada bagian ujung rambutnya seperti ada bagian rambut yang meruncing ke atas seperti halnya "tanduk" bermata dua seperti iblis.

Sambil melamun Raya terus saja memandangi Jayanti yang duduk di sebrang meja Raya.

" Mengapa orang lain selalu beranggapan buruk pada Jayanti? Padahal dia itu tidak pernah melakukan hal buruk pada orang lain, lagipula ia adalah gadis yang cerdas, bahkan dia menjadi peringkat pertama disekolah sebagai murid tercerdas. Padahal dengan semua itu seharusnya dia sudah punya banyak sekali teman, tapi mengapa dia selalu menjauhi diri."

"Andai saja aku jadi temannya." Raya sedang berbicara dengan diri sendiri didalam hati.

 Rayapun menyadari sesuatu dari kebodohannya.

" Oh iya, kenapa harus binggung? Tentu saja aku bisa menjadi temannya!!!" kata Raya dalam hati sambil mengepalkan tangan.

Tiba-tiba lemparan kapur mengenai tepat di dahi Raya.

" Hei, Raya perhatikan papan tulis! Melamun terus" kata guru.

" Ma-...maaf pak! Saya akan mulai memperhatikan papan tulis!" kata Raya dengan nada takut.

   Tiba-tiba ada seorang murid laki-laki berkata.

" Cie-cie Raya sudah mulai suka cewek."

   Serentak sekelas mulai meneriaki hal yang sama. Akhirnya satu kelas jatuh dalam suasana tawa. Raya pun tertawa kecil dengan wajah sedikit malu. Saat Raya melihat Jayanti, Raya kaget Jayanti menatapnya dengan tatapan tajam seolah tidak nyaman dengan candaan dari temannya di kelas. Tiba- tiba perkataan seorang gadis kelas berhasil membuat Raya dan Jayanti tersinggung.

" Eehh.... Raya suka sama "Iblis Putih"? kenapa gak sama aku aja !" kata gadis tersebut.

   Sekelas mulai membicarakan itu, wajah Jayanti menjadi terlihat lebih kesal. Seketika guru menepuk tangan dan menyuruh sekelas untuk kembali lagi belajar. Semuanya mulai belajar seperti semula.

   Raya mengembalikkan kapur yang tadi dilempar kembali ke papan tulis. Lalu sambil berjalan kembali ke bangkunya Raya menatap Jayanti dengan ekpresi meminta maaf. Jayanti hanya membalas tatapannya dengan seolah-olah seperti membuang wajah. Akhirnya suasana kelas belajar seperti biasanya.

YuwarajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang